Setelah patah hati, untuk pertama kalinya Rilly mendatangi sebuah club malam. Siapa sangka di sana adalah awal mula hidupnya jadi berubah total.
Rilly adalah seorang nona muda di keluarga Aditama, namun dia ditawan oleh seorang Mafia hanya karena salah paham, hanya karena Rilly menerima sebuah syal berwarna merah pemberian wanita asing di club malam tersebut.
"Ternyata kamu sudah sadar Cathlen," ucap seorang pria asing dengan bibir tersenyum miring.
"Siapa Cathlen? aku Rilly! Rilly Aditama!!" bantah gadis itu dengan suara yang tinggi, namun tubuhnya gemetar melihat semua tatto di tubuh pria tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TSM Bab 29 - Kebohongan
Rilly berkeliling rumah itu, tak banyak ruangan di sini. Hanya ada ruang tamu berukuran kecil, lalu ruang tengah kecil juga, berhadapan dengan pintu kamar yang hanya ada 1. Dapur dan meja kecil sebagai meja makan.
Benar-benar sebuah rumah kontrakan yang sangat sederhana.
Rilly membuka lemari pendingin yang ada di sana dan melihat sudah penuh dengan banyak bahan makanan.
Akhirnya Rilly menuju ke kamar dia dan kamar mandinya ada di sini. Menuju lemari pakaiannya, Rilly dibuat cukup tercengang, karena pada akhirnya dia bisa melihat baju pakaian wanita sebagaimana mestinya.
Bukan pakaian serba hitam seperti yang selama ini dia kenakan, bahkan saat ini pun Rilly memakai baju setelan hitam juga.
Rilly mengambil sebuah gaun, meski gaun itu sederhana sesuai perannya sebagai wanita miskin, tapi Rilly sangat menyukainya.
"Cantik," gumam gadis itu, bibirnya tersenyum kecil. Namun senyumnya mendadak hilang saat dia sadar 1 hal ....
Eh, tunggu dulu. Bukankah sekarang Liam bisa mendengar semua ucapan ku? Batin Rilly, akhirnya dia menyadari tentang hal ini.
Kedua matanya terpejam dan mengutuk dirinya sendiri, baru sadar jika Liam sudah bisa mendengar semua ucapannya sejak tadi, artinya pria itu pun mendengar pula pembicaraannya dengan Frans di dalam kamar.
Astaghfirullahaladzim, untung saja dia tidak marah. Mulai sekarang aku harus lebih hati-hati. Batin Rilly.
Dia membawa baju pilihannya itu menuju ranjang, Rilly duduk di tepian. Membuka tas dan melihat ponsel yang tadi diberikan oleh Frans.
Rilly membuka ponsel itu dan sangat besar kepingannya untuk menghubungi keluarganya. Tapi jika sampai Rilly melakukan itu, jelas Liam langsung mengetahuinya. Karena Rilly tahu, ponsel ini pun telah di sadap oleh pria badjingan itu.
Drt drt drt, Rilly langsung mendelik saat ponsel itu bergetar, padahal dia sedang memegang dan memandanginya.
Panggilan telepon dari Liam.
Rilly yang kaget sontak saja menjawab panggilan itu tanpa pikir panjang, bahkan dia juga belum sempat mengumpat.
"Halo," jawab Rilly gugup, hampir 2 bulan ini dia tak pernah memegang ponsel, ini adalah panggilan telepon pertamanya setelah sekian lama.
"Aku lupa memberi tahu mu 1 hal, tiap sudut rumah itu sudah ku pasang CCTV, jadi aku juga bisa melihat apapun yang kamu lakukan," ucap Liam, suaranya begitu berat dan terdengar dingin.
Namun Rilly tak merasa takut sedikitpun dengan suara itu, mungkin karena dia telah terbiasa. Sekarang yang ada hanyalah rasa kesal.
"Tiap sudut? apa kamar mandi ku juga kamu pasang CCTV?" tanya Rilly dengan nada tidak terima, di hadapan Liam dia seolah tak ada harga dirinya lagi. Rilly benci diperlakukan seperti itu.
Dia bukan Cathlen.
Meski menjalani tugas seperti ini, tapi Rilly juga butuh yang namanya dihargai.
Dan mendengar bentakan Rilly itu, entah kenapa lidah Liam terasa kaku untuk menjawab jujur.
"Tidak, kamar mandi mu tidak ada CCTV," balas Liam, akhirnya dia mengucapkan sebuah kebohongan. Padahal harusnya Liam tidak bersikap seperti itu, harusnya dia katakan saja sejujurnya tanpa pikir panjang.
Tak peduli dengan tanggapan Rilly selanjutnya.
Harusnya Liam tetap bersikap semaunya seperti selama ini, tapi entah kenapa tiba-tiba kini ada perubahan.
"Jangan bohong!"
"Tidak," balas Liam singkat.
"Aku akan memeriksanya sekarang, kalau sampai ku temukan CCTV itu, habis kamu!" Rilly bahkan langsung berjalan ke kamar mandi, memeriksa tiap sudut ruangan itu dan tak menemukan apapun.
Ya, Liam telah menempatkannya di tempat yang paling aman.
"Tidak ada kan?" tanya Liam.
Dan belum sempat Rilly menjawab pertanyaan itu, Liam sudah lebih dulu memutus sambungan telepon mereka.
Tut!