Lin Lianwei, seorang perampok dan ketua bandit dari kota X, tiba-tiba mendapati dirinya terjebak dalam tubuh seorang gadis desa bernama Lin Yuelan, gadis yang lemah dan malang, yang baru saja mengalami pelecehan oleh seorang pria tak dikenal.
Dalam kesakitan dan keputusasaan yang mendalam, Yuelan memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan melompat ke sungai. Namun, alih-alih kematian, justru jiwa Lin Lianwei yang masuk ke dalam tubuh Yuelan pada saat genting itu.
Selama tiga bulan pertama, Lianwei mencoba memahami kehidupan barunya sebagai Lin Yuelan. Ia berusaha untuk bangkit dari tragedi yang dialami dan menjalani kehidupan baru ini dengan penuh kehati-hatian. Tetapi, sesuatu mulai terasa aneh. Tubuh barunya menunjukkan gejala-gejala yang membuatnya khawatir. Setelah mencari tahu, Lianwei pun terkejut mengetahui bahwa dirinya hamil.
Dengan ketidakpastian tentang siapa ayah dari anak yang dikandungnya, Lianwei merasa sangat kebingungan. Mampukah dia melewati situasi yang rumit ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RENCANA MENGUNGSI
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Lin Yuelan pergi bersama Lin Nuwa ke kota, keduanya menggunakan kereta milik Lin Bo Cheng yang sebelumnya rusak.
Jun Hui berusaha keras mengumpulkan kayu dari pegunungan untuk memperbaikinya, sehingga tidak ada yang istimewa dari gerbongnya, itu terlihat sederhana dan sangat biasa.
Empat puluh menit kemudian, kereta memasuki kota, mereka mulai mendatangi toko kelontong untuk membeli berbagai macam kebutuhan, seperti beras, biji-bijian kasar, tepung, garam, saus dan yang lainnya dalam jumlah besar, sehingga membuat penjaga toko terlihat sangat bersemangat.
"Nona, apakah anda membutuhkan yang lainnya? Kami juga memiliki gula merah, ini sangat berkualitas." ucap penjaga toko sambil menunjukkannya pada Lin Yuelan dan Lin Nuwa.
"Baiklah paman, beri aku 5 kati gula merah," ucap Lin Yuelan. Dia hampir saja memenuhi gerbong kereta dengan barang belanjaannya.
Pria itu mengangguk, mengambil kertas minyak untuk membungkus gula, kemudian menimbangnya. "Aku akan memberi kalian berdua sedikit lebih, setengah kati."
Lin Yuelan tersenyum, "Paman, sepertinya akhir-akhir ini toko banyak yang sepi."
Pria berusia 45 tahun itu segera menghela nafas panjang, "Wilayah barat mengalami peperangan, sehingga bahan makanan sangat sulit untuk di angkut. Ini juga memerlukan banyak usaha untuk mendapatkannya, karena itulah harganya menjadi semakin mahal."
Lin Yuelan mengangguk, setelah selesai membayar, dia bergegas menuju toko kain. "Paman, berikan aku sepuluh gulung kain katun."
Penjaga toko kain tersenyum riang menyambut kedatangan keduanya, "Nona, anda bisa memilih warnanya di sini."
Lin Yuelan melirik, berjalan sebentar kemudian menunjuk beberapa gulungan kain di seberangnya. "Yang ini, ini, dan itu."
Penjaga toko berjalan dengan cepat, dia bergegas mengemas kain milik Lin Yuelan dan membantu mengangkatnya ke atas kereta. Dia terlihat sangat antusias saat mendapatkan pembayaran dari gadis itu.
"Terima kasih banyak, paman." ucap Lin Yuelan. Dia kembali melanjutkan perjalanan dan membeli beberapa kati daging dan sayuran.
"Nyonya, apakah anda ingin membeli yang lainnya?" tanya Lin Nuwa, namun Lin Yuelan segera menggelengkan kepalanya.
"Tidak! Lebih baik kita segera kembali." ucapnya datar, dia merasa sedikit tidak nyaman dengan perutnya. Lin Nuwa mengangguk, dia segera memberikan perintah pada Lin Gao yang bertugas sebagai kusir.
Saat mereka sampai di halaman, Lin Zhaoyang dan Lin Bo Cheng muncul, wajah kedua bocah itu cemberut seolah memiliki banyak keluhan. Lin Yuelan menyipitkan matanya, dia segera bertanya. "Apa yang terjadi? Kenapa dengan wajah kalian?"
Lin Zhaoyang dan Lin Bo Cheng memalingkan wajahnya, seolah ingin mengatakan, itu kamu! Kamu tidak pernah mengajak kami berjalan-jalan ke kota.
Lin Yuelan menggelengkan kepala melihat kelakuan kedua bocah itu, "Ada apa? Ibumu tidak bisa mengajak kalian berdua pergi ke kota karena alasan keamanan. Ada banyak penjahat di sana dan ibu tidak ingin kalian berdua terluka."
Akhirnya Lin Zhaoyang dan Lin Bo Cheng menunjukkan senyuman tipis, "Itu saja."
Kedua anak itu kembali gembira, mereka berjongkok di tanah dan menangkap jangkrik. Lin Yuelan menghembuskan nafas panjang, dia segera duduk di kursi malas sambil memejamkan matanya.
"Nyonya, sepertinya paman Jun Hui dan yang lainnya telah pergi ke gunung, apakah kita akan menyusul?" tanya Lin Nuwa.
Lin Yuelan menggelengkan kepala. "Besok saja!"
Dua jam kemudian, semua orang kembali. Mereka duduk dengan tenang sambil menyantap makanan yang telah di masak oleh Lin Nuwa.
"Nyonya, paman telah memanen semua buah merah," ucap Jun Hui sambil menunjuk beberapa karung yang terisi di dapur. Lin Yuelan mengangguk, berjalan sebentar untuk memeriksa. Dia juga melihat gudang kayu bakar yang sangat penuh.
"Terima kasih banyak untuk kerja keras semua orang," ucap Lin Yuelan sambil tersenyum.
Bahan makanan yang mereka beli cukup untuk bertahan hidup selama 2 bulan, jika di tambah dengan yang ada di mansion modern, sepertinya Lin Yuelan tidak perlu khawatir selama 2 tahun.
"Ini hanya sedikit usaha,'' ucap Jun Hui dengan santai.
"Nyonya, saat kami berada di gunung, ada 5.000 orang tentara yang melewati jalan itu, sepertinya mereka akan di kirim ke perbatasan." Lin Yaoshan memberi tahu.
"Aku mengerti!" ucap Lin Yuelan sambil mengangguk, dia juga merasa sangat yakin bahwa peperangan tidak bisa di hindari.
"Nyonya, apakah kita akan bergabung dengan warga desa untuk pergi mengungsi?" tanya Jun Hui, jika melihat situasi saat ini, sepertinya perang besar akan menghabiskan waktu lebih lama dari perang-perang sebelumnya.
Lin Yuelan menggelengkan kepala, "Kita akan tetap tinggal di rumah, tidak perlu pergi. Lagi pula, jika perang mulai pecah, gerbang kota juga pasti di tutup, akan sangat sulit untuk menerobos nya."
Semua orang mengangguk, mereka juga memahami situasi sulit saat ini dan tidak banyak bantuan yang akan di dapatkan dari pemerintah. Terutama karena perang membutuhkan biaya yang cukup tinggi, tidak hanya bahan makanan, namun juga obat-obatan, rumput dan senjata.
"Anda benar, kita bisa memanfaatkan situasi ini untuk berburu lebih banyak binatang di gunung. Membuat daging kering untuk di gunakan saat persediaan makanan mulai berkurang." ucap Jun Hui.
Lin Yuelan memikirkan abon di kehidupan sebelumnya dan langsung menganggukan kepala. ''Ini juga bisa!"
Saat mereka sedang berbicara, terdengar suara gong yang di pukul di aula leluhur. Sepertinya Lizeng memiliki sesuatu untuk di bicarakan dengan seluruh warga desa.
Lin Yuelan bangkit, dia berjalan dengan tenang sambil melirik warga yang berlari dengan terburu-buru. Dahi gadis itu sedikit mengernyit, "Apakah situasinya lebih buruk dari yang aku duga?"
Lin Nuwa di sampingnya menggelengkan kepala, "Aku juga tidak mengetahuinya."
Setelah semua orang berkumpul, Lizeng segera memberikan pengumuman. "Warga desa sekalian, sebelumnya aku ingin memberitahukan sebuah berita buruk. Telah terjadi peperangan di perbatasan, dan di khawatirkan akan mencapai desa kita dalam 2 minggu ke depan. Pemerintah meminta kita untuk mengungsi, dan menghindari berbagai hal yang merugikan. Kita akan berangkat dalam 2 hari, kalian bisa mengemas apa pun yang sekiranya bermanfaat."
Warga desa terlihat sangat terkejut, dahi mereka di penuhi dengan garis-garis hitam. "Lizeng, bagaimana dengan ladang kami? Sayuran sudah di tanam dan bisa di panen dalam 1 bulan.''
Batuk!
"Pilihan ada di tangan kalian sendiri, apakah ingin ikut mengungsi ke tempat yang lebih aman atau tetap tinggal di desa Fujian. Kemungkinan perang kali ini akan lebih lama di bandingkan sebelumnya." jawab Lizeng.
Wajah warga desa terlihat sangat pucat, "Haruskah kita memetik sayuran yang baru tumbuh? Batangnya bahkan belum setinggi jari."
Lizeng menghela nafas berat, "Aku tahu ini pilihan yang sulit, namun menyelamatkan nyawa jauh lebih penting di bandingkan beberapa kati sayuran."
👍💪