Hubungan asmaranya tak seindah kehidupannya. Hatinya sudah mati rasa karena selalu dipermainkan oleh para pria. Namun, seorang pria yang baru pertama kali ia jumpai malah membuat hatinya berdebar. Akankah Violet membuka hatinya kembali?
Sayangnya pria yang membuat hatinya berdebar itu ternyata adalah pria yang menyebalkan dan kurang ajar. Gelar 'berwibawa' tidaklah mencerminkan kepribadian si pria ketika bersamanya.
"Kau hanyalah gadis manja, jangan coba-coba untuk membuatku kesal atau kau akan tau akibatnya." — Atlas Brixton Forrester.
****
⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
...Sebelum membaca wajib LIKE! ☺️...
...***...
"Oh astaga! Pengantin baru, kenapa kau datang?!"
Violet memutar bola matanya malas mendengar seruan dari Kana. Elle dan Kana sibuk menyiapkan peralatan masak karena ini masih terlalu pagi.
"Harusnya kau tidak bisa berjalan seperti di novel yang ku baca!" sahut Elle pula.
Violet mengerutkan keningnya. Teringat sesuatu, dia pun mengangguk, "Iya, aku kesulitan berjalan karena kaki ku—"
"Astaga! Apa aku bilang! Sini, cepat duduk!" Kedua gadis itu menuntun sahabatnya agar duduk di kursi pantry.
Tentu saja Violet bingung, padahal dia tidak apa-apa. Luka kecil di tumitnya juga tidak terlalu sakit.
"Apakah Atlas bermain kasar? Harusnya kau tendang saja burung nya! Kurang ajar sekali! Kau—"
"Apa maksudmu, Kana?" tekan Violet. Dia melirik para karyawannya yang diam-diam tersenyum saat mendengar penuturan Kana.
"Apakah kurang jelas? Kau pasti baru saja melakukan malam pertama, kan? Makanya kau kesulitan berjalan. Iya, kan?" Elle mendesak.
"Shut up! Aku kesulitan berjalan karena tumit kakiku lecet!" geram Violet. "Bisa-bisanya kalian berfikir sekotor itu!"
Kana dan Elle menelan ludahnya dengan kasar. Jadi... Mereka salah paham? Astaga...
"B-benarkah? B-bukan karena..."
"Bukan!" sentak Violet memotong ucapan Kana. "Gila saja aku menyerahkan harga diriku pada manusia Titan itu begitu saja! Bersihkan dulu otakmu sebelum bicara!"
Elle dan Kana cengengesan tidak jelas.
"Jadi, kenapa kau datang kemari sepagi ini, Nona?" tanya Elle.
"Kenapa memangnya? Ini kan restoranku, kenapa kau sewot?" sinis Violet.
"Buatkan aku coklat hangat!" titah Violet pada salah satu pelayan.
"Baik, Bos!"
"Apakah kau tidak ingin bulan madu? Kau baru saja menikah, tidak mungkin jika tidak merencanakan hal itu," tanya Kana.
"Bulan madu bagaimana? Si Titan saja sudah sibuk bekerja pagi ini!" ketus Violet.
Lantaran kesal pada Atlas karena sepagi ini sudah pergi ke kantor, Violet pun memilih ke restoran juga. Dia berangkat lebih dulu, meninggalkan Atlas yang masih sibuk pakai baju. Katakan saja dia kurang ajar, Violet tidak peduli.
Andai Atlas masih mau cuti beberapa hari, Violet tidak akan marah. Mereka baru menikah kemarin dan Atlas sudah berangkat bekerja.
"Lalu, bagaimana dengan mertuamu? Apakah dia tau kau datang kemari?" tanya Elle.
Violet mengangguk, "Aku sudah minta izin tadi. Aku bilang, ada tamu penting yang akan datang kemari," jawabnya.
Elle dan Kana menggeleng takjub. Semudah itu Violet berkata? Sebagai menantu orang kaya dan terpandang, harusnya saat ini Violet sarapan bersama pagi ini, tapi, apa yang terjadi sekarang? Rasanya Elle dan Kana tak bisa berkata-kata dengan tingkah Violet.
"Violetta."
Suara bariton itu mengejutkan ketiganya. Mereka bersamaan menoleh ke arah pintu dapur. Ternyata Atlas Forrester sudah berdiri di ambang pintu dengan memakai kemeja hitam dan celana hitam bahan nya. Terlihat tampan dan fresh.
"Aku tidak ikut-ikutan, ya!" bisik Elle.
"Aku juga!" bisik Kana pula. Keduanya langsung pergi dan kembali melanjutkan kegiatan mereka.
Atlas melangkah mendekati Violet yang membuang muka.
"Ayo pulang, semua orang sudah menunggu kita," ujar Atlas.
"Tidak mau!" ketus Violet.
"Jangan kekanakan, Violet."
"Kekanakan? Kau atau aku yang kekanakan?"
Belum ada 1 hari menikah, mereka sudah berdebat lagi.
"Violet—"
"Aku tidak mau pulang!" Violet hendak beranjak dari sana, tapi Atlas segera menahannya.
"Aku tidak akan ke kantor dan akan mengambil cuti mulai hari ini sampai beberapa hari ke depan," ujar Atlas pada akhirnya. Kalau tidak ada yang mengalah, masalah tidak akan selesai. Violet itu api, jadi Atlas harus menjadi air untuk meredakan api yang sudah membara itu.
"Bohong!" ketus Violet. Dia membuang muka tak mau menatap Atlas.
Atlas menghela nafas. Kenapa wanita ribet sekali?
"Tanya saja ayahku, dia yang menyuruhku untuk cuti," ucapnya.
"Kalau bohong, kita cerai," cetus Violet.
Atlas mengangguk. Dia pun segera menggandeng tangan Violet keluar dari sana.
Diam-diam Kana dan Elle mengintip sambil cekikikan.
"Dasar sok keras," ucap Kana. Elle mengangguk sambil tertawa.
****
Setelah sarapan bersama keluarga besar Forrester dan diawali drama antara Atlas dan Violet, kini keduanya sudah ada di apartemen Atlas. Violet yang meminta karena dia ingin bersantai di sana dari pada di rumah bak istana milik keluarga Forrester.
Sebagai menantu orang kaya, bukankah dia tidak perlu membantu ini itu? Lagi pula, ibu mertuanya juga tidak menuntut banyak.
"Ke bawah sedikit, nah iya itu, pijat yang keras! Tanganmu seperti Titan kenapa tenaga mu lemah gemulai seperti itu?" kesal Violet.
Saat ini dia sedang tengkurap di atas ranjang, sedangkan Atlas memijat punggungnya.
"Begini?"
"Sakit!" pekik Violet.
"Katanya pijat yang keras, aku sudah melakukan, kan?"
Violet merengek kesal. "Pijat yang benar! Yang sedang-sedang saja, jangan terlalu keras dan jangan terlalu lemah!"
Atlas menghela nafas, "Kenapa tidak terapi saja? Aku mau mengantar jika kau ingin," ujarnya sambil lanjut memijat.
"Tidak mau. Tubuhku bukan untuk dipertontonkan," jawab Violet. Suaranya terendam bantal karena dia menenggelamkan wajahnya di bantal.
"Terapi di tempat tertutup, bukan di club, Violet." Atlas mendengus.
"Sama saja! Aku tidak mau!" ketus Violet.
Atlas mengalah. Dia pun diam tak lagi menyahut. Kalau disahuti, maka masalahnya akan semakin melebar.
"Atlas..."
"Hm?"
"Mata temanku, setelah menikah itu harus bulan madu. Apakah kita akan bulan madu?" tanya Violet.
"Kau mau?" Atlas balik bertanya.
"Mau, asal kau tidak akan macam-macam."
"Macam-macam?"
"Masa tidak paham?" sinis Violet.
"Memang aku tidak paham. Kalau menyakitimu, aku tidak akan melakukannya. Jadi, macam-macam yang seperti apa yang kau maksud?"
"Menyentuh dan meniduri ku! Begitu saja tidak paham!" jawab Violet dengan cepat.
Atlas tersenyum tipis, "Aku tidak akan melakukannya jika kau belum siap. Tenang saja."
"Baguslah kalau begitu."
"Mau bulan madu ke mana?" Atlas bertanya.
"Ummm... Terserah, aku tidak akan protes."
"Belanda?"
"Sepertinya tidak buruk. Kapan kita berangkat?"
"Secepatnya."
Violet beranjak duduk menghadap Atlas membuat pria itu mau tidak mau menghentikan aksi memijatnya.
"Tapi, Atlas, aku penasaran," ucap Violet.
"Penasaran apa?"
"Apa kau tidak punya mantan atau perempuan yang pernah kau sukai?" Tatapan mata Violet terlihat penasaran sekali.
Atlas mengendikkan bahunya, "Tidak ada. Tapi kalau yang menyukaiku, banyak."
Bibir Violet mencebik, dia juga mendengus kasar saat mendengar ucapan Atlas yang begitu bangga.
"Ya ya ya, terserah!"
***
kalau ky gitu mlah mirip binaragawan