Bagaimana jadinya jika seorang CEO arogan yang paling berpengaruh se-Asia namun keadaan berbalik setelah ia kecelakaan menyebabkan dirinya lumpuh permanen. Keadaan tersebut membuatnya mengurungkan diri di tempat yang begitu jauh dari kota. Dan belum lagi kesendiriannya terusik oleh Bella, kakak iparnya yang menumpang hidup dengannya. Lantas bagaimana cara Bella menaklukkan adik ipar yang dilansir sebagai Tuan Muda arogan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cemaraseribu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teratasi oleh Bella
Kantor pusat perusahaan Tuan Muda mendadak menjadi sarang kepanikan. Suara ketukan keyboard terdengar cepat dan keras. Eden, kepala divisi keamanan siber, mengusap keringat yang membanjir di dahinya sambil menatap layar monitor yang penuh dengan kode dan peringatan keamanan.
"Gimana? Bisa?" tanya Eden pada siber itu. Siber tersebut menggeleng. "Maafkan saya Pak Eden, tapi ini sungguh sulit."
"Tidak mungkin! Sistem kita seharusnya tidak bisa ditembus begitu saja," ujar Eden dengan nada frustrasi. Dia melirik ke arah Tauke Muda yang berdiri tegak di sampingnya, wajahnya pucat pasi.
Tuan Muda menghela nafas panjang. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Dia merasa sudah merekrut siber dengan terbaik dengan bayaran tertinggi juga.
"Bagaimana ini bisa terjadi, Eden? Kita bisa bangkrut jika data ini sampai ke tangan yang salah. Kamu harus segera menemukan solusi!"
Eden menghela napas, matanya masih terpaku pada layar, "Saya sedang mencoba mengidentifikasi sumber kebocoran dan mencoba untuk mengisolasi data yang belum terinfeksi. Tapi, ini... ini di luar dugaan."
Di sudut ruangan, beberapa staf IT terlihat saling berbicara dengan nada tinggi, tangan mereka bergerak cepat mengetik perintah demi perintah.
Beberapa di antaranya mencoba menghubungi pihak ketiga untuk konsultasi keamanan tambahan. Tuan Muda gelisah, mendekati jendela dan memandang ke luar dengan pandangan kosong, "Kita harus bisa mengendalikan ini sebelum semuanya terlambat. Saya tidak bisa membiarkan kerja keras selama ini hancur karena satu kebocoran."
Eden, dengan segala kecemasan dan ketegangan yang terasa sampai ke ubun-ubun, terus berusaha mengendalikan keadaan. "Saya akan melakukan segalanya yang saya bisa, Pak. Saya tidak akan membiarkan perusahaan ini terpuruk."
Tuan Muda menoleh, tatapannya mengandung harapan dan keputusasaan, "Kamu harus bisa, Eden."
********
Sementara itu Bella merasa puas setelah berhasil menyelesaikan photoshoot yang cukup melelahkan. Ia berjalan meninggalkan studio dengan langkah ringan sambil melambaikan tangan, "Sampai ketemu beberapa hari lagi, Nona."
Dengan semangat yang masih membara, Bella mencari Eden, asisten Tuan Muda yang mengantarnya tadi. "Dimana Eden?" tanya Bella celingak celinguk kaya orang ngah ngoh hehehe.
Namun, setelah berkeliling tidak menemukan sosok Eden, ia mendekati seorang staff, "Maaf, saya mau tanya. Eden kemana ya?"
"Oh, Pak Eden lagi di ruangan Tua Muda," jawab staff itu.
Bella mengangguk singkat, "Oh oke kalau begitu," ucapnya sambil bergegas menuju ruangan Tauke Muda.
Tanpa mengetuk, Bella langsung membuka pintu ruangan Tuan Muda. Tauke yang sedang duduk dengan dahi berkerut karena masalah kebocoran data, sontak terkejut melihat Sakuya yang tiba-tiba muncul.
"Halo Tuan Muda..." sapa Bella dengan nada ceria.
"Diam kamu!" potong Tuan Muda dengan suara keras, mata menyala menunjukkan kekesalan.
Eden, yang juga ada di ruangan itu, memberi kode dengan matanya kepadaBellal agar tidak melanjutkan pembicaraan dan segera meninggalkan ruangan. Bella, yang tadinya tidak menyadari situasi yang tegang, akhirnya ia masuk tapi dengan mulut yang terkunci.
Bella mendekatkan diri ke arah Eden, asisten pribadi Tauke Muda, dengan gerak cepat dan tegas. Dengan raut muka yang serius, ia menjawil lengan Eden.
"Ada apa?" bisiknya dengan nada rendah namun mendesak.
Tanpa menunggu Eden menjawab, Bella langsung menyampaikan, "Kebocoran data, siber kita tidak ada yang bisa mengatasi." Matanya melotot, penuh dengan kekhawatiran dan determinasi.
Sontak, Eden membeku, mata terpejam, hatinya berdebar kencang, takut akan kemarahan yang mungkin datang dari Tauke Muda. Sementara itu, Tuan Muda yang tajam pandangannya menangkap keriuhan itu, menatap Bella dengan sinis.
"Saya bisa, Tuan Muda!" teriak Bella, tidak peduli dengan tatapan tajam dari Tuan Muda. Suaranya yang lantang seakan menantang, memecah keheningan yang sempat tercipta.
Eden yang merasa terjepit antara Bella dan Tuan Muda, hanya bisa merasakan jantungnya berdegup kencang. Tuan Muda, dengan suara dingin dan tegas, akhirnya berkata, "Eden, bawa Bella pergi." Tauke Muda cukup terganggu dengan distraksi yang diberikan oleh Bella.
Namun, Bella tidak mundur begitu saja. "Tapi Bella, saya bisa. Saya bisa adu skill di sini," ujarnya, penuh keberanian, matanya tidak berkedip menatap Tuan Muda.
Mendengar kegigihan Bella, wajah Eden yang tadinya pucat kini menunjukkan tanda-tanda kekaguman. Dia menoleh ke arah Tuan Muda, matanya memohon. "Apa kita beri kesempatan, Tuan?" ucap Eden dengan suara yang hampir tidak terdengar, berharap.
"Tidak," ucap Tuan Muda singkat.
"Apa salahnya kita memberi kesempatan, Tuan Muda. Kita tidak boleh melihat orang hanya dari cover saja," ungkap Eden. Tapi kalimat yang terlontar dari mulut Eden ada benarnya. Ada kalanya kita tidak melihat orang hanya karena covernya.
Tuan Muda menimbang-nimbang, matanya menelisik Bella dari atas ke bawah, seolah mencari tahu apakah benar Bella memiliki kemampuan yang ia klaim.
Setelah beberapa detik yang terasa seperti berjam-jam, Bella Muda mengangguk pelan. "Baik, kita lihat apa yang bisa kamu lakukan, Bella."
"Oke let's see.. " ucap Bella. Ia pun langsung diarahkan untuk menghadapi ke komputer penuh dengan kode itu. Ia harus berhasil agar Tauke Muda tidak menyepelekan dia.
Keringat membasahi dahi Bella saat ia duduk tegap di depan layar komputer yang berkedip-kedip. Tangannya yang lincah memainkan tarian di atas keyboard, mengetikkan kode demi kode dengan kecepatan yang menakjubkan.
Tuan Muda yang melihat bicara pada asistennya. "Dia hanya menipu sepertinya. Lihat saja keringat di dahinya." Eden pun hanya diam was was juga sebenarnya. Kalau tahu gini ia tidak akan meminta ini pada Tuan Muda agar memberikan kesempatan pada Bella.
Bella menyingkirkan lengan bajunya yang mengganggu gerakannya, serius memperhatikan setiap detail data yang ia amankan. Di sudut ruangan, Tuan Muda mengamati dengan rasa cemas yang mendalam. Ia khawatir, mengira bahwa Bella tidak akan mampu memperbaiki kebocoran data dalam waktu singkat.
Namun, ketakutannya perlahan mereda ketika layar menunjukkan bahwa data telah kembali aman. Bella berpaling, menyeringai puas. "Beres! Mudah kan? Masa gini doang gak bisa?" katanya dengan nada menantang sambil mengerlingkan matanya pada Tuan Muda.
Tuan Muda, yang tadinya meremehkan dengan tangan terlipat, kini mendorong kursi rodanya mendekat, matanya tak lepas dari layar yang menunjukkan data telah terkunci rapat.
Sebuah desahan lega terdengar dari bibirnya. "Darimana kamu belajar?" tanyanya dengan nada dingin, masih tak percaya dengan kecepatan dan ketepatan Bella dalam mengatasi masalah tersebut.
"Mau tahu atau mau tahu banget nih?" tanya Bella mencoba mencairkan suasana. Tauke Muda udah siap siap cosplay jadi banteng, sepertinya ia akan marah marah bukan terimakasih.
Bellal! Saya tanya!" seru Tuan Muda yang kesabarannya setipis tisu dibagi seratus.
"Harusnya makasih dulu gak sih?" tanya Bella sikap menyebalkannya mulai keluar.