Bercerita tentang seorang permaisuri bernama Calista Abriella, yang telah mengabdi pada kekaisaran selama 10 tahunnya lamanya. Calista begitu mencintai Kaisar dan rela melakukan apa saja untuknya, namun cinta tulus Calista tak pernah berbalas.
Sampai suatu peristiwa jatuhnya permaisuri ke kolam, membuat sifat Calista berubah. Ia tak lagi mengharap cinta kaisar dan hidup sesuai keinginannya tanpa mengikuti aturan lagi.
Kaisar yang menyadari perilaku Calista yang berbeda merasa kesal. Sosok yang selalu mengatakan cinta itu, kini selalu mengacuhkannya dan begitu dingin.
Akankah sifat Calista yang berbeda membuat kaisar semakin membencinya atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kleo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 - Mengambil Alih 2
“Berjanjilah padaku jika kau akan pulang dengan selamat.”
Mendengar perkataan Leonardo, Calista memandang aneh padanya, “Untuk apa saya berjanji pada Anda?”
“Karna aku telah menyelamatkanmu.”
“Saya tidak dapat berjanji untuk kembali dengan selamat,” balas Calista.
“Sekarang saya harus pergi, semoga anda lekas pulih, Yang Mulia.”
Setelah memberi salam pada Leonardo dan Aaron, Calista pergi meninggalkan keduanya, ruangan itu pun kembali hening.
“Leonardo apa kau mulai mencintai permaisuri?” tanya Aaron membuka pembicaraan.
Leonardo menatap Aaron, “Kenapa kau menanyakan itu?”
“Aku hanya penasaran saja, apakah sahabatku ini bisa mencintai istrinya dengan tulus sekarang?”
Leonardo terdiam sembari mengingat semuanya. “Aaron, aku tidak tahu dengan parasaanku sendiri. Apa rasa ini memang rasa benci atau cinta? Aku tidak tahu.”
“Setiap melihatnya hatiku bergetar, entah karena marah atau karna rasa suka, aku tidak suka melihatnya tak ada dari pandanganku.”
“Sejak dulu aku selalu mengatakan kata benci pada sosoknya, tapi itu bertentangan dengan hati dan pikiranku sendiri.”
“Jika kau mencintainya kenapa kau mengacuhkannya dan malah membawa wanita lain ke istana ini?” tanya Aaron lagi.
“Karna aku merasa kalah pada ayah dan ibuku. Aku ingin menentang perkataan mereka, bahwa lambat laun aku pasti akan mencintai wanita yang dijodohkan oleh mereka.”
“Aku benci harus selalu mengikuti keinginan mereka seperti boneka, aku sangat menentangnya. Tapi kenyataannya justru berbanding terbalik.”
“Saat Calista telah resmi menjadi seorang permaisuri, aku benci melihat setiap tingkah lakunya yang mirip seperti ibu. Tanpa sadar aku selalu menghindar darinya.”
“Itu sebabnya kau membawa wanita lain? Karna kau ingin menghindar dari sosok permaisuri?”
Leonardo menggeleng. “Nanti kau akan tahu alasannya.”
“Tapi wanita itu berkali-kali ingin membunuh permaisuri Calista dan kau membiarkannya saja?”
Leonardo terdiam, ia tak membalas dan mengalihakan pembicaraan ke arah lain.
...****************...
Calista dan Aaron telah berkumpul di depan istana, keduanya telah siap untuk pergi ke Tibelia dengan banyak persiapan.
“Ibu kapan kau akan pulang?” tanya Theodore.
“Mungkin selama beberapa minggu ini ibu akan di sana, dan Theodore harus berjanji pada ibu untuk menjaga kesehatanmu dengan baik.”
Theodore mengangguk, “Aku berjanji untuk selalu sehat selama ibu tak ada, tapi ibu jangan berlama-lama di sana, setelah semuanya selesai ibu harus cepat pulang.”
“Ya, ibu akan pulang setelah semuanya selesai.”
“Yang Mulia, semuanya sudah siap,” lapor seorang pelayan.
Calisa yang berjongkok di hadapan putranya itu pun kembali berdiri.
“Ingat, ya, ibu, ibu harus cepat pulang.”
“Ya, putraku, ibu akan cepat pulang.”
“Paman kau harus menjaga ibuku dengan baik, ya, aku titip ibu padamu, paman.”
Aaron mengangguk, “Paman akan selalu menjaga ibumu.”
Dimulailah perjalan Calista menuju daerah Tibelia, membutuhkan waktu selama dua hari untuk sampai di daerah tersebut. Betapa terkejutnya Calista ketika turun dari kereta kuda dan melihat langsung Tibelia.
“Ini lebih buruk dari Lizel yang dulu.”
“Kenapa semua terlihat kacau begini?”
Calista sangat ingat Tibelia yang dulu, meski tak seramai ibukota, bangunan dan rumah-rumah penduduk sangat tertata dan kehidupan para penduduknya sejahtera.
Kini sungguh berbanding terbalik dengan itu, banyak bangunan hancur, dan para rakyat yang kelaparan di pinggir jalan.
Saat mereka melihat Calista, para penduduk sekitar langsung mengerubungi rombongan permaisuri.
“Apa bantuan sudah datang?”
“Apa ini kereta bantuan?”
“Tolong beri kami makanan, selama beberapa hari tak ada bantuan yang datang ke Tibelia.”
“Anda pasti bangsawan kota bukan? Bisakah anda memeberi kami sedikit makanan. “
Para pengawal yang melihat permaisuri di kerubungi langsung menghalau para penduduk untuk sedikit menjauh.
“Jangan memperlakukan mereka dengan kasar,” tegur Calista sembari berjalan menghampiri penduduk yang menjauh tersebut.
“Bisa kalian ceritakan padaku kenapa Tibelia bisa separah ini?”
“Jika anda hanya ingin mendengar cerita tanpa membantu seperti bangsawan yang lain, lebih baik tidak usah, kaisar hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa melihat rakyatnya yang kesusahan si sini,” balas salah satu penduduk.
“Sudah lebih dari sebulan kami menunggu bala bantuan tapi yang datang kemari hanya bantuan pangan yang tak layak.”
“Apa satu bulan? Kami baru mendengar berita itu kemarin setelah salah satu orang Tibelia datang ke kerajaan melaporkan semuanya.”
“Cih, sebenarnya apa yang para pengurus itu lakukan di sini,” gerutu Calista.
“Kalian, turunkan bahan makanan dan bagikan pada seluruh penduduk di sini!” perintah Calista pada para Kesatria.
Dengan cepat para kesatria mematuhi printah Calista.
“Sekarang apa kalian bisa menceritakan semuanya padaku? Aku berjanji akan membantu Tibelia.”
“Anda tahu tentang bendungan yang rusak, sebenarnya kami sudah melaporkannya pada pengurus wilayah Tibelia. Tapi sama sekali tidak ada tanggapan, bahkan saat semua benar-benar hancur seperti ini tak ada bantuan yang datang.”
“Untungnya para petani yang berhasil panen membagikan hasil panennya pada seluruh penduduk yang masih hidup. Anda tahu karna bendungan itu banyak orang menjadi korban.”
“Di tambah dengan berbagai penyakit yang sekarang muncul karna masalah ini.”
“Baiklah aku mengerti. Sekarang di mana penduduk yang lain?”
“Kami mengungsi di bukit sekitar,”
Calista menatap seluruh kesatria yang sibuk membagikan bahan makanan pada para penduduk yang semakin banyak mendekati mereka.
“Permaisuri Calista, sekarang apa yang ingin Anda lakukan?” tanya Aaron.
Mendengar Aaron memanggil Calista permaisuri, sontak membuat penduduk sekitar terperangah, dan langsung menunduk memberi hormat padanya.
“Yang Mulia permaisuri maaf atas kelancangan kami, kami benar-benar tidak tahu.”
“Tidak, tidak perlu meminta maaf, sekarang berdiri dan kembalilah ke aktivitas kalian masing-masing.”
Calista yang telah tahu kondisi Tibelia tak membuang waktunya begitu saja, ia langsung mengirimkan surat di hari itu juga, agar kaisar mengirimkannya bala bantuan.
...****************...
Di sana Calista dan para rombongannya tinggal di salah satu vila yang telah lama ditinggalkan pemiliknya. Selama di sana Calista melakukan pekerjaan sendiri tanpa pelayan pribadi, wanita itu bahkan membantu para penduduk memasak.
Melihat Calista yang sibuk membantu para warga Tibelia, Aaron yang duduk sembari memakan makanan yang dibagikan tampak kagum pada sosoknya.
Kini aku tahu alasanmu melakukan hal-hal aneh di kerajaan, kenapa semakin aku mengenalmu, semakin aku menyukaimu. Aaron .
Mata hijau itu, senyum itu tulus itu, bisakah aku memilikinya? Aaron.
Tiba-tiba terbesit di dalam ingatan Aaron akan kata-kata Leonardo kemarin. Menayadarkannya akan kenyataan yang ada.
Apa aku salah mencintai wanita milik orang lain? Aaron.
Apa rasa yang muncul ini salah? Aaron.
Aaron mendesah kesal, “Sadarlah Aaron kau tak dapat memilikinya.”
sblmnya aku mendukung Aaron, skrg males banget