Sebuah keputusan besar terpaksa harus Jena ambil demi menghidupi keluarganya. Menikah dengan Bos diperusahaannya untuk mendapatkan keturunan agar dapat meneruskan perusahaan adalah hal yang gila. Namun apa jadinya jika pernikahan itu terjadi diatas kontrak? temukan jawabannya disini 👇🏻.. Selamat membaca 🤗🥰🥰
.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nazefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 Proyek Besar
Kini Savero duduk di kursi kebesarannya sambil memijat-mijat pelipisnya. Apakah sepenting itu sebuah pernikahan sampai membuat Savero merasa selalu dihantui?
Lelaki tampan itu mulai menghela nafas panjang.
"Bagaimana sekarang Rey, apa kamu punya saran?" tanya Savero.
"Maaf Tuan, tidak."
"Kamu itu sudah bekerja lama untukku, tapi hanya saran saja kamu tidak punya. Payah!" umpat Savero.
"Sekali lagi maaf Tuan." ucap Rey sambil menundukkan kepalanya.
Rey memang sudah bekerja begitu lama di perusahaan King Lionel untuk Savero. Namun dia tidak pernah ikut campur terhadap masalah pribadi Savero, begitu juga kali ini.
"Begini saja, aku punya ide." ujar Savero.
Asisten Rey terlihat menyimak apa yang akan dikatakan oleh Tuannya.
"Oma hanya takut jika perusahaan ini tidak memiliki penerus bukan? kalau kita harus mencari seorang wanita yang mau bekerja sama untuk ku." lanjut Savero.
"Maksud Tuan?" tanya asisten Rey tidak mengerti.
"Iya, semacam proyek besar yang akan kita tawarkan untuk wanita yang akan aku nikahi cara kontrak untuk memberikan keturunan." ujar sang Direktur.
"Ide gila dari mana ini?" batin asisten Rey mendengarnya.
"Tapi Tuan?" ucap Asisten Rey.
"Tidak ada tapi, tapi, kamu tau kan? semua yang keluar dari mulutku adalah perintah yang harus kamu kerjakan!" ucap Savero.
Tookkk!!
Tookkk!!
Tookkk!!
✨✨Jena Laila Yasmin ✨✨
Jena mengetuk pintu dan membuka ruang Direktur Utama dan kini berdiri didepan sang Direktur.
"Permisi Tuan Savero, maaf sudah mengganggu. Saya kemari untuk menyelesaikan laporan yang barusan belum selesai saya bacakan." jelas Jena.
Namun bukannya menjawab, Savero malah memandangi tubuh Jena dari bawah sampai atas dengan lekat. membuat wanita itu kini merasa risih.
"Maaf, apa ada yang salah dengan saya Tuan?"
Lagi-lagi Savero tidak menjawab pertanyaan Jena, namun matanya kini beralih ke asisten Rey. Asisten Rey yang mengerti apa yang ada dipikiran Tuanya pun membalas pandangan Tuan Savero sambil sesekali melirik ke Jena.
Savero berfikir, Jena adalah gadis yang cocok untuk proyeknya kali ini. Dia cantik dan juga pintar, dan lagipula Savero juga sudah mengetahui latar belakang keluarga sekertaris pribadinya itu. Membuat sang Direktur semakin tertarik, karena Savero tidak mau asal dalam memilih perempuan yang akan melahirkan keturunannya nanti.
"Maaf Tuan jika saya sudah mengganggu, kalau begitu saya permisi." ucap Jena berniat pergi dari sana.
"Hei! siapa yang menyuruhmu keluar!" cegah Savero.
"Duduk." titah Savero dengan menurunkan nada bicaranya.
"Baik Tuan." sekertaris cantik itu langsung menuruti perintah Tuanya.
Dengan tatapan tajam kini Savero menatap gadis cantik itu.
"Untuk sementara lupakan dulu tentang pekerjaan di kantor ini. Karena saya punya hal yang lebih penting dari itu." ucap sang Direktur membuat Jena kini penasaran.
Jena hanya diam menyimak apa yang akan di katakan lelaki tampan didepannya itu.
"Saya punya penawaran bagus untuk kamu." lanjut Savero.
"Maksud Tuan?" tanya Jena bingung.
"Menikahlah dengan saya dan beri saya keturunan, dan saya berjanji akan memberikan semua yang kamu butuhkan." ucap pria tampan itu tanpa basa-basi.
"Apa? Apa Tuan sudah gila! penawaran macam apa ini." ucap Jena dengan marah dan langsung berdiri dari duduknya.
"Duduk! saya belum selesai bicara." titah Savero.
Jena mencoba mengontrol emosinya dan kembali duduk.
Savero yang sudah malas menjelaskan pada Jena karena sikapnya barusan pun menyuruh asisten Rey untuk menjelaskan.
Inilah yang Savero tidak suka dari wanita, mereka terlalu banyak drama.
"Rey, jelaskan pada Jena." titah sang Direktur.
"Baik Tuan." ucap asisten Rey dengan menundukkan kepalanya.
Tatapan sang asisten kini beralih pada sekertaris cantik itu, Asisten Rey mulai mencoba memberikan penjelasan padanya, bahwa apa yang ditawarkan ini akan menguntungkan bagi kedua belah pihak.
"Apa! pernikahan kontrak?" jawab Jena sambil menatap mereka secara bergantian. Gadis cantik itu seolah tidak percaya dengan penawaran tersebut, ini sangat tidak masuk akal.
"Iya, saya tau kamu butuh uang. Karena itu saya menawarkan proyek besar ini untuk kamu. Bagaimana?" ucap Savero.
Ya, Jena memang membutuhkan uang untuk memenuhi keinginan Sarah dan melunasi semua hutang yang Sarah punya, Jika dia tidak segera mendapatkan uang itu maka rumah yang kini Jena tempati akan disita oleh rentenir. Dan Sarah pasti tidak akan mau lagi untuk menjaga ayahnya.
‘’Baik saya setuju, tapi saya mau imbalan yang besar.’’ Ucap Jena mantap.
‘’Ya, sebutkan apa yang kamu inginkan.’’ Ucap Savero sambil duduk santai sambil menyandarkan punggungnya.
‘’Karena ini proyek besar saya juga mau imbalan yang besar untuk itu saya mau anda memberikan saya satu milyar sebagai uang muka dan kartu ATM untuk saya pegang selama proyek ini berlangsung. Selebihnya saya pikirkan lagi nanti.’’
‘’Setuju! Segera akan saya buatkan surat kontrak untuk kamu tanda tangani.’’ ucap Savero sambil mengulurkan tangan yang langsung dibalas oleh Jena.
"Kalau begitu kamu boleh keluar sekarang.’’ titah Savero.
Wanita cantik itu segera beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan ruangan itu.
💦
💦
💦
Disisi lain wajah Sarah terlihat sangat pucat setelah kedatangan 2orang preman yang tengah berdiri menagih hutangnya.
‘’Mana uang yang kamu janjikan kemarin hah!’’ ucap preman itu.
‘’Iya, nanti juga akan saya bayar, tenang saja anak saya sedang mengusahakannya.’’ elak Sarah.
‘’Halah, janji mulu kapan bayarnya?! Pokoknya saya mau kamu bayar sekarang juga!’’ tekan preman itu lalu menendang salah satu kursi yang ada di depan Sarah dengan kakinya.
Braaakkk!!
‘’Ibu?’’ panggil Amora anak dari hasil pernikahan Sarah dan Krisna. Kini dia sudah duduk di bangku kuliah, tapi dia sama saja seperti ibunya suka bersenang-senang menggunakan uang Jena. Dan Amora adalah gadis yang manja, semua yang dia mau harus dituruti oleh ibunya membuat Jena semakin kewalahan menghadapi mereka.
Amora lalu berlari menghampiri dan memeluk erat ibunya.
‘’Ada apa ini bu?" tanya Amora dengan terus memeluk ibunya.
Kedua preman itu kini melihat Amora dengan tatapan mesum.
‘’Cantik juga nih bro, kalo kita bawa pasti bos suka.’’ Ucap salah satu preman itu yang masih bisa didengar oleh Sarah dan juga Amora.
‘’kalian jangan macam-macam ya sama anak saya!’’ ucap Sarah.
Preman itu berdecih mendengarnya.
‘’Kalo kamu tidak bias bayar hutang kamu 3hari lagi, maka rumah ini akan kami sita termasuk anak kesayanganmu ini,’’ ucap preman itu dengan mengusap pipi Amora yang membuatnya takut sekaligus geli.
‘’menjijikan!’’
"Hahahaha......." tawa keras kedua preman itu.
Meraka pun pergi sana sambil menendang pintu rumah itu.
"ini semua gara-gara anak sialan itu!" maki Sarah kesal.
"Bu, aku nggak mau kalo sampai mereka bawa-bawa aku." ucap Amora dengan manja.
"iya sayang, kamu tenang saja, Biar nanti ibu bicara lagi sama Jena anak sialan itu!"
"Iya Bu, kalo perlu kasih saja dia sama kedua preman itu." ujar Amora.
"Jangan dong sayang, nanti siapa yang akan membiayai hidup kita? ibu itu sudah tua dan ibu juga tidak mau bekerja lagi." jawab Sarah.
Amora berdecik kesal sambil menghentakkan kakinya masuk kedalam kamar. Gadis yang kini berumur 20tahun itu kesal karena dia pikir Sarah sedang membela anak tirinya.