setelah suatu insiden tragis yang menewaskan keluarganya, seorang pemuda bernama arka tiba - tiba di hadiahi sebuah "Sistem" oleh makhluk misterius. sistem ini memberikan arka misi-misi untuk mengeliminasi makhluk supranatural dari berbagai dimensi.
setiap kali ia berhasil menyelesaikan misi, ia mendapatkan poin untuk membeli kemampuan baru atau memperkuat dirinya. Namun, setiap misi beresiko, dan jika ia gagal, ia harus membayar "hukuman", yaitu kehilangan bagian tubuh atau ingatan tertentu. Akankah arka bertahan hidup dan membalas dendam, atau malah terjerat kekuatan sistem yang lebih besar dari dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baby samuel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dalam kegelapan
Angin malam yang dingin menusuk kulit, membawa bisikan samar dari kegelapan di sekeliling Arka. Api unggun yang sebelumnya menerangi sekitar mulai meredup, seakan kehilangan keberanian menghadapi makhluk-makhluk bayangan yang kini mengepungnya.
Arka berdiri di tengah lingkaran kegelapan itu, napasnya berat dan tubuhnya masih terasa lemah. Tapi matanya tetap tajam, penuh tekad. Genggaman tangannya pada medali kristal menguat, seolah-olah benda kecil itu adalah satu-satunya yang menghubungkannya dengan cahaya harapan.
“[Regenerasi Cepat] belum cukup,” pikirnya. “Aku perlu strategi untuk mengulur waktu.”
Makhluk pertama melompat ke arahnya, bayangan gelap dengan tangan seperti sabit. Gerakannya cepat, hampir seperti melesat. Arka melompat ke samping, menghindar dengan margin tipis sebelum belatinya menghantam tubuh makhluk itu. Tidak ada darah, hanya kabut hitam yang membubung dari luka. Makhluk itu meringis, tetapi tidak mundur.
Dua makhluk lain maju bersamaan dari sisi kiri dan kanan. Arka menunduk, membiarkan cakar mereka lewat di atas kepala, lalu memutar tubuhnya untuk menyerang balik. Belatinya menembus punggung salah satu makhluk, tetapi serangan dari yang lain mengenai bahunya.
“Argh!” erangnya, mundur beberapa langkah sambil menahan rasa sakit. Luka itu dangkal, tetapi cukup untuk membuat tubuhnya semakin lelah. “[Regenerasi Cepat] aktif,” pikirnya, merasakan sensasi hangat di bahunya. Namun, kecepatan pemulihannya terlalu lambat untuk situasi seperti ini.
“Jika terus seperti ini, aku akan habis lebih dulu,” gumamnya.
Ia melirik sekeliling, mencari sesuatu yang bisa membantunya. Pandangannya jatuh pada api unggun yang nyaris padam. “Tunggu, api...” pikirnya cepat.
Sambil menghindari serangan berikutnya, Arka memungut ranting yang terbakar dari api unggun. Dengan senjata darurat itu, ia menyerang makhluk terdekat. Ranting menyala itu menembus tubuh bayangan, dan kali ini reaksinya berbeda. Makhluk itu menjerit, tubuhnya menggeliat sebelum akhirnya hancur menjadi kabut hitam.
“Cahaya,” bisik Arka, menyadari kelemahan mereka. “Mereka lemah terhadap cahaya.”
Namun, api unggun semakin redup, dan ia tidak punya banyak waktu. Arka dengan cepat meraih beberapa ranting terbakar lainnya, menggunakannya untuk menjaga jarak dari makhluk-makhluk itu. Tapi mereka tampaknya belajar dari serangannya. Makhluk-makhluk itu mulai mengelilinginya, menghindari api sambil mencari celah untuk menyerang.
“Tidak cukup,” pikir Arka. Ia melihat ke atas, berharap menemukan sumber cahaya alami, tetapi langit tetap gelap gulita. Cahaya bintang tidak cukup untuk melawan kegelapan yang mengancamnya.
Tiba-tiba, medali kristal di tangannya mulai berdenyut, mengeluarkan cahaya lembut yang sebelumnya tidak pernah ia lihat. Arka merasakan energi hangat mengalir melalui tubuhnya, meskipun tidak sepenuhnya memulihkan kekuatannya.
[Sistem: Medali Kristal Telah Diaktifkan. Kemampuan Sementara: Cahaya Penebus].
“Cahaya Penebus?” gumamnya. Sebelum ia bisa bertanya lebih lanjut, medali itu mulai bersinar terang, membuat makhluk-makhluk bayangan mundur beberapa langkah. Cahaya itu cukup untuk menciptakan ruang bagi Arka, tetapi ia tahu ini hanya sementara.
“Bagus. Setidaknya aku punya kesempatan,” pikirnya. Dengan medali yang bersinar di tangan kirinya, Arka kembali menyerang, kali ini dengan lebih percaya diri. Setiap pukulan dan serangan menggunakan medali itu menghasilkan efek besar, membuat makhluk-makhluk itu menciut atau bahkan hancur sepenuhnya.
Namun, jumlah mereka tidak berkurang. Untuk setiap makhluk yang ia kalahkan, dua lainnya muncul dari bayangan. Mereka seperti gelombang tanpa akhir, datang dengan kekuatan yang tampaknya tak terkalahkan.
Arka mundur ke tepi lingkaran cahaya yang diciptakan oleh medali. “Aku tidak bisa terus seperti ini. Aku butuh rencana yang lebih baik,” pikirnya, keringat mengalir di dahinya.
Tiba-tiba, suara berat dari kegelapan kembali terdengar. “Lihatlah dirimu, Arka. Berjuang mati-matian, tapi tetap tidak cukup.”
Sosok berjubah hitam itu muncul lagi, kali ini berdiri di luar lingkaran cahaya. “Kau tahu, kau hanya memperpanjang penderitaanmu. Terima kekuatanku, dan kau bisa mengakhiri ini sekarang.”
Arka mengabaikannya, fokus pada makhluk-makhluk di depannya. Tapi suara itu tidak berhenti. “Kau tidak bisa memenangkan ini, Arka. Bahkan dengan medali itu. Cepat atau lambat, kau akan kehabisan tenaga.”
Kata-katanya mengguncang Arka. Sebagian dari dirinya tahu bahwa sosok itu benar. Tapi ia menepis keraguan itu, menggenggam medali lebih erat. “Aku tidak butuh bantuanmu. Aku akan menyelesaikan ini dengan caraku sendiri!”
Cahaya dari medali tiba-tiba memancar lebih terang, hampir seperti merespons tekad Arka. Suara jeritan terdengar ketika cahaya itu meluas, membakar makhluk-makhluk di sekitarnya. Untuk pertama kalinya, mereka mundur, bahkan tampak takut.
Arka tersenyum kecil. “Sepertinya kalian tidak suka ini, ya?”
Namun, senyumnya memudar ketika ia melihat sosok berjubah hitam itu tidak terpengaruh oleh cahaya medali. Ia hanya berdiri di sana, tenang dan tidak terganggu.
“Cahaya itu mungkin cukup untuk melawan makhluk-makhluk kecilku,” katanya. “Tapi melawanku? Kau masih jauh dari siap, Arka.”
Dengan satu gerakan tangan, ia memadamkan cahaya dari medali, membuat Arka terperanjat. Kegelapan kembali menyerbu, lebih tebal dari sebelumnya.
“Sekarang, mari kita lihat seberapa kuat tekadmu tanpa bantuan apapun,” katanya sambil tersenyum.
Arka mencengkeram belatinya, matanya menyipit. Ia tahu ini akan menjadi pertarungan yang tidak seimbang. Tapi ia tidak akan menyerah. Bahkan dalam kegelapan total, ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tetap berdiri dan melawan hingga akhir. Hanya dengan caranya sendiri.