Di hari pertunangan, Emily mendapatkan kenyataan yang pahit di mana Adik Tirinya yang bernama Bertha mengatakan kalau tunangannya yang bernama Louis lebih mencintai Bertha dari pada Emily.
Untuk membuktikannya Bertha dengan sengaja mendorong Emily ke kolam renang kemudian Bertha ikut menyemburkan diri ke kolam renang.
Ternyata tunangannya lebih memilih menolong Bertha dari pada memilih Emily. Di saat krisis seorang pria tampan menolong dirinya dan membawanya ke rumah sakit.
Di saat itu pula Emily memutuskan pertunangannya dan ingin membalaskan dendam ke keluarganya serta mantan tunangannya. Di mana Emily menikah dengan pria penolongnya.
Apakah balas dendam Emily berhasil? Bagaimana dengan pernikahan Emily dengan pria penolongnya, apakah bahagia atau berakhir dengan perceraian? Ada rahasia tersembunyi di antara mereka, apakah rahasia itu? Silahkan ikuti novelku.
Tolong jangan boom like / lompat baca / nabung bab. Diusahakan baca setiap kali update
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Kasandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Empat Polisi
Emily sibuk membaca dokumen hingga beberapa saat datang Paman Arnold menemui dirinya namun sebelumnya mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Nyonya Muda, sudah waktunya rapat." Ucap Paman Arnold sambil memberikan hormat.
"Apakah orang-orang yang Aku minta sudah datang?" Tanya Emily sambil menatap ke arah Paman Arnold.
"Sebagian sudah datang dan sisanya Saya sudah menghubunginya lewat komunikasi katanya sebentar lagi mereka akan datang." Jawab Paman Arnold.
"Waktunya tidak akan cukup. Oh ya apakah Ayahku dan Bertha sudah datang?" Tanya Emily.
"Mereka sudah datang dan menunggu di ruang meeting." Jawab Paman Arnold.
"Kalau begitu mari kita pergi." Ucap Emily sambil berdiri.
Paman Arnold hanya menganggukkan kepalanya kemudian mereka berdua berjalan ke arah ruang meeting.
Sampai di ruang meeting Alesandra melihat Bertha duduk di kursi kebesarannya membuat Alesandra berjalan ke arah Bertha.
"Kursimu bukan di sini jadi Aku harap kamu duduk di sana." Ucap Alesandra sambil menunjuk ke arah kursi yang ada di ujung.
"Kak, apakah Kakak masih belum paham?" Tanya Bertha sambil berdiri.
"Lebih baik Kakak pergi dari ruangan ini karena kami tidak menerima Kakak di perusahaan ini." Sambung Bertha.
"Aku hitung sampai tiga, jika kamu tidak menyingkir maka Aku akan bertindak." Ucap Emily.
"Kamu juga tahu kalau Aku berbicara dengan serius. Satu .... Dua ..." Sambung Emily menggantungkan kalimatnya.
"Lihat saja Kakak bisa sombong sampai berapa lama." Ucap Bertha sambil memundurkan tubuhnya dan melihat Emily duduk di kursi yang tadi diduduki oleh dirinya.
"Bertha, lebih baik kamu duduk di samping Ayah." Ucap Ayah Tio.
Bertha menghembuskan nafasnya dengan kasar kemudian berjalan ke arah Ayahnya lalu duduk di samping Ayahnya sambil menahan amarahnya.
"Ayah." Ucap Bertha dengan wajah kesal.
"Kamu jangan takut, biarkan saja Kakakmu seperti itu dan Ayah harap kamu jangan terpengaruh karena sebentar lagi Kakakmu akan keluar dari perusahaan ini." Ucap Ayah Tio.
"Baik, sekarang kita mulai rapat." Ucap Emily sambil berdiri.
Kemudian Emily mulai berbicara di depan para pemegang saham namun tiba-tiba salah satu pemegang saham menggebrak meja sambil berdiri.
Kemudian berbicara kalau dirinya menolak Emily menjadi CEO karena dirinya ingin Ayah Tio yang berhak menjadi CEO dan setuju jika Bertha yang menggantikan Ayah Tio.
"Perusahaan ini milik Ibuku jadi sudah sepantasnya Aku yang berhak menjadi CEO di perusahaan ini. Sedangkan Bertha adalah anak haram yang tidak ada hubungan dengan darah dari keluarga Ibuku. Jadi Bertha tidak pantas menjadi CEO." Ucap Emily.
Brak
"Jangan pernah kamu mengatakan kalau Bertha adalah anak haram." Ucap Ayah Tio sambil menggebrak meja.
"Aku memberitahumu apakah kamu ingin merusak hubungan Ayah dan Anak? Sekarang jangan bicara soal bisnis perusahaan. Dia baru saja duduk di posisi ini dan belum stabil." Sambung Ayah Tio sambil menunjuk ke arah Emily.
"Aku memberitahukan ke kamu kalau Dewan Direksi memiliki wewenang untuk memecat kamu dan sekarang Aku mengusulkan ke Dewan Direksi untuk memecat Emily." Sambung Ayah Tio lagi.
'Lihat bagaimana kamu bisa sombong di depanku. Perusahaan ini memang milik Ibumu yang sudah meninggal dunia tetapi apakah kamu masih bisa mendapatkan kembali perusahaan milik Ibumu?' Tanya Bertha dalam hati.
Tiba-tiba pintu ruang rapat terbuka dengan lebar membuat orang-orang menatap ke arah pintu di mana empat polisi datang sambil memberikan hormat.