'Xannia Clowin'
Gadis cantik berusia 22 tahun yang selama menjalani hidup baru kali ini dia mengetahui pengkhianatan sang ayah kepada ibunya .
Sejak Xannia berusia 2 tahun ternyata sang ayah sudah menikah lagi bahkan wanita itu sedang mengandung anaknya.
Awal mula terbongkar pengkhianatan ayahnya itu ketika sorang gadis yang tak jauh beda dari usia xannia datang,gadis itu langsung menemui ibu Xannia dan mengaku sebagai anak dari istri kedua suaminya,
semenjak kejadia itu ibu xannia sering sakit-sakitan dan 5 bulan kemudian sang ibu meninggal dunia.
Dari kejadian itu menimbulkan rasa dendam dan sakit hati Xannia kepada ayah dan kelurga istri keduanya,sehingga Xannia bertekat membalaskan dendam atas rasa sakit dan pengkhiantan ayahnya yang sampai membuat ibunya tiada,bahkan dia rela menjadi istri kontrak miliader yang ingin memiliki keturunan , dan dari situlah Xannia ingin memanfaatkan pria itu untuk membalaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VHY__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Keesokan paginya sepasang suami istri itu masih tampak terlelap dalam tidur mereka yang damai.
Xannia semakin merapatkan tubuhnya pada sang suami guna mencari kehangatan disana.
Hingga pukul sembilan pagi pun mereka masih betah berbaring di atas ranjang empuk yang nyaman.
Terlihat Davendra membuka matanya dan melihat sang istri yang masih tertidur di dalam pelukannya.
"Good morning," sapa Davendra sambil mengecup pipi Xannia, setelah melihat wanita itu membuka mata indahnya.
"Jam berapa sekarang?" tanya Xannia dengan mata sayu dan juga suara seraknya.
"Jam sembilan pagi," jawab Davendra.
"Rasanya tenggorokanku sangat sakit," gumam Xannia.
"Karna kau terlalu sering mengeluarkan suaramu yang merdu itu," goda Davendra
"Kau ingin kemana hari ini?" tanya Davendra.
"Aku tidak ingin kemana-mana dan hanya ingin berada di apartement, rasanya semua badanku sangat sakit," sahut Xannia.
Mereka berdua tidak langsung bangun dari ranjang dan masih betah berada di atas ranjang.
Davendra beranjak dari ranjang dan berjalan kearah lemari begitu saja tanpa memakai sehelai benang pun.
Dia mengambil celana pendeknya dan memakainya di hadapan sang istri.
"Mau mandi? Aku akan mengisi bak mandi dengan air hangat," ucap Davendra mendapat anggukan dari istri cantiknya.
Pria itu berjalan kearah kamar mandi dan mengisi bathtub dengan air hangat.
Sambil menunggu air penuh pria itu berjalan menghampiri sang istri dan lagi-lagi mengecup bibirnya.
Davendra membuka gorden agar cahaya matahari dapat masuk ke dalam kamar mereka.
Setelah air bathtub penuh, Davendra langsung menggendong sang istri dan membawanya ke dalam kamar mandi.
Davendra menurunkan Xannia di dalam bathtub, dan pria itu baru bergabung dengan Xannia setelah melepas celananya.
Dan kini mereka berdua saling berhadapan dan saling menatap.
"Jika aku hamil, kau ingin anak perempuan atau laki-laki?" tanya Xannia.
"Sebenarnya, apapun jenis kelaminnya tak masalah buatku. Asalkan dia sehat dan tentu saja lahir dari rahimmu" jawab Davendra.
"Semoga saat aku hamil nanti yang akan keluar lebih dulu adalah laki-laki," kata Xannia.
"Kenapa begitu?" tanya Davendra..
"Agar kelak dia bisa menjaga adik-adiknya," sahut Xannia.
"Mau dia perempuan ataupun laki-laki, dia akan menjadi anak yang hebat dan aku akan mencintainya," ucap Davendra.
"Berbaliklah, aku akan menggosok punggungmu," kata Davendra.
Xannia pun mengikuti perkataan suaminya dan membalikan tubuhnya.
Kini Davendra dapat melihat punggung polos yang basah terkena air.
Xannia menggelung rambutnya agar tidak basah saat terkena air nanti.
Davendra mulai menggosok punggung Xannia dengan gerakan pelan.
Tangannya bahkan berpindah ke bagian depan Xannja.
"Kau bilang hanya akan menggosok punggung," ujar Xannia melepaskan tangan suaminya dari dadanya.
"Mereka juga perlu di gosok, honey," sahut Davendra.
Dan kembali melancarkan aksinya dan terjadilah pertempuran panas di dalam kamar mandi.
Davendra benar-benar tidak melepaskan Xannia sedetik pun dan malah berpindah tempat menjadi di bawah shower.
Pasangan suami istri itu baru keluar dari kamar mandi setelah menghabiskan waktu satu setengah jam hanya untuk bercinta dan sisanya untuk mandi.
Davendra baru menyelesaikannya saat mendengar suara perut istrinya yang kelaparan.
"Oohhh... Sepertinya tenagaku benar-benar habis," keluh Xannia dan mendudukan dirinya di kursi ruang tamu setelah memakai pakaiannya.
"Aku akan memesan makanan untuk kita," kata Davendra dan menghubungi restoran yang semalam di pakai untuk kejutan ulang tahun sang istri.
Davendra berjalan kearah dapur dan membuatkan susu hangat untuk sang istri.
"Ini... Minumlah," ucap Dave memberikan segelas susu hangat untuk istrinya.
Hingga tidak lama kemudian makanan yang di pesan pun datang.
Davendra membawa bungkusan yang berisikan makanan itu dan menaruhnya di meja ruang tamu, dimana Xannia tengah menonton televisi.
Xannia membuka bungkusan itu dan mulai menyiapkan makanan mereka.
Karna memang sedang lapar Xannia pun memakan makanan itu dengan lahap.
"Pelan-pelan saja, tidak akan ada yang mengambilnya darimu," ujar Davendra mengusap saus yang ada di ujung bibir sang istri.
"Aku sangat lapar, kau tahu? Karna kau aku telat sarapan," kesal Xannia dan melanjutkan makannya.
Sedangkan Dave hanya bisa tersenyum melihat wajah kesal sang istri.
Sementara itu di negara yang berbeda dan di sebuah mansion terlihat sepasang suami istri yang sedang menunggu kedatangan seseorang.
Terlihat jelas perbedaan raut wajah dari mereka berdua.
Si suami dengan wajah kesal dan marahnya sedangkan si istri dengan wajah takut dan gugupnya.
"MOмммм..." terdengar suara wanita dari arah pintu utama mansion memanggil nama sang ibu.
"Mommy...--"
"Tidak perlu berteriak Maria, ini bukan hutan," sahut martin dari arah ruang tamu yang memotong perkataan anak keduanya.
Maria berjalan mendekat pada kedua orang tuanya dan dia dapat melihat wajah tak menyenangkan dari sang ayah
"Dari mana saja kau?" tanya martin dengan wajah datar dan mata yang menatap tajam putrinya.
"Sudah puas berjalan-jalan dan meninggalkan tanggung jawabmu di perusahaan?" sindir martin.
"Apa kau tidak tahu dampak apa yang akan kau timbulkan dengan meninggalkan pekerjaanmu begitu saja? Karna dirimu... Karna dirimu, aku harus mengalami kerugian besar karna mereka membatalkan proyeknya, dan mencabut semua investasi mereka di perusahaanku," marah martin pada Maria.
Maria tak menjawab apapun dan masih mendengarkan setiap kata yang di lontarkan oleh ayahnya.
"Apa kau tidak berfikir sampai kesana? Sebenarnya apa yang lakukan di Itali? Apa sebuah pekerjaan penting yang menghasilkan banyak uang sehingga kau meninggalkan tanggung jawabmu,"
Lagi-lagi martin menyindir putrinya sendiri.
"Kau sangat berbeda dari xannia, walau pun dia tidak bekerja di perusahaan ku, tapi dia masih bisa di andalkan dan tidak pernah meninggalkan pekerjaannya," kata martin..
Maria mengepalkan tangannya saat sang ayah membawa-bawa nama xannia.
Jenny melihat kearah wajah putrinya yang sudah terlihat kesal saat mendengar nama xannia di sebut.
"Xannia selalu jadi anak yang penurut dan tidak pernah mengecewakan aku---"
"Cukup, dad!!" potong Maria
"Kenapa? Kenapa hanya Xannia yang selalu kau banggakan, aku juga anakmu. Tapi kenapa selalu dia yang selalu kau perhatikan," sahut Maria.
"Aku hanya melakukan kesalahan kali ini saja, dan kau membanding-bandingkan aku dengannya?" ujar Maria di akhiri dengan tawa hambarnya.
"Kau selalu menomor satu kannya, sedangkan aku?
Kau bahkan tidak peduli padaku dan mommy. Yang kau pedulikan hanya Xannia dan ibunya," kesal Maria.
"Aku bersyukur wanita itu sudah mati sekarang,"
PLAK
"MARIA!!" marah Martin dan menampar putrinya.
"Jaga bicaramu," sentak Martin.
"Aku membencimu, dad. I HATE YOU!!" teriak Maria di depan ayahnya sendiri.
Maria berlalu begitu saja meninggalkan kedua orang tua dan juga mansion sang ayah.
"Inilah hasil dari kau yang memanjakannya," kata Martin pada Jenny.
"Kau selalu membiarkan semua kesalahannya tanpa berani untuk memarahinya," ujar Martin.
"Aku akui aku salah dalam hal ini. Tapi, kau juga ikut andil Martin, jika saja kau memperhatikannya sedikit saja--"
"Jika aku tidak memperhatikannya, mungkin saat ini dia sudah di penjara karna kesalahan yang dia perbuat empat tahun lalu, kau pikir aku tidak tahu apa yang di lakukannya selama ini? Apa aku harus menyebutkannya satu per satu?" sahut Martin.
"Dia sudah mencoreng nama baikku dengan kelakuannya itu," marah Martin dan pergi dari hadapan sang istri.
Sementara itu di dalam mobil, Maria tengah meluapkan semua emosinya dengan berteriak-teriak tak jelas.
"Xannia, Xannia, dan selalu Xannia!! kenapa semua orang selalu menyebut namanya, aku sudah terlalu muak denganmu Dia," maki Maria.
"Lihat saja nanti, apa yang akan aku lakukan padamu.
sekarang kau boleh menikmati sisa waktumu dengan bahagia dan tersenyum sepuasmu," ujar Maria memperlihatkan senyum iblisnya.
Maria mengendarai mobilnya dengen kecepatan penuh, bahkan dia hampir menabrak sebuah mobil.
"Aku akan menyelesaikan ini dengan cepat," gumam Maria.
.
.
.
Tiga Minggu Kemudian...
Sudah tiga minggu Xannia dan Davendra menikmati bulan madu mereka di Paris.
Selama dalam masa honeymoon itu Davendra semakin gencar menanam bibitnya pada sang istri.
Dan selama tiga minggu itu pula mereka menghabiskan waktu dengan berkeliling Paris dan menjelajahi tempat-tempat yang ingin di datangi oleh Xannia.
Bahkan pernah sekali davendra di ajak oleh sang istri ke Disneyland, dan mau tak mau Davendra pun mengikutinya karna Xannia terus merajuk.
Mereka berdua pun makan malam bersama Rully dan wanita yang mengaku sebagai tunangannya.
Dan hari ini kedua pasangan itu memutuskan untuk kembali ke New York karna Xannia ingin segera pulang.
"Apa tidak ada yang tertinggal?" tanya Xannia pada sang suami yang sedang membawa koper koper mereka keluar dari kamar.
"Sepertinya tidak ada. Tertinggal disini juga tidak apa-apa," sahut Davendra.
"Kalau begitu, ayo..." ujar Xannia yang juga keluar dari kamar.
Xannia membuka pintu apartement nya dan melihat dua orang pria berbadan besar lengkap dengan stelan jas hitam dan juga kacamata hitam.
"Bawa ini ke mobil," perintah Davendra pada kedua pria itu.
Dengan patuh kedua pria itu mengambil dua koper milik Davendra dan Xannia.
Setelah menutup pintu apartemennya kedua pasangan itu pun berjalan memasuki lift dengan diikuti oleh dua orang suruhan Davendra di belakang mereka.
TING...
Setelah pintu lift terbuka mereka berdua berjalan ke luar menyusuri lobby apartement di mana mobil milik Davendra sudah menunggu mereka dan siap untuk mengantarkan mereka ke bandara.
Untuk kali ini Davendra memutuskan untuk memakai supir yang akan mengantar mereka.
Sedangkan kedua pelayannya akan mengikuti mereka dengan mobil lain.
.
.
Sementara itu di sebuah apartement terlihat sepasang manusia yang barus saja menyelesaikan percintaan mereka.
Terlihat seorang pria yang sedang bersandar di kepala ranjang dengan memeluk dan mengelus surai seorang wanita.
"Apa kau benar-benar mencintaiku?" tanya wanita itu tidak lain adalah Maria.
"Tentu saja, kenapa kau masih bertanya," sahut Arsen.
"Apa kau mencintaiku melebihi Xannia?" tanya Maria.
"Aku sudah tidak mencintai Xannia lagi setelah aku bertemu denganmu. Xannia tidak bisa memberikan apa yang aku mau, lagi pula dia terlalu sombong, dia terlalu memandang tinggi dirinya. Tapi nyatanya, dia hanya seorang wanita yang materialistis," kata Arsen..
Setelah perdebatannya dengan Martin waktu itu, Maria sudah tidak tinggal di mansion sang ayah, wanita itu lebih memilih tinggal bersama dengan kekasihnya.
Tangan Maria bermain nakal di dada Arsen, hingga membuat pria itu memejamkan matanya.
"Apa kau akan menuruti setiap kemauanku?" bisik Maria dengan suara sensual di telinga Arsen.
"Hmm... Tentu saja aku akan melakukan apapun untukmu," sahut Arsen mengecup bibir Maria.
"Kalau begitu ... Aku ingin kau melakukan sesuatu untukku, sayang," kata Maria.
Maria terus saja menggoda Arsen hingga membuat pria itu tidak fokus.
"A-apa itu," sahut Arsen yang menahan desahannya karna godaan dari Maria terus menerus.
"Suruh orang untuk menculik ayahku dan membuatnya menandatangani peralihan aset miliknya," kata Maria.
"Aku akan melakukan apapun untukmu jika kau bisa mendapatkan tanda tangannya," goda Maria lagi.
Arsen menyunggingkan senyumnya dan mencium bibir kekasihnya itu.
"Itu hal yang mudah untukku, aku akan melakukan apapun yang kau minta," sahut Arsen.
Dan mereka pun kembali melanjutkan percintaan panas itu dengan Maria yang mendominasi permainannya.
Wanita itu benar-benar membuat Arsen puas dengan permainan ranjangnya.
.
Pesawat pribadi milik Davendra kini sudah mendarat di Bandar Udara Internasional John F. Kennedy.
Davendra keluar dari pesawat sambil mengandeng tangan sang istri.
Pandangan Xannia tertuju kedepan dengan senyum yang tidak pernah luntur dari bibirnya.
'Aku sudah kembali Maria, 'batin Xannia.
Dave menuntun sang istri untuk menuruni tangga pesawat.
Tak jauh dari landasan pria itu melihat Rafa sudah menunggu mereka dengan berdiri di depan mobil.
"Selamat datang, Tuan dan Nyonya," sapa Rafa
Davendra dan Xannia yang sudah ada di hadapannya.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Xannia.
"Saya baik, nyonya," sahut Rafa.
Rafa membukakan pintu mobil untuk Dave dan Xannia
"Rafa," panggil Xannia.
"Iya, nyonya?" sahut Rafa yang sedang menyetir.
"Karna kami sudah kembali, kau dan Randy bisa libur selama empat hari," kata Xannia.
"Honey," potong Davendra.
"Apa?" sahut Xannia
"Tapi nyonya, kalau kami cuti bagaimana dengan perusahaan?" ujar Rafa yang merasa tidak enak.
"Kau tenang saja, ada aku yang akan menggantikan kalian. Aku akan menjadi sekretaris sekaligus asisten bagi suamiku," sahut Xannja yang masih bisa bersikap santai.
"Aku belum setuju mengenai hal itu, dan kita sudah pernah membahasnya bahwa kau akan selalu berada di rumah," ujar Davendra..
"Aku akan bosan jika harus di rumah terus, lagi pula ini hanya empat hari saja," sahut Xannia
"Kau tak bisa membantunya, honey. Apa kau tidak kasihan pada Rafa dan Randy yang selalu bekerja padamu setiap hari?" kata Xannia dengan wajah memelas nya.
"Tidak!!" ujar Davendra.
"Ck... Kau atasan yang paling kejam," cibir Xannia.
Sedangkan Rafa hanya diam saja dan tak berniat untuk ikut dalam perdebatan mereka berdua.
"Sudah aku putuskan bahwa kau dan Rendy akan libur.
Apa aku perlu pesankan tiket liburan untuk kalian juga?" tawar Xannia.
"T-tidak perlu nyonya," sahut Rafa.
"Tidak apa-apa, kalian bisa liburan bersama bukankah itu akan menyenangkan," goda Xannia sambil menahan senyumnya.
Sementara Davendra hanya bisa menggelengkan kepalanya dan tak bisa membantah perkataan sang istri.
Maria berjalan dengan anggunnya memasuki perusahaan milik sang ayah.
Setelah masuk kedalam lift, ponsel Maria berbunyi dan wanita itu pun mengangkatnya.
"Kau sudah melakukan apa yang aku minta?" tanya Maria.
"Sudah. Tapi, ayahmu menjual lima belas persen saham miliknya pada seseorang," jawab seorang pria du balik telepon.
"Sial!! Kepada siapa dia menjualnya?" tanya Maria.
"Aku tidak tahu," sahut orang tersebut.
"Cari tahu kepada siapa dia menjualnya," perintah Maria.
"Baik," sahut orang tersebut.
Maria menghembuskan napasnya dengan berat dan mengepalkan tangannya.
"Aku akan mengambil suratnya nanti," kata Maria dan menutup sambungan teleponnya.
TING...
Setelah pintu lift terbuka Maria dengan cepat berjalan menuju ke ruang kerjanya.
Ditempat lain Xannia tengah bersantai di ruang keluarga setelah membereskan semua barang bawaannya dari Paris.
Wanita itu juga membeli beberapa pakaian dan barang untuk ketiga temannya.
Sedangkan Davendra sekarang sedang di ruang kerjanya membahas beberapa pekerjaan dengan Rafa,
Xannia terlihat menikmati waktu santainya dengan teh hangat dan camilan manis kesukaannya.
Saat Xannia tengah memikirkan sesuatu tiba-tiba Liam memanggilnya.
"Nyonya," panggil Rafa dan membuat Xannia tersentak kaget.
"Ada apa Rafa? Kau membuatku terkejut," sahut Xannia
"Tuan meneleponmu dan menyuruhmu pergi ke kantornya," kata Rafa.
"Baiklah," sahut Xannia.
"Apa pekerjaan kalian sudah selesai?" tanya Xannia.
"Sudah, nyonya," jawab Rafa.
Rafa pun undur diri karna harus kembali ke perusahaan.
Xannia berjala menuju ruang kerja suaminya.
Wanita itu membuka pintu besar berwarna coklat dan melihat suaminya yang sedang duduk membaca sesuatu.
"rafa bilang kau memanggilku, ada apa?" tanya Xannia.
"Duduklah dulu, aku ingin memberikan sesuatu padamu," kata Dave.
Xannia pun berjalan mendekati suaminya dan mendudukan dirinya di kursi yang berhadapan langsung dengan sang suami.
"Kau ingat dengan perkataanku saat di Paris waktu itu? Saat aku bilang bahwa ada hadiah yang lain untukmu," kata Davendra.
"Iya, aku masih mengingatnya," jawab Xannia.
Davendra memberikan map yang tadi di bacanya pada sang istri.
Xannia pun mengambilnya dan membacanya.
"Lima belas persen sahan milik ayahmu, aku sudah membelinya atas namamu," kata Davendra
Xannia menutup mulutnya dengan tangan seolah tak percaya.
"Kau melakukannya? Untukku?" tanya Xannia memastikan.
"Hmm, hanya untukmu," sahut Dave.
"Kau memiliki lima belas persen saham milikmu dan dua puluh lima persen milik ibumu bukan?" kata Davendra.
"Kau tahu?" tanya Xannia.
"Aku tahu semua tentangmu," jawab Davendra.
"Dengan ini kau sudah memiliknya dan menjadikan mu sebagai pemegang saham terbesar di perusahaan ayahmu," kata Davendra.
Xannia beranjak dari kursinya dan menghampiri Davendra, wanita itu memeluk suaminya dengan erat.
'Kau tidak akan selamat kali ini dariku Maria. Kau akan selalu melihat wajahku setiap harinya, 'batin Xannia dengan masih memeluk sang suami.
Bersambung....
Selamat... bahagia sllu utk mu daddy dave & mommy xannia 😍😍❤️❤️❤️