Arya, seorang pria yang memiliki istri yang sangat cantik dan juga memiliki seorang putera yang masih balita harus menelan pil pahit saat mengetahui sang istri dijodohkan oleh keluarganya dengan pria kaya raya.
Hal yang menyakitkannya, sang istri menerima perjodohan itu dan berniat melangsungkan pernikahan meskipun mereka belum sah bercerai.
Semua itu karena Arya dianggap pria miskin dan tak layak mendampingi Tafasya yang cantik dan memiliki body sempurna.
Bagaimana kisah selanjutnya, maka ikuti novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17
Malam beranjak. Tafasya baru saja selesai membersihkan rumah dan memasak. Ini bukan mimpinya, dan ia tak ingin ini berlanjut untuk terus diperbudak.
Ia beranjak dari kasurnya. Lalu keluar dari kamar dan mengendap-endap untuk pergi dari penyekapan yang terjadi. Akan tetapi, baru saja ia akan keluar, wanita berwajah sangar itu sudah berdiri dibelakangnya.
"Eheeem, mau kemana?" tanya wanita itu dengan nada dingin.
pertanyaannya terdengar begitu sangat menakutkan. Tafasya memutar tubuhnya ke arah wanita yang menyapanya. "Aku ingin pergi, dan kamu tidak berhak melarangku!" jawabnya dengan kasar.
Wanita itu menyunggingkan senyum sinis. "Cih! Bukankah kau yang ingin menikah dengan suamiku? Mengapa saat ia sudah bangkrut kau ingin pergi? Kau harus mendukungnya agar dapat kembali kaya." ia mengibaskan rambutnya yang tergetai kedepan.
"Aku ingin bercerai, aku tak sudi menjadi istrinya," jawab Tafasya dengan nada kesal.
"Tentu tidak bisa. Kau harus ikut menanggung kebangkrutannya, dan kau juga harus berjuang untuknya." wanita itu berjalan menghampirinya.
Seketika Tafasya merasa takut. Ia sangat bergidik melihat tatapan wanita tersebut.
"Menjauh dariku! Aku tak ingin hidup dalam lingkaran kemiskinan, aku ingin bercerai dari suami miskinmu!"
"Suamiku? Bukankah ia suamimu juga? Ayolah, jangan egois. Kamu bisa diandalkan, aku ada pekerjaan untukmu!" ucap wanita itu dengan senyum licik.
"Aku tidak mau!"
Wanita itu kembali mengulas senyum licik, lalu dengan gerakan cepat ia membekap wajah Tafasya dengan sapu tangan yang telah diberi obat bius, dan ia tak sadarkan diri.
*****
Ani dan Tony terlihat uring-uringan. Mereka sudah menghubungi ponsel Tafasya, tetapi tidak tersambung dan selalu berada diluar jangkauan.
"Ton, kakakmu kenapa tidak menjawab panggilan kita ya?" tanya wanita paruh baya itu dengan nada khawatir.
"Kita samperin saja kerumahnya," saran pemuda itu.
"Ya udah, ayo!" wanita itu menyetujui usul puteranya, dan ia memilih untuk mengenakan sepatu dan perhiasan yang merupakan hasil dari memoroti puterinya.
Keduanya menyusuri jalanan menggunakan sepeda motor untuk menuju rumah Tafasya yang sekarang telah menjadi istri konglomerat.
Sekian jam berlalu, keduanya tiba didepan sebuah rumah mewah berukuran cukup besar. "Kita sudah sampai, Bu," ucap Tony dengan rasa bahagia.
Sudah kedua kalinya mereka datang kemari dan berhasil mengeruk seperbagian harta milik pria itu.
Mereka masih belum puas untuk hasil yang masih minimal, karena harus dapat menguasai semuanya dengan mengorbankan puterinya.
"Fasya, Fasya...," teriak Ani dengan rasa tak sabar. Ia bahkan tak menghiraukan orang-orang yang memandanginya dengan tatapan sinis.
Terlihat seorang pria berpakaian serba hitam sedang membuka pintu pagar dan menatap keduanya dengan tatapan dingin dan penuh selidik.
"Sedang mencari siapa, Bu?" tanya pria itu dengan dingin.
"Eh, yang sopan dong! Saya ini ibu dari pemilik rumah ini!" Ani tampak sangar dan merasa kesal karena bodyguard itu bertanya padanya dengan nada tak sopan.
"Maaf, maksud ibu siapa, ya?" pria itu kembali bertanya.
Seketika Tony merasa geram dengan pertanyaan pria tersebut. Ia berkalan mendekati pria itu dengan wajah penuh amarah. "Eh, kamu yang sopan, ya! Apa perlu aku meminta kakakku untuk memecatmu saat ini juga!" ancam pemuda pengangguran itu sembari mencengkram kerah kemeja sang bodyguard.
Pria bertubuh tinggi tegap itu menepis cengkraman Tony padanya. Ia kembali membalas tatapan pria itu dengan sangat tajam. "Jaga tingkah dan ucapan, Anda! Atau perlu saya memanggil an-jing penjaga untuk mengusir kalian berdua!" pria itu menekankan nada bicaranya.
Tony semakin kesal. Ia melayangkan tinjunya pada sang bodyguard yang berusaha menghalangi mereka masuk kedalam perkarangan rumah.
Saat tinju itu hampir sampai dipelipis mata sang penjaga, sebuah tangan menangkapnya dengan cepat.
Lalu perlahan seorang pria berwajah tampan dengan dua manik mata bermata biru menatapnya tajam. Kemudian ia menurunkan kepalan tinju itu dengan kasar.
"Besikap sopan lah ketika dirumah seseorang!" ucapnya dingin.
Seketika Tony dan juga Ani tercengang menatap siapa yang ada dihadapannya.
Mereka bahkan berusaha mengusap kedua mata untuk memastikan apakah yang berada dihadapan mereka benar pria kere yang selama ini mereka hinakan.
"K-kau? Mengapa kau dirumah ini? Apakah kau melamar bekerja disini sebagai tukang kebun?" cibir Ani dengan nada mengejek.
"Ya kalau tidak tukang kebun, paling juga jadi supir atau kacung. Karena dia belum rela untuk move on pada kak Tafasya dan ia juga butuh uang!" Tony menimpali ucapan ibunya.
Pria yang tak lain adalah Arya hanya diam tak bergeming. Sepertinya melayani dua orang manusia setengah gila itu hanya menghabiskan energinya saja.
"Bos, apakah perlu saya mengusir mereka?" tanya sang bodyguard.
Kedua orang tersebut saling pandang saat mendengar sang bodyguard memanggil dengan sebutan kata 'Bos' pada pria yang selama ini mereka anggap miskin.
"A-apa, bos? Gak salah denger? Jangan mimpi! Hei, bangun! Tidurmu terlalu miring!" cibir Tony dengan nada mengejek.
"Jika mereka sudah selesai bicara, tolong tutup kembai pagar ini, saya lagi ada keperluan penting," ucap Arya dengan tegas. Lalu menuju mobilnya yang mana hal itu membuat keduanya semakin terkejut.
Arya mengemudi mobilnya dan meninggalkan kedua orang yang selalu merendahkannya dan tentu saja diiringi oleh tatapan bingung mengapa pria sepertinya dapat memiliki semuanya dengan waktu sekejap saja.
"Bu, tolong cubit, aku! Apakah ini hanya mimpi saja?" tanya Tony pada sang ibu.
Ani mencubit lengan puteranya, dan pemuda sombong itu meringis kesakitan.
"Bu, ini nyata, ini beneran jika si kere sudah menjadi orang kaya!" Tony masih tampak tak percaya.
"Jika benar, kemana Tafasya?" tanya Ani dengan nada bingung dan penasaran.
Seketika Tony tersentak kaget. Ia baru menyadari ada hal janggal mereka abaikan.
"Heh! Dimana kakakku Tafasya!"
Bodyguard itu tersenyum sinis. "Mengapa bertanya padaku, tanyakan langsung pada puterimu!" jawabnya dengan dingin.
"Ponselnya tidak aktif! Apakah Arya menyekapnya!" Tony tampak geram dengan tuduhan yang tak beralasan.
"Untuk apa bos saya menyimpan sampah, itu bukan typenya,"
Ani yang sedari tadi diam menjadi geram dengan jawaban dari pria tersebut. "Ini rumah Bondan menantuku! Maka puteriku jelas berada dirumah ini, dan mengapa kau masih bertanya!"
"Rumah ini milik pak Arya sebagai pemilik yang sah dan pak Bondan beserta Tafasya sudah pergi sejak dua malam yang lalu," sang bodyguard menegaskan.
Keduanya semakin bingung. Bagaimana mungkin itu terjadi? Bahkan Tafasya tak menghubungi mereka untuk memberitahukan hal tersebut.
"Kau jangan mengada-ngada! Tidak mungkin Bondan sampai dikalahkan oleh pria tengil itu! Pasti Arya melakukan perampokan dan penyekapan pada menantuku karena sakit hati bercerai dengan puteriku!" jawab Ani dengan nada yang tersulut emosi.
"Terserah, tapi yang penting, segeralah menjauh dari pagar rumah ini, sebab kalian telah membuang waktu saya!" pria itu mencoba mengusir keduanya dengan paksa, akan tetapi Tony ingin pergi dan memaksa masuk.
Namun sang bodyguard sudah hilang kesabarannya dengan menodongkan senjata api kebagian perut Tony.
atau udah g punya malu?
G MALU APA BILANG PERNAH.
KALAU PERNAH KAN SEKARANG UDAH GAK LAGI🤣🤣🤣🤣
dah g usah ditanggepin ar, tinggal pergi aja🏃♂️🏃♂️🏃♂️
DISINILAH LETAK DIMNA AKU GAK BEGITU SUKA DENGAN CERITA DRAMA KELUARGA.
KOMEN KU BERASA KAYAK EMAK EMAK KOMPLEK BLOK 69🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭
SAYANG...
seribu kali SAYANG🤣
ni mulut tasya enaknya dikasih sambal bakso semangkok🏃♂️