Terlihat jelas setiap tarikan bibirnya menampakkan kebahagiaan di raut wajah gadis itu. Hari di mana yang sangat di nantikan oleh Gema bisa bersanding dengan Dewa adalah suatu pilihan yang tepat menurutnya.
Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu timbullah pertanyaan di dalam hatinya. Apakah menikah dengan seseorang yang di cintai dan yang mencintainya, bisa membuat bahagia ?
1 Oktober 2024
by cherrypen
Terima kasih sebelumnya untuk semua pembaca setia sudah bersedia mampir pada karya terbaruku.
Bantu Follow Yuk 👇
IG = cherrypen_
Tiktok = cherrypen
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cherrypen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16. AMP
Tidak terasa Merry sudah bekerja di perusahaan Dewa selama tiga bulan lamanya. Sikap Dewa yang kerap dingin dan kaku kini berangsur-angsur berubah lebih ramah terhadap Merry dan staff yang lainnya. Perubahan Dewa itu bukan tanpa sebab. Dia berubah sikapnya lantaran keadaan sudah tidak seperti dulu lagi. Dewa sudah bisa berdamai dengan dirinya sendiri, menerima takdir dan luka yang pernah di terima.
Keadaan yang sekarang sungguh membuat Dewa merasa damai dan tenang. Dia sudah bisa melupakan sikap Mama kandungnya terhadap dia. Mempunyai istri yang cantik, meskipun hanya di rumah pekerjaannya lantas tidak membuat Gema menjadi wanita yang di pandang rendah. Gema juga berpendidikan hanya saja Dewa tidak mengijinkan istrinya bekerja karena alasan tertentu.
"Pagi Pak Dewa. Sudah membaik kesehatannya?" tanya Merry seraya berdiri dari tempat duduknya.
Dewa sepersekian detik memperhatikan Merry dengan senyum lebar Dewa pun menjawab. "Aku sudah baikan. Merry kirim jadwal untuk beberapa minggu ke depan ya. Ada proyek yang harus aku pantau langsung ke lapangan."
"Yang di luar kota itu ya Pak," sela Merry.
"Betul sekali, kerjakan sebaik mungkin," tambah Dewa dengan ramah kemudian melangkahkan kakinya kembali masuk ke dalam ruangannya.
Merry dengan antusias mengerjakan tugas yang di berikan oleh Dewa. Hari ini sangat berbeda dari biasanya. Merry hari ini lebih bersemangat dari biasanya lantaran sikap Dewa tidak memperlakukan Merry seperti bawahannya, tetapi cara bicaranya dan sikapnya seolah tengah berbicara pada temannya sendiri.
Jelas sikap seperti ini yang di harapkan oleh Merry karena dirinya justru merasa tidak dalam tekanan dan dalam bekerja juga lebih nyaman. Selesai mengerjakan jobdesk yang di berikan oleh Dewa, Merry beranjak dari tempat duduknya kemudian mengetuk pintu ruangan kerja atasannya.
Tok ... tok ...
"Pak Dewa, ini Merry ."
"Masuk Merry."
Merry membuka pintu setelah Dewa mempersilahkan masuk. Dia kemudian menyodorkan hasil pekerjaannya kepada Dewa.
"Pak ini jadwal untuk beberapa minggu ke depan. Semuanya sudah saya atur untuk lokasinya, jamnya dan juga hotel tempat Pak Dewa akan menginap," jelas Merry.
Dewa mengoreksi hasil kerja Merry seraya menganggukkan-nganggukkan kepalanya. Dirinya sangat puas dengan hasil kerja Merry.
"Bagus Merry," ujarnya.
Merry tersenyum lebar merasa tersanjung dengan pujian yang di lontarkan Dewa. "Terima kasih Pak."
"Oh ya, ini yang kamu pesan hotelnya kenapa hanya satu kamar?"
"Iya itu buat Bapak saja. Kamar VIP sesuai dengan yang Pak Dewa inginkan," Merry menjawab dengan lugas.
"Pesan satu kamar lagi buat kamu juga. Aku mau selama di sana kamu juga ikut mendampingi saat memantau pekerjaan nanti aku juga akan mengajak Gema, biar bisa sekalian jalan-jalan," titah Dewa.
Bola mata Merry sekita berbinar. Ia merasa senang lantaran pekerjaan kali ini bisa di katakan menyenangkan karena bisa sambil jalan-jalan. "Siap Pak Dewa," balas Merry antusias.
Tidak terasa sudah dua jam Merry berada di ruangan kerja Dewa. Mereka berdua membahas pekerjaan yang ada di luar kota maupun dalam kota. Di saat tengah serius memeriksa pekerjaan terkadang terselip candaan di antara mereka berdua. Sampai akhirnya jam makan siang sudah menunjukkan pukul dua belas dan mereka masih belum sadar. Merry dan Dewa masik asik dan sibuk dengan pekerjaan dan tawa.
Ceklek ...
Pintu ruangan kerja Dewa seketika terbuka. Wanita anggun memakai setelan warna yang senada tengah berjalan masuk seraya membawa rantang yang berisi makanan di tangan kanannya. Spontan atensi Dewa dan Merry tertuju pasa pintu masuk.
Dewa beranjak dari sofa yang ada di ruangannya. "Sayang, kok kamu tiba-tiba datang ke kantor?" tanya Dewa sembari mendekati Gema.
"Nih." Gema mengangkat rantangnya ke atas menunjukkan pada Dewa. "Aku bawa makan siang buat suamiku. Aku pengen makan siang bersama di kantor dan aku masak makanan kesukaan kamu," tambah Gema.
Dewa memijit dagunya Gema dengan lembut. "Kamu itu ada aja idenya. Yuk sini duduk tadi aku sama Merry sedang bahas pekerjaan yang ada di luar kota."
Gema duduk di sebelah Dewa di depannya Merry. Ia kemudian membuka semua rantangnya. Makanan yang istimewa dan terlihat sangat lezat tertata rapi di atas meja semakin menggugah nafsu makan suaminya.
"Gema, Dewa bilang kamu sedang hamil ya?" tanya Merry.
"Iya, sudag empat bulan. Gimana kamu betah ngga kerja di sini?" Gema bertanya balik.
Merry tersenyum manis menatap Gema. "Aku betah bekerja di sini Gema. Terima kasih banyak ya sudah membantuku, kalau bukan berkat kamu, Dewa ngga mungkin menerimaku bekerja di sini."
"Iya-iya," sahut Gema.
"Ya sudah, Gue keluar dulu. Kalian makan siang dulu."
Lanjut bab berikutnya yukkk ...
Bantu Vote, komentar dan like yaa ... 😊