Luna terpaksa menjadi istri ke-3 dari seorang Tuan yang bernama Daru. Suami Luna sebelumnya di nyatakan telah meninggal dunia dan rupanya memiliki banyak hutang.
Mereka harus Menjadi Pelunas Hutang Suami nya yang katanya berjumlah puluhan Triliun. Luna hanyalah seorang Ibu Rumah Tangga yang tidak memiliki penghasilan sendiri.
Ia tidak sepenuhnya percaya bahwa suami yang sangat di cintai nya meninggalkan penderitaan untuk nya dan anak-anak.
Ibu dari tiga orang anak itu harus membayar semua hutang suaminya dengan menikah dan menjadi budak. Luna hanya bisa pasrah menerima namun kesedihan selalu melanda kala anak-anaknya harus ikut mendapatkan siksaan.
Mampukah mereka menjadi takdir yang mengejutkan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jumli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memprovokasi
"Kak, apa yang terjadi? Pak Kenzo!"
Andre, Luna dan anak-anak yang baru datang. Terkejut melihat apa yang saat ini tengah terjadi.
Luna sendiri tidak bisa tidak kaget saat melihat orang yang seperti sosok suami nya itu berniat melukai Kenzo.
"Ibu..., Rio takut."
Melihat kemunculan Luna dan yang lain, Rio segera berlari menghampiri Ibunya itu. Di sana juga ada adik-adiknya.
"Iya sayang."
Luna segera mendekap sang anak, tidak lupa juga pada anaknya yang lain, tapi Bayu malah dengan senang pergi mendekat menghampiri Hendra.
"Ayah!" serunya girang.
Ternyata apa yang Ibunya katakan benar, mereka akan bertemu dengan Ayahnya, Hendra.
"Bayu," tahan Luna segera menarik anaknya itu. Ia takut Bayu kenapa-napa karena saat ini Hendra tengah memegang senjata tajam.
"Andre, bawa mereka pergi," sahut Daru dan yang di maksud nya itu adalah Luna bersama anak-anaknya. Luna yang mendengar itu segera menjauh dari Daru dan Andre sambil membawa serta anak-anaknya. Ia sudah melihat Hendra, kenapa harus kembali pada mereka.
Ia tahu, Hendra seperti ini pasti karena Daru dan takut pada pria itu. Walau Luna tidak tahu persis seperti apa cerita dari masalah Hendra yang sebenarnya, tapi dia akan tetap lebih memilih suaminya.
"Suami ku. Tolong lepaskan Pak Kenzo. Dia bisa terluka jika seperti itu," ujar Luna lembut mencoba membujuk Hendra.
"Diam kau!" bentak Hendra menyuruh Luna untuk diam.
Wanita itu diam mematung. Ini kah Hendra suaminya? Selama menikah dengan Hendra, ini adalah bentak kan pertama yang Luna dapatkan.
"Ibu! Huaa."
Rio dan Putri yang terkejut merasa takut dan mereka lekas mendekap Ibu mereka meminta perlindungan. Sedangkan Bayu mulai menangis karena mengira sang Ayah memarahi dirinya.
"Kakak Ipar. Bukankah sudah ku katakan, itu Hendra palsu. Jangan percaya hanya karena wajah mereka yang mirip," kata Andre mengingatkan Luna.
"Untuk apa kau ikut campur? Aku memang benar suami nya. Luna, cepat dan bawa anak-anak kebelakang ku. Aku tidak akan membiarkan kau pergi bersama mereka lagi," titah Hendra pada Istrinya Luna.
"Tapi _"
"Cepat! Jangan tapi-tapi," keras Hendra membuat Luna agak ragu untuk menurut.
"Hendra, perjanjian nya tidak seperti ini. Luna, kau harus kembali dengan kami jika Hendra belum juga mengatakan dimana Ibu dan Ayah!" sahut Daru memperingatkan Luna.
"Suami ku, dimana Tuan Damar dan Nyonya Kartika? Apa yang kamu lakukan pada mereka?" tanya Luna.
Rupanya Damar dan Kartika ada pada suami nya. Apakah itu artinya benar, kalau Suami nya itu memang berniat mencelakai mereka? Sebelumnya Luna tidak mau percaya, tapi jika seperti ini, berarti apa yang semua orang katakan adalah benar, suaminya seorang penghianat.
"Itu bukan urusanmu. Dengarkan saja apa yang ku katakan!"
Luna menggeleng tak percaya, ini bukan sosok suaminya. Mengapa Hendra tidak bisa berkata lembut saat berbicara dengan dirinya.
"Dengar Luna. Kau tahu seperti apa keluarga Damar, jika kau berani berkomplot dengan nya. Maka tidak ada ketenangan untuk kalian termasuk anak-anak mu!" ancam Daru.
Ia tahu Luna adalah wanita yang baik, pasti bisa memilah dan melihat jika perbuatan Hendra ini adalah kriminal dan di larang oleh hukum.
"Kau, jangan coba-coba memprovokasi mereka. Aku tidak akan membiarkan mereka ikut anda lagi Tuan Daru yang terhormat," balas Hendra akan ancaman Daru kepada Istrinya, Luna.
"Cih! Dengar Luna. Mau kalian lari ke ujung dunia pun. Ketenangan tidak akan kalian dapatkan. Camkan itu!" peringat Daru tidak main-main.
Di tengah perdebatan mereka, Hendra yang teralihkan fokusnya, Kenzo yang sudah merasa lebih baik, mencoba membalikkan keadaan nya dan Hendra.
Sekarang jadilah Hendra yang di tahan oleh Kenzo, pria licik itu tidak bisa berbuat apa-apa di dalam kuncian Kenzo.
"Lepaskan, keparat!" ronta Hendra tapi Kenzo yang memang juga ahli dalam bela diri tidak akan melepaskannya lagi.
"Luna, cepat bantu aku terlepas dari bedebah ini," suruh Hendra pada Luna yang masih terlihat ragu.
"Luna, ingat anak-anak mu. Orang itu hanya penipu, bukan Hendra suami mu yang lalu. Lagi pula sekarang ini kau adalah istri ku. Aku perintahkan kamu pulang sekarang juga!" kata Daru tegas.
Ia tidak sabar lagi ingin memberikan pelajaran pada Hendra palsu itu, tapi di sana ada anak kecil, jangan sampai mereka semakin takut jika Daru bertindak sekarang.
"Tapi, saya_"
Luna tidak tahu harus memilih yang mana, di sisi lain ada suaminya yang sedang di sergap, tapi dalam pilihan lain juga ia yakin perkataan Daru tidak main-main.
Wanita itu menatap ke tiga anaknya yang kini ketakutan, wajah Putri bahkan semakin pucat karena rasa takut pada peristiwa sekarang ini. Luna berada dalam pilihan yang berat.
"Andre, cepat bawa mereka pulang," titah Daru.
Andre mendekati Luna, pria itu meraih tangan Rio dan Putri untuk segera keluar dari sana, sedangkan Bayu kini mulai bersembunyi dalam pelukan Ibunya.
"Luna, kau tega membiarkan ku sendirian?!" tanya Hendra sambil menggertakkan giginya geram dengan sikap Luna yang hanya diam dari tadi.
"Maafkan aku. Tapi anak-anak juga akan ada dalam bahaya," balas Luna tidak punya pilihan lain. Walau berat, baginya keselamatan
Anak-anak sangat penting. Apalagi Luna melihat seakan Hendra tidak peduli sama sekali dengan keselamatan anak-anak mereka.
"Untuk apa memikirkan mereka, sialan! Kau itu harus mementingkan suami mu terlebih dahulu!"
Luna terkejut mendengar itu, bagaimana bisa Hendra berkata demikian. Perjalanan hidup ke tiga anaknya masih panjang dan lama, kenapa Hendra seakan ingin mengakhiri itu sekarang.
'Maafkan aku. Jika benar kau adalah Hendra suami ku. Aku harus tetap menjaga anak-anak, maaf' batin Luna dan hanya diam.
Ia memilih mengikuti Andre dan tanpa di pinta menitikkan air matanya karena merasa bersalah pada suaminya itu.
"Luna! Mau ke mana kalian? Cepat kembali!" teriak Hendra sambil memberontak.
"Maaf," lirih Luna sambil melanjutkan langkah dan pergi meninggalkan Hendra dengan hati yang berat. Bagaimana jika itu benar-benar Hendra, suaminya? Walau Luna merasa asing dengan sikap Hendra yang tidak biasa, tapi tidak bisa di pungkiri itu adalah suaminya yang telah Luna tunggu kemunculan nya selama ini. Tapi kenapa harus ada di situasi seperti ini, kenapa?
__________________
" Tuan Andre, tolong jangan terlalu kasar pada suami ku," pinta Luna.
Saat ini mereka sudah sampai di kediaman Damar dengan selamat.
"Kakak Ipar, percayalah. Dia itu bukan Hendra. Hendra yang asli sudah meninggal dunia," kata Andre. Entah harus dengan kata apa untuk meyakinkan Luna kalau itu bukanlah suaminya Hendra.
"Tapi Tuan, saya tidak akan percaya sebelum benar-benar melihat jasad suami ku," ujar Luna sungguh-sungguh.
Jika bangkai Hendra belum ada di depan mata nya, maka Luna tetap akan meyakini kalau suami nya masih hidup.
Andre hanya membuang nafas panjang, ia mungkin juga akan seperti Luna jika berada di posisi yang sama.
"Kakak ipar tenanglah, aku akan kembali ke tempat tadi dan menyarankan agar menyerahkan Hendra pada polisi atas semua perbuatannya," kata Andre menenangkan.
"Terimakasih Tuan."
.
.
.
.
Terimakasih atas dukungan kalian, semoga berkenan memberikan Author semangat berupa Like 👍 kalian 🙏