NovelToon NovelToon
Pencari Jejak Misteri

Pencari Jejak Misteri

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Matabatin / Horror Thriller-Horror / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Romansa
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: zennatyas21

Pindah sekolah dua kali akibat dikeluarkan karena mengungkap kasus yang tersembunyi. Lima remaja dari kota terpaksa pindah dan tinggal di desa untuk mencari seseorang yang telah hilang belasan tahun.

Berawal dari rasa penasaran tentang adanya kabar duka, tetapi tak ada yang mengucapkan belasungkawa. Membuat lima remaja kota itu merasa ada yang tidak terungkap.

Akhir dari setiap pencarian yang mereka selesaikan selalu berujung dikeluarkan dari sekolah, hingga di sekolah lain pun mengalami hal serupa.

Lantas, siapakah para remaja tersebut? Apa saja yang akan mereka telusuri dalam sebuah jurnal Pencari Jejak Misteri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19. Kaki Siapa itu?

"Gak lucu tau, Rey ... Ih, gue udah mau nangis gini tau nya dikerjain. Mana sampai ngomong kasar pula, gimana gak kaget lah."

Reyza tertawa sambil merapatkan kedua tangannya di depan Ninda.

"Maaf, itu gue ngikutin arahan tim buat bikin suasana tuh tegang banget gitu lah." jawab Reyza.

"Tapi, untuk soal ribut sama Panca emang beneran, Nin. Alhamdulillah udah selesai sih," kata Ratu.

"Gak papa, dia juga gak sepenuhnya salah." sahut Panca.

Di sela-sela semuanya berdamai, Raditya pamit untuk segera pulang karena hari sudah mulai petang.

"Kalau gitu aku pamit dulu ya, udah mau maghrib nih. Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam."

Setelah pulang sampai rumah Reyza dan Ratu tengah membuat jurnal berjudul 'Para Pencari Jejak' dengan berbagai foto cetak yang dijadikan sebuah media serta bukti perjalanan mereka.

"Kak, yang bagian sini foto kita di dalam laboratorium komputer saat itu masih ada gak?" tanya Reyza.

Ratu menoleh sambil mencari fotonya dari sekian banyak foto yang berserakan di lantai ruang tamu.

"Masih ada nih, gelap banget gambarnya." sahut Ratu sambil menyodorkan empat foto pada Reyza.

Suasana malam mendadak dingin, hingga membuat orang tua mereka terbangun dari tidurnya. "Rey, ini kenapa tiba-tiba suhunya dingin banget, ya? Apa akan ada sesuatu yang tidak diinginkan?" tanya Risa.

Ratu mendongak saat ia sedang menempelkan sebuah foto ke buku jurnal milik mereka.

"Kalau perasaan aku sih kayaknya ada sesuatu. Cuma aku gak berani menyebutkan lah, takut mendahului." kata Ratu.

"Tapi, kalau Kak Ratu udah bilang begitu, biasanya beneran terjadi. Coba aku keluar bentar, siapa tahu ada sesuatu."

Begitu Reyza keluar rumah, di depan teras ia melihat beberapa pemuda yang berjalan sedang melaksanakan ronda malam. Hal itu membuat Reyza terpancing untuk bertanya.

"Mas, maaf mau tanya."

"Oh, tanya apa ya?"

"Sekarang lagi ada apa ya? Kok malam ini kayak beda dari malam kemarin suasananya, kayak sepi gitu."

"Hmm ... Iya, Mas. Memang malam ini lagi ramai banyak yang kehilangan uang. Terus ada teror boneka santet, katanya kalau boneka itu jatuh ke teras rumah itu tandanya ada yang jadi korban." jelas sang pemuda itu.

Reyza menjadi berpikir sejenak, sebelumnya daerah perumahan sekitar rumahnya tidak pernah ada hal-hal berbau mistis. Mengapa sekarang ada beberapa sesuatu ganjal yang membuatnya semakin penasaran.

"Apa udah ada korban dari boneka —"

Pertanyaan Reyza tiba-tiba berhenti saat semuanya mendengar suara siaran dari mushola terdekat.

Ratu bersama Rizky dan Risa akhirnya ikut keluar rumah untuk mengetahui informasi lebih jelas dengan yang sedang ramai diperbincangkan oleh beberapa warga.

"Nah, itu contohnya, Mas Reyza. Pak Slamet tiba-tiba disiarkan meninggal. Pasti karena boneka itu, siapa lagi yang buat ulah di daerah kita." ujar si pemuda lainnya.

"Aduh, Mas, jangan pada suudzon dulu. Siapa tahu beliau meninggal karena sakit?" kata Ratu agar para warga tidak menuduh sembarangan.

"Iya, mas-mas. Lebih baik kita langsung ke rumah duka saja, biar lebih jelas informasinya." tutur Rizky.

"Yaudah, Mas. Kamu ke sana dulu aja ya, biar aku sama Ratu yang di rumah. Reyza ikut Ayah, ya?"

Reyza mengangguk. Ia mengusap bahu Ratu sebagai bentuk pamit. Perempuan itu pun mengangguk setuju.

"Ambil sarung sama peci dulu ya, Yah." kata Reyza.

...*******...

Pukul 05. 00 pagi Ratu keluar rumah untuk menjemur pakaian di halaman belakang rumahnya. Meskipun rumahnya cukup mewah, ia tetap memiliki tempat untuk menjemur pakaian di bagian belakang.

"Huft, pagi hari yang dingin banget. Semoga semua baju bisa kering deh," gumamnya sambil menenteng se-ember pakaian miliknya.

Ketika sedang meletakkan pakaian pada gantungan, mata Ratu tak sengaja melihat ke semak-semak. Awalnya ia hanya biasa saja, tetapi begitu dirinya sadar, Ratu langsung meletakkan pakaiannya kembali ke ember.

Srek srek srek ...

Bunyi gesekan sendal milik Ratu mendekati semak belukar. Kakinya terus melangkah menapaki tanah yang sedikit basah karena semalam turun hujan.

"Itu apa, ya? Kok kayak ada kaki ... Hah? Itu beneran kaki? Eh, kaki manusia?" Betapa terkejutnya Ratu saat ia melihat jelas di sela-sela semak-semak itu ada manusia.

"Ini masih hidup atau gimana ya? Duh, mana Reyza sama Ayah udah berangkat melayat ke rumah almarhum Pak Slamet lagi. Bunda juga lagi ke pasar barusan,"

Ratu menggigit satu jari tangannya bingung.

"Kalau dilihat-lihat kayak nenek-nenek, tapi masalahnya itu beneran manusia atau bukan ya,"

Usai beberapa menit kemudian Ratu memberanikan diri untuk mengecek identitas seseorang yang ditemukannya. Dengan cara membungkuk dari kejauhan.

"Astaghfirullah, simbok Sarni? Kok beliau bisa ada di sini?"

Kini Ratu celingukan berusaha mencari pertolongan, ia bahkan sempat menghubungi Reyza agar cepat pulang.

Perlahan Ratu ditemui oleh Reyza dan ayahnya. Ia pun langsung berhambur memeluk adiknya.

"Reyza!"

"Iya, Kak. Aku di sini, kakak jangan sedih, jangan takut ya?"

"Itu masih hidup kan, Yah?"

"Masih hidup, Ratu. Mungkin beliau kelelahan dan terjatuh di sini." jawab Rizky.

Sembari mengangguk, Reyza membantu menyelesaikan pakaian-pakaian Ratu yang belum terjemur. Sedangkan Rizky sudah menggendong nenek Sarni — sang tetangga tak jauh dari rumahnya.

Pukul setengah enam Risa dikejutkan pulang dari pasar dengan suara siaran lagi. Saking tak percayanya beliau sampai terburu-buru masuk rumah.

Sampai di ruang tamu Risa sudah melihat dua anaknya memakai baju serba sopan dan tertutup.

Kemudian sang istri dari Rizky itu melihat suaminya memakai baju koko panjang dan membawa sarung.

"Kalian mau ke mana? Oh iya, itu siaran tadi apa bener dari nenek Sarni? Serius? Bunda barusan kaget," kata Risa duduk di sofa bersebrangan dengan posisi Ratu dan Reyza.

Seraya memakai sarung, Rizky berdiri sambil mengangguk sekilas.

"Orang yang bawa beliau juga aku, Sayang. Berawal dari Ratu mau jemur baju tapi tiba-tiba denger suara rintihan. Pas dicek ternyata nenek Sarni jatuh dengan posisi terlentang." jelas Rizky.

Risa sangat tidak menyangka. "Ya Allah, kok bisa begitu, ya. Aku pas berangkat ke pasar tuh belum ada apa-apa." katanya.

"Iya, Bun. Mungkin jatuhnya setelah Bunda pergi kali, soalnya aku pun temuin beliau di semak-semak belakang rumah."

"Itu kan jalan setapak yang sebenarnya udah gak dipakai, tanahnya juga agak tinggi. Apalagi ketika masih gelap, mungkin ada yang udah mengajak beliau." ucap Reyza.

Tanpa berlama-lama, Ratu bersama ibunya pergi melayat ke dua tempat yang berbeda. Sedangkan Reyza dan ayahnya pun sedang sibuk membantu keluarga yang ditinggalkan.

Hingga sore hari Reyza pulang bersama Panca serta Bisma. Ternyata mereka pun ikut membantu.

"Eh, Mas Panca, gak mau mampir dulu? Mampir sebentar boleh kali, Mas?" goda Ratu senyum-senyum.

Panca menoleh lalu menghentikan langkahnya.

"Maaf, Ratu. Bukan aku gak mau mampir, tapi aku ada kesibukan yang harus aku selesaikan sekarang. Maaf ya, assalamualaikum." jawab Panca diikuti oleh Bisma yang menatap wajah Ratu.

Jangan tanya raut wajah Ratu yang kini sudah menciut. Ada sedikit guratan sedih di pipinya. Karena gemas, Reyza bahkan mencubit pipi kakaknya hingga memerah.

"Ih, Reyza!!"

"Hahaha, makanya jangan sok biasa aja. Bilang aja kalo sedih beberapa hari gak bareng mas Panca." celetuk Reyza tertawa.

1
Billgisya Janu Aulia
Luar biasa
Billgisya Janu Aulia
Lumayan
murtiasih
/Smile/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!