1. Gairah sang kakak ipar
2. Hot detective & Princess bar-bar
Cerita ini bukan buat bocil ya gaess😉
___________
"Ahhh ... Arghh ..."
"Ya di situ Garra, lebih cepat ... sshh ..."
BRAKK!
Mariam jatuh dari tempat tidur. Gadis itu membuka mata dan duduk dilantai. Ia mengucek-ucek matanya.
"Astaga Mariam, kenapa bermimpi mesum begitu sih?" kata Mariam pada dirinya sendiri. Ia berpikir sebentar lalu tertawa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Selepas kepergian pelayan tadi, Garra dan Mariam saling bertatap-tatapan. Belum ada yang bicara. Garra menatap gadis itu, sudut bibirnya terangkat. Lucu sekali melihatnya cemburu begini. Oh ya ampun, Garra ingin mencubit pipinya.
"Kenapa denganmu? Kau marah padaku? Memangnya aku salah apa? Kau cemburu melihatku dengan wanita lain? Memangnya kau tidak percaya diri? Katanya kau cantik, seksi, lucu, kaya, dan ..." jeda sebentar. Pria itu tertawa dalam hati ketika sadar ia sudah bicara panjang lebar. Garra menatap gadis di depannya dengan alis naik turun, lalu lanjut bicara lagi.
" Dan kau masih perawan. Apa yang tidak kau punya, hm? Memangnya kau bisa kalah dengan wanita tadi?" pancing Garra, sengaja menggoda. Ini pertama kalinya ia berani menggoda Mariam. Betul-betul sudah teracuni oleh gadis gila ini. Kalau papanya terus menempatkan wanita lain di sisinya, kenapa dia tidak cari sendiri saja? Apalagi dirinya menyukai gadis ini, begitu pula sebaliknya.
Kalau Mariam bersamanya, dia juga bisa melindungi gadis itu. Hanya saja rasa khawatir akan kehilangan kadang masih terus mengganggunya. Namun ia memutuskan untuk melawan kekhawatiran itu. Kalau begitu terus, kapan dia bisa hidup dengan perempuan yang dia cintai coba.
Didepannya Mariam menahan tawa. Garra kok beda ya hari ini? Tidak menghindarinya seperti biasa. Atau jangan-jangan semalam antara mereka memang sudah terjadi sesuatu ...
"Kau aneh hari ini. Meski aku suka, tetap saja rasanya aneh. Katakan, apa ada yang terjadi semalam?" Mariam bertanya. Ia belum ingat kejadian semalam.
"Ingat saja sendiri, bocah nakal." pria itu mengetuk kepalanya pelan. Mariam berdecih. Lalu bersedekap dada di depan Garra.
"Siapa perempuan tadi, kamu sengaja mau kencan buta di belakangku? Kamu tahu aku sedang mengejarmu kan? Kenapa malah ikut kencan buta? Memangnya aku tidak semenarik itu di matamu hah? Kurang cantik apa coba aku, hmph!" sembur Mariam kesal lalu kembali membuang muka. Gadis itu berhasil membuat Garra mengulum senyum.
"Wanita tadi bukan siapa-siapa. Aku tidak mengenalnya. Papaku sengaja mengenalkan dia padaku. Kita tidak akan pernah bertemu lagi, kau tenang saja." kata Garra kemudian. Tidak ingin Mariam salah paham. Tentu. Karena ia sudah memutuskan mencoba menjalin hubungan dengan gadis ini. Ia tidak bisa lagi menyembunyikan perasaannya. Mariam terlalu mempesona, walau cukup gila.
Mariam menatap pria itu lagi. Ada rasa senang dalam hatinya.
"Kamu jelasin itu biar aku nggak salah paham?" ia bertanya antusias.
"Mm, bukankah kau sedang mengejarku? Aku akan menunggu sampai kau bisa membuatku jatuh hati padamu." kata Garra. Padahal ia memang sudah jatuh hati.
Mariam tersenyum senang. Mulai lupa akan rasa jengkelnya. Kali ini ia suka dengan interaksi mereka. Garra tampaknya mulai membuka diri padanya.
"Aku rasa kamu sudah mulai jatuh hati padaku." kata Mariam semangat. Ia bisa merasakan. Tapi Garra masih saja jual mahal.
"Belum sepenuhnya."
"Bohong. Kau sangat peduli padaku akhir-akhir. Selalu melarangku keluar malam, melarangku bergaul dengan teman-teman yang nakal, bahkan membawaku ke tempatmu. Aku dengar dari kakakku, itu adalah pertama kalinya kau bawa perempuan ke tempatmu. Katakan, apa itu bisa dilakukan oleh seorang laki-laki yang nggak suka sama kita? Jangan sok jual mahal kayak cewek deh." kata Mariam panjang lebar. Garra terkekeh, lalu menatapnya Mariam lama.
Sesudah itu ia mendekatkan wajah dan bicara di depan wajah Mariam.
"Kau ingin menjadi kekasihku?" tanyanya sengaja. Padahal sudah tahu tapi ingin bermain-main juga.
"Kamu sudah tahu jawabannya Garra." balas Mariam.
"Aku akan mengabulkannya."
"Benarkah?!" gadis itu berseru senang. Akhirnya setelah hampir empat bulan mengganggu seorang Garra.
"Tapi ada syaratnya." senyuman di wajah Mariam menghilang seketika. Astaga laki-laki ini, dia lempar juga lama-lama.
"Kenapa harus ada syarat segala sih?"
"Kalau kau keberatan tidak apa-apa. Hubungan kita tetap seperti ini." dasar laki-laki laknat.
"Katakan apa syaratnya, cepat!"
Garra tersenyum menang. Ia kembali berbisik di depan wajah Mariam.
"Kalau kau ingat apa yang sudah kau lakukan padaku semalam, aku akan menerimamu." ucapnya.
Mariam mengernyitkan dahi. Sebenarnya semalam apa yang terjadi sih? Kenapa dia lupa sekali? Dan kenapa Garra ingin dia ingat?
"Kalau sampai aku ingat, jangan sekali-kali kau ingkar janji." katanya. Garra tersenyum tipis. Ia memang sengaja. Karena ia ingin gadis itu mengingat kejadian penting apa yang telah dia lupakan. Yang membuat tubuh Garra selalu kepanasan dan tegang tiap kali mengingatnya.
Tak lama kemudian pelayan mengetuk pintu ruangan tersebut dan masuk membawa pesanan mereka. Mata Mariam berbinar-binar seketika. Sudah lama dia tidak menikmati makanan enak di restoran. Meski makanan di rumahnya tergolong enak-enak juga.
"Silahkan nikmati makanannya." kata pelayan itu lalu keluar. Mariam merasa lucu dengan gaya bicara sih pelayan. Memangnya semua pelayan di sini semuanya harus bicara begitu?
"Makan saja. Jangan menilai orang, Pekerjaan mereka memang begitu." kata Garra. Ia tahu jelas apa yang ada di pikiran Mariam sekarang ini. Mariam tersenyum lebar. Ia lalu mulai mencicipi makanannya.
"Mmph, enak sekali. Ayo rasa yang ini. Kamu pasti suka." seru Mariam. Ia mengarahkan sendok berisi makanan ke mulut Garra. Menyuapi pria itu. Garra dengan senang hati menyambutnya.
"Bagaimana? Enak kan?" Pria itu mengangguk. Mariam kembali mengunyah. Wajahnya sangat menikmati. Garra tersenyum ikut menikmati kebahagiaan di wajah Mariam. Sesekali ia melirik ke jam tangan.
Masih lima belas menit. Kesempatannya berduaan dengan gadis itu hampir selesai. Dia harus kembali ke kantor setelahnya.
"Cepat habiskan. Aku harus kembali ke kantor setelah mengantarmu pulang." katanya kemudian.
"Pergi saja. Aku bisa pulang sendiri. Aku nggak mau pekerjaanmu terganggu gara-gara aku. Tapi aku minta uang taksi. Aku lagi nggak ada duit." balas Mariam, tidak malu-malu. Garra tercengang sebentar, tapi hanya sebentar lalu bicara lagi.
"Tidak, aku akan mengantarmu pulang. Kau ingat kalau dirimu masih menjadi saksi penting kan? Jangan keluar malam dan keluyuran sendirian sampai aku menangkap pelakunya. Pelaku itu bisa saja mengenalimu." kali ini Garra berubah serius.
"Cieee ... Ada yang mulai perhatian nih sama cewek cantik macam aku ..." goda Mariam. Percaya diri sekali dengan dirinya. Garra berdeham, tidak menampik. Toh memang benar.
"Cepat habiskan makananmu." katanya sedikit salah tingkah. Garra akui memang mulai perhatian pada gadis ini. Tapi kalau di ledek begitu kan bisa salting juga. Pria itu menarik napas kemudian. Pikirannya kembali ke masalah yang serius. Semoga pelaku penembakan malam itu tidak tahu ada seorang saksi yang melihatnya. Supaya Mariam tetap aman.
nemu novel ini
baca sambil ngakak dewe
wkwkwkkkkkakakaaaa
malem² lagi
byuhhhh