Skuel Terra The Best Mother
Lanjutan kisah dari Terra kini berganti dengan. tiga adik yang ia angkat jadi anak-anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SEBUAH PERASAAN 2
"Apa kau menyukai asisten ku?" terka Khasya langsung.
Frans nyaris menyemburkan kopinya. Ia sedikit terbatuk mendengar perkataan iparnya. Leon sampai mengelus punggung kakak laki-lakinya itu.
"Khasya!" tegur Leon dengan menyembunyikan senyumnya.
"Maaf," cicit Khasya juga menyembunyikan senyumnya.
"Kalian ini ... bisa saja menggoda orang. Namanya juga melihat gadis cantik. Lumrah bukan?" sahut pria itu tak bersalah.
"Ya ... kau benar. Tapi, jangan buat dua karyawan ku berharap terlalu banyak pada kalian jika kalian tak serius padanya," tukas Khasya.
"Dan jika kalian memang serius, aku harap dapat langsung mencari pengganti mereka berdua secepatnya," lanjutnya.
Frans dan Leon menghela napas bersamaan. Keduanya meluruskan punggungnya di sofa.
"Kami sudah terlalu tua untuk kembali membina rumah tangga," gumam Frans sadar diri.
"Jika pun kami mau. Semestinya dari dulu kami mencari, bukan di usia kami yang sebentar lagi masuk bumi," lanjutnya.
"Istighfar mas ... jangan bicara begitu. Apa kau mau mendahului rencana Tuhan?!" sergah Khasya mengingatkan.
Leon dan Frans tersadar. Keduanya langsung beristighfar.
"Jika jodoh kalian sudah datang, aku sih mendoakan kebahagian kalian berdua, karena kalian berhak mendapatkannya," jelas Khasya.
Frans dan Leon mengangguk setuju. Mereka tak boleh mendahului apa yang telah digariskan Allah pada mereka.
"Istikharah lah. Minta kepastian pada Allah," ujar Khasya lagi memberi saran.
"Terima kasih dik. Kamu memang luar biasa. Benar kata Virgou, kalau kau adalah wanita hebat!" puji Frans senang.
"Sama-sama, mas," balas Khasya dengan senyum lembut.
Najwa masuk membawa tumpukan berkas. Leon dan Frans kembali membantu mengajarkan sistem yang akan dijalankan wanita itu. Khasya menyimak sedang Najwa nampak merekam semua percakapan pada ponselnya. Gadis itu juga belajar banyak.
Najwa bernasib sama dengan Khasya dulu, menjadi sekretaris dan mengabdi selama dua belas tahun. Ia dipecat setelah putra dari pemilik perusahaan menggantikan pemimpin sebelumnya.
Najwa dipecat secara sepihak tanpa kompensasi malah dituduh dan dituduh tanpa bukti. Padahal Najwa sangat loyal pada perusahaan, ia mengabdi sampai lupa jika harus menikah. Hingga ketika ia dipecat dan digantikan sosok gadis tinggi berpakaian seksi juga ketat. Najwa baru sadar, usianya sudah setua itu dan belum menikah.
"Tolong, minta Lusy membeli makan siang untuk kita semua, jika perlu kau ikut lah!" titah Khasya ketika melihat jam makan siang.
"Baik, nyonya. Apa pesanan seperti biasa?"
"Aku biasa, tapi ...." ia menoleh pada dua pria di depannya.
"Aku ingin nasi Padang dengan rendang dan perkedel kentang," sahut Leon.
"Aku sama, tapi pakai ayam bakar tanpa perkedel," sahut Frans.
"Kamu tanya juga pesanan untuk Nyonya Terra dan Puspita ya," ujar Khasya.
Najwa mencatat semuanya. Gadis itu pun pergi setelah Khasya memberi uang tiga lembar uang seratus ribuan.
Tak lama, Najwa datang bersama Lusy. Khasya meminta mereka memanggil Terra dan Puspita untuk makan bersama. Semua makan dalam tenang, begitu juga yang lainnya. Setelah makan. Lusy membereskan semuanya.
''Oh ya perkara aqiqah, apa lagi yang dibutuhkan? Aku jadi malu dengan keponakanku." ujar Frans.
Puspita tersenyum. Ia juga tak tau apa rencana suaminya. Ia hanya mengikuti apa yang Virgou inginkan selama itu baik dan untuk keluarga.
"Ita nggak tau, dad. Mas Virgou juga hanya meminta untuk menyiapkan rumah saja. Semuanya dia yang urus," jawab wanita beranak enam itu.
Frans hanya menghela napas panjang.
"Ah ... aku suruh Gabe untuk meng-aqiqahkan keempat anaknya!" usul Leon.
"Ah iya. Di Eropa tidak ada tradisi itu. Jika pun ada, kita mesti adakan acara di perusahaan atau ambasador yang butuh biaya lebih banyak lagi," sahut Leon memberi ide.
"Cepat hubungi Gabe. Bilang pada Virgou di mana ia beli kambing!" sahut Frans semangat.
Leon segera menghubungi Gabe putra dari Frans itu. Pria itu mengatakan usulnya.
"Daddy Virgou sudah mengatasi itu dad," jawab Gabe di seberang telepon.
"Apa jadi Virgou sudah mengatasi itu?"
"Iya, dia sudah mengatasi itu. Ia bilang, uangnya banyak dan bingung mau dibuang ke mana," jawab Gabe lagi.
"Ck ... anak itu ... ya sudah. Aku tutup dulu. Assalamualaikum!"
Leon menutup sambungan teleponnya setelah Gabe menjawab salamnya. Ia pun menggeleng pada kakaknya.
"Virgou sudah merencanakannya."
"Ya, sudah ... tidak apa-apa, toh kalian adalah bagian dari kami," ujar Puspita tak mempermasalahkan.
Frans dan Leon tersenyum dan mengucap banyak terima kasih.
"Te, biar aku yang menangani bingkisannya, aku mohon!" pinta Frans memelas.
"Iya dad, kebetulan Te ingat jika bingkisan kurang," sahut Terra mengiyakan permintaan Frans.
"Memang mau undang anak yatim berapa?" tanya Leon kini.
"Seperti kemarin, seribu anak yatim," jawab Terra.
"Hei jangan lupa semua anak kita akan ikut mengantri, mereka menolak bingkisan khusus. Mereka ingin bingkisannya sama dengan para anak yatim," sahut Khasya mengingatkan.
"Baik lah, aku akan menambah lima ratus bingkisan lagi, apa itu cukup?" Terra mengangguk.
Frans dan Leon tersenyum. Sebuah rasa hangat membungkus hati mereka. Kasih sayang keluarga memang obat segalanya.
"Terima kasih atas cinta yang kalian berikan," ujar Frans tulus.
Terra bergayut manja pada Leon dan Frans. Dua pria itu pun memberi kasih sayang pada Terra.
Najwa dan Lusy memandang betapa hangatnya bersaudara dan beripar. Mereka membandingkan keluarga mereka.
"Saya iri melihat kehangatan ini," celetuk Najwa tak sadar.
Semua menoleh. Najwa yang tersadar dengan ucapannya langsung menunduk dalam.
"Kenapa?" tanya Khasya lembut.
"Maaf ... saya tak bermaksud ...."
"Tidak apa-apa. Kemari lah kalian," pinta Khasya lagi.
"Duduk lah!" kedua gadis beda usia itu duduk.
Khasya sedikit tahu keadaan keluarga kedua gadis itu. Ia telah membaca profilnya. Lusy pernah ditinggal sendirian oleh ayahnya di rumah ketika ibunya bekerja menjadi buruh cuci.
Semua pintu dan jendela dikunci, Lusy baru berusia lima tahun dan tengah demam tinggi. Sang ayah pergi dan tak pernah kembali hingga ketika ibunya pulang rumah dalam keadaan gelap dan ketika masuk Lusy sudah tak sadarkan diri.
Sedang Najwa berasal dari keluarga broken home. Ayah dan ibunya berselingkuh. Mereka tak perduli memiliki seorang putri. Hingga bercerai dan saling melempar tanggung jawab untuk mengurus Najwa. Hingga gadis itu berakhir di rumah nenek dari ibunya. Bekerja menghidupi sendiri dirinya dari ia berusia sepuluh tahun. Lalu bersekolah mendapat beasiswa dan bekerja di sebuah perusahaan besar. Mengabdi selama dua belas tahun, tapi dipecat tanpa pesangon dan dituduh menggelapkan data.
Najwa dan Lusy hidup menderita karena kesalahan orang tua. Beruntung nasib mereka tak berakhir di jalanan dan menjadi berandalan atau wanita-wanita penjaja cinta.
"Kami sudah terpuruk dan dihina. Kami tak mau menghina diri kami sendiri, makanya kami berjuang untuk mengubah nasib kami," sahut Najwa.
Lusy mengamini penjelasan gadis di sebelahnya. Ia juga berpendapat sama.
"Saya yakin, Allah memiliki seribu rencana di balik semua kesulitan kami, selama kami mau bersabar dan tawakal menghadapi segala cobaan-Nya," timpal Lusy.
Frans, Leon menatap dua gadis dengan pandangan kagum begitu juga Khasya, Puspita dan Terra.
"Istikharah lah, mas," bisik Khasya.
bersambung.
ya ... istikharah untuk memantap kan hati.
next?