Menjadi seorang indigo, bukanlah hal yang di inginkan oleh gadis cantik bernama Lilis Yuliani karena setiap hari ia harus bersinggungan dengan hal yang gaib dan ia tidak bisa menolaknya.
Sosok-sosok itu selalu mengikuti untuk meminta pertolongan ataupun hanya sekedar mengganggu pada Lilis sampai suatu hari ketika ia sedang berjualan bakso bertemu dengan arwah pria tampan namun menyebalkan.
Siapakah arwah itu?????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Oktana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sudah Kembali Bekerja
Mieke menghela nafas berat kala sang putra yang belum lama bagun dari komanya itu sudah kembali berpakaian rapi hendak berangkat ke kantor. Mieke merasa bahwa Bara harus istirahat total beberapa bulan agar kesehatannya benar-benar pulih apalagi menilik perban masih bertengger di kepala dan tangannya.
"Kamu harus rehat, son" pinta Nyonya Mieke.
"Mami benar, Kak biarkan aku yang handle" timpal Alex.
"Aku sudah sehat jadi tak usah berlebihan! Mami, aku pergi dulu" Bara pamitan pada sang Mami tanpa bicara kepada sang adik.
"Mi, kenapa Kak Bara jadi cuek padaku?" ucap Alex.
"Lex, itu mungkin perasaanmu saja. Kamu seperti tidak tahu saja sifat kakakmu itu" balas Mieke sedikit menenangkan sang putra.
"Mungkin Mami benar!" ucap Alex.
Alex pamit pergi pada Mieke, ia berkata tidak akan pulang beberapa hari karena dirinya akan meninjau lokasi yang akan di jadikan pabrik cabang di kota Batam.
"Jaga kesehatan, son" pesan Mieke.
"Baiklah Mi!" balas Alex lalu pergi.
Bara mengemudi mobilnya seorang diri. Walau tubuhnya belum stabil namun rasa tanggung jawab akan perusahaannya tidak membuatnya menyerah begitu saja.
Mobil Bara sudah memasuki area parkir. Hawa tidak enak Bara rasakan di tempat itu.
"Hrrrrrrrrrrrrzzzzzzz" tiba-tiba dari luar terlihat sesosok makhluk bertaring dengan tanduk di kepalanya sudah menggeram.
Sejak bangun dari koma, mata batinnya tidak bisa tertutup lagi. Bara dengan sekuat tenaga berdamai dengan keadaanya.
"Tuhan kuatkan aku" Bara berdoa dalam hati.
Ia pun keluar dari dalam mobilnya, melihat makhluk itu berjalan mendekatinya namun Bara pura-pura tidak tahu dan mengabaikan begitu saja.
Tak hanya itu, Bara juga melihat banyaknya kuntilanak yang bergelantungan pada tiang besi dengan wajah yang hancur membusuk.
Bara terus berjalan tak menghiraukan makhluk-makhluk itu, ia sebisa mungkin tidak membuat kontak mata dengan mereka.
Bara terus melanjutkan lagi langkahnya hingga ia memasuki lift seorang diri.
"Om ayo main" sosok anak kecil bermata bolong dengan tubuh di lumuri semen itu menarik-narik jas mahal Bara namun Bara mengabaikannya seolah tidak mengenal hantu bocah itu.
Ting!!!!!
Pintu lift terbuka, beberapa karyawan masuk lift.
"Selamat datang kembali Pak" ucap Reyna karyawan divisi keuangan.
Tak menjawab, Bara hanya menganggukkan kepalanya saja.
Sampai di depan ruang kerjanya, Bara menghela nafas kasar. Ruangan kerja ini mungkin sudah Alex duduki.
Krettt!!!
Bara menekan tombol pintu dan alangkah terkejutnya ia melihat ular yang berkepala manusia bertengger di meja kerjanya.
Siluman itu tampak melihat ke arah Bara dengan tatapan tajamnya, namun Bara berusaha mengabaikannya.
"Kakanda, aku sudah lama menunggu mu tapi kenapa pria jelek itu yang menduduki singgasanamu" ucap siluman ular itu.
Entah Bara pun tidak tahu kenapa siluman ular sanca batik itu menyebutnya kakanda. Bara juga tak peduli yang harus ia lakukan adalah berpura-pura tidak melihatnya.
Siluman itu turun dari meja, melata ke bawah kursi Bara dan meringkukkan tubuhnya yang besar di atas lantai.
Sementara Bara berjalan ke arah kursi lalu duduk disana.
"Shhhhhhssss" Suara desisan khas ular terdengar di bawah kakinya, Bara bisa melihat wajah cantik siluman ular itu namun mau sebagai mana cantiknya rupa siluman, Bara tetap takut.
Tok!!!
Tok!!!
Tok!!!
Suara ketukan pintu terdengar dari luar.
"Masuk!!!" ucap Bara.
Seseorang pun masuk kedalam ruangan sembari membawa setumpuk berkas di dekapannya.
"Selamat pagi Pak! Puji syukur anda sudah bisa ke kantor kembali" ucap wanita itu.
"Tuhan masih mengizinkan saya bekerja, Pinkan" balas Bara pada managernya.
"Oh, Pak ini ada beberapa berkas yang harus anda periksa dan tanda tangani" ucap Pinkan lalu menaruh berkas-berkas itu di meja kerja Bara.
"Terima kasih Pinkan" balas Bara.
Pinkan pun pamit keluar dari ruang kerja sang atasan.
Bara lalu menekan intercom ia menghubungi asisten pribadinya yang bernama Lucinta. Bara ingin tahu selama ia terbaring, apakah Alex melakukan pekerjaannya dengan benar.
Tak lama Lucinta pun mengetuk pintu ruang kerja Bara, di sana sudah disambut tatapan dingin sang atasan.
"Pagi Pak! Saya ikut berbahagia anda sudah kembali lagi ke kantor" ucap Lucinta.
"Pagi Lucinta!! Saya ingin menanyakan beberapa hal padamu" ucap Bara.
Lucinta pun duduk di hadapan Bara.
"Wanita ini sering sekali bercinta dengan pria jelek yang selalu duduk di kursi singgasana kakanda" desis siluman ular itu yang sangat jelas terdengar oleh Bara.
"Anda ingin bertanya apa Pak?" tanya Lucinta.
"Saya hanya ingin menanyakan selama saya perawatan, apakah Alex selalu bekerja dengan baik menggantikan saya?" tanya Bara.
Mendengar pertanyaan yang Bara lontarkan seketika membuat semburat pucat di wajah Lucinta.
"Kenapa kamu diam Lucinta?" tanya Bara pada asisten pribadinya itu.
"Selama menggantikan anda, kinerjanya Pak Alex sungguh luar biasa. Beliau selalu datang tepat waktu dan pulang tepat waktu. Pak Alex juga tidak pernah absen menghadiri acara meeting dengan para klien" papar Lucinta.
"Dia bohong!" Siluman ular itu pun mendesis kembali.
Entah siapa yang harus Bara percaya, apakah ia harus percaya dengan Lucinta, asisten pribadinya yang sudah bekerja dengannya selama 5 tahun ataupun kepada makhluk yang sedang meringkuk di bawah kakinya.
"Baiklah saya cukup percaya kepadamu Lucinta, namun jika kepercayaan saya dinodai maka saya tidak akan segan-segan menindak kamu" ucap Bara yang membuat Lucinta merasa takut.
Lucinta pun keluar dari ruang kerja Bara. Sementara Bara kembali lagi menghubungi Pinkan dan tak lama wanita itu pun masuk kembali ke ruang kerjanya.
"Pinkan, cek dan audit keuangan perusahaan dan berikan hasilnya kepada saya hari ini juga. Saya kasih waktu 1 jam dari sekarang, berikan saya data yang valid satu bulan terakhir ini. Saya ingin mengetahuinya" perintah Bara.
"Baiklah Pak, saya akan melaksanakan perintah anda" balas Pinkan. Ia pun undur diri dari ruang kerja Bara.
Pinkan langsung bekerja cepat mengaudit semua keuangan perusahaan, pengeluaran maupun pendapatan dan ia cukup mengernyitkan dahi ketika ada sesuatu.
"Sisil tidak mengatakan bahwa seseorang sudah mengambil dana perusahaan sebesar 5 miliar, harusnya Sisil berbicara kepadaku" ucap Pinkan dalam hatinya.
Dengan kerja cepat wanita itu segera merekap apapun yang ada di dalam data dan langsung mengcopy-nya.
Satu jam berselang, Pinkan kembali masuk ke dalam ruang kerja Bara dan memberikan semua hasil rekapan data itu.
"Silakan Pak, Anda boleh periksa namun ada hal yang ingin saya katakan bahwa perusahaan mengeluarkan dana sebesar 5 miliar rupiah semenjak Bapak ada dalam masa perawatan. Saya tidak tahu uang untuk apa. Seharusnya Sisil berbicara kepada saya namun Sisil tidak mengatakan apa-apa" paparnya.
"Baiklah Pinkan saya akan melihat lagi jika saya menemukan sebuah kecurangan maka saya akan Menindak lanjuti" balas Bara
Pinkan pun keluar dari ruang kerja Bara menyisakan Bara yang tengah memeriksa lembar demi lembar hasil rekapan data yang Pingkan berikan.
semangat k