Lihat saja, aku bersumpah, aku akan membuatnya memohon untuk menikah dengan ku kurang dari 100 hari ini.
Luna mengucapkan sumpah di depan sahabatnya, Vera yang hanya menganga menatap ke arahnya, merasa sumpahnya itu konyol dan takkan pernah terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RatihShinbe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23
Devan berjalan cepat menuju ruangan Abel. Terlihat Luna sedang menunggu Abel yang sedang melakukan video call dengan korban selamat.
"Kami masih menunggu Pak, ini sudah sangat jauh dari pemukiman, kami rasa akan sangat sulit menjangkau kami di sini" ucap nya.
"Ok Pak Kim, simpan ponsel mu, jangan sampai batrai nya habis, aku akan ke sana membawa bantuan" jawab Abel.
Devan mendekat.
"Bagaimana caranya kau ke sana, tempat itu sangat jauh, dan lagipula mobil biasa takkan kuat menjangkau nya" ucap Devan tak yakin.
"Kalau begitu pakai Jeep nya, untuk apa mahal-mahal aku membelinya jika tidak dipakai? " ucap Abel seraya berdiri memakai jasnya.
Luna hanya mengikutinya saja. Tapi Abel mencegahnya.
"Kau di sini saja, handle semua jadwalnya. Kau juga temui semua klien yang sudah dijadwalkan pertemuannya" tunjuk Abel pada Luna dan Devan.
Mereka hanya saling menatap.
"Tidak, biarkan Luna ikut, kau baru sembuh Bel! " Devan mengikutinya hingga ke luar.
Semua orang berdiri, mereka mendengar kabar kecelakaan kerja yang terjadi. Perjalanan kru syuting drama utama di StarTv mengalami kecelakaan tunggal. Mereka juga terjebak di daerah terpencil.
"Tidak, ini terlalu berbahaya" Abel berbalik dan menatap Luna.
Semua orang ikut menatap mereka.
"Hmmm, akan lebih berbahaya jika anda pergi sendiri dalam keadaan seperti ini Pak" jawab Luna.
Devan mengangguk setuju.
"Ya, benar. Dia benar, kau baru saja pulih, hanya dia yang tahu bagaimana cara menangani mu" ucap Devan.
Aryo memalingkan wajahnya, merasa kesal dengan ucapan itu, seolah Luna hanya milik Abel.
Abel menghela, kemudian menatap Luna lagi.
"Baiklah, kau ikut! " ucap Abel mengizinkan.
"Nah itu baru aku tenang" ucap Devan.
Abel dan Luna pergi.
"Aku akan beritahu orang tuamu! " seru Devan.
Semua orang mengantar kepergian mereka dengan tatapan cemas.
"Yang lainnya fokus bekerja, tidak ada Abel tidak ada Luna, bicara dengan ku jika ada apa-apa" ucap Devan.
"Baik Pak! " ucap mereka.
Aryo duduk, menghela lagi. Kali ini dia sangat. cemburu mereka pergi bersama.
Teman yang lainnya pun hanya ikut membicarakan tentang Luna yang begitu menempel dengan Abel. Tapi lainnya juga membela dengan menyebutkan kelebihan Luna.
Aryo hanya menjadi kepanasan dan tak enak diam, dia pergi ke pantry dan menyeduh kopi.
#
Di dalam Jeep.
Luna fokus dengan ponselnya, Abel menatapnya.
"Kau... "
"Ya Pak? " Luna langsung menyimpan ponselnya dan menatap Abel.
Abel jadi salah tingkah, dia berpaling dan menatap ke arah luar jendela.
"Hmmm, tentang.... "
Luna menunggu meskipun Abel tak menatapnya.
Arul hanya memperhatikan dari spion.
"Kau tahu tentang aku dan Clara kan? " ucap Abel masih berpaling.
Mata luna membulat, bola matanya seolah terdorong ingin keluar dari tempatnya. Kemudian dia menutup mulutnya yang juga menganga.
"Benar kan? " kali ini Abel menatapnya.
'Sial! Tadinya aku akan menggunakannya untuk keadaan darurat' ucap hati Luna.
"Dalam keadaan darurat seperti apa yang kau bayangkan dan mengeluarkan senjata itu padaku? " tanya Abel.
'Dia bisa membaca isi hati ku? ' Luna semakin takut.
"Katakan padaku, kenapa kau menyembunyikannya? " Abel memegang tangannya agar dia membuka mulutnya.
"Tidak Pak, saya tidak berniat seperti itu...hanya saja.... " Luna terhenti.
"Hanya saja apa? " Abel menunggu.
"Saya pikir, suatu hari nanti, saya pasti sudah tidak diperlukan lagi oleh anda, saya akan menggunakan itu agar anda tetap mempekerjakan saya" jawab Luna tertunduk malu.
"Kenapa kau selalu berpikir aku akan memecat mu? Kau sudah tidak waras ya? Bagaimana bisa orang lain menempati posisi mu, itu sangat sulit! " ucap Abel menjelaskan dengan tangannya.
Luna menatapnya.
"Tapi.... "
"Jikalau pun kau akan menikah dan harus mengundurkan diri, aku akan menghajar suami mu dan mengatakan padanya bahwa kau tidak boleh resign, kau mengerti? " ucap Abel kemudian kembali berpaling.
Arul tersenyum.
"Jika Luna bekerja dengan anda terus, mana bisa dia menikah Pak" ucapnya.
Luna dan Abel terkejut Arul bicara seperti itu.
"KENAPA? "
Mereka bicara secara bersamaan. Arul tersenyum senang melihat ekspresi mereka.
#
Belum sampai ke tempat kecelakaan, Abel minta berhenti karena punggungnya sakit.
"Begini nih kalau pergi-pergi sama orang tua, pake ada acara sakit punggung segala" gumam Luna di dekat Arul.
Arul tersenyum saja.
"Asap apa itu? " tanya Abel yang menatap ke arah lembah di bawah jalan.
Arul dan Luna ikut melihatnya.
Mereka saling menatap.
"Itu mereka! " seru mereka bertiga.
Mereka bergegas pergi ke tempat asap itu mengepul.
Sampai di sana, semua orang yang masih sehat melambaikan tangannya. Mereka terlihat senang akhirnya datang bantuan.
Abel, Luna dan Arul turun, Arul membuka bak terbuka di belakangnya. Semua barang dan obat-obatan dikeluarkan.
Luna membantu mengobati luka mereka yang sakit.
Abel hanya diam, dia tak tahu apa yang harus dilakukan. Luna ke kanan dia ikut ke kanan, Luna ke kiri dia ikut ke kiri. Hingga akhirnya bertabrakan dengannya.
"Pak.... jangan membuntuti saya! " keluh Luna.
Abel mengangguk, dia mengikuti Arul yang juga sibuk memberikan makanan. Abel malah ikut mengantri dengan yang lainnya.
"Pak, anda tidak sedang mengantri kan? " tanya Arul dengan ekspresi kesal melihat bosnya menghalangi.
Abel tersenyum bodoh. Dia pergi ke pinggir dan diam di sisi Jeep nya.
"Apa dia benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan? " ucap salah seorang dari mereka.
"Bos mana tahu? Yang mereka tahu hanya menghitung keuntungan dan kerugian yang didapat dari kerja keras kita" jawab yang lainnya.
Luna mendengarnya, dia mendekati orang yang kakinya terluka sedikit itu.
"Ini luka mu? " tanya Luna.
"Hmm, sakit sekali? " ucapnya.
"Luka mu sedikit tapi bicara mu banyak" ucap Luna.
"Apa? " tanyanya tak paham maksud Luna.
"Kau bilang dia tak tahu apa-apa selain menghitung untung rugi dari kerja keras kalian kan? " Luna mengulang ucapannya.
Pria itu mendelik.
"Kau tahu, baru seminggu kemarin dia cacar, dan baru kemarin dia kembali dari rumah sakit. Dengan kondisi yang masih dalam pemulihan, dia menyempatkan mencari kalian kemari. Sesuatu yang tak bisa orang lain lakukan, bahkan ambulans setempat! " Luna menjadi garang.
Pria itu tertunduk malu.
"Aku sendiri bodoh, mengapa aku membiarkan dia kemari, seharusnya aku tahu bahwa kalian tidak akan pernah bisa menerima semua kebaikan atasan kalian terutama Pak Abel" Luna mengikat perban dengan kuat, pria itu meringis.
Luna pergi, meminta yang lainnya yang melanjutkannya.
Abel melihat nya kemudian mendekat.
"Sudah selesai? " tanya Abel.
Luna menatapnya.
"Anda harus cepat menghubungi orang lain, minta mereka cepat datang mengirim kendaraan untuk membawa mereka kembali" ucapnya kesal.
"Kenapa dengan mu? " tanya Abel heran dengan sikapnya.
Luna mendelik dia melipat tangan di dada, tak mau menjawab.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=>>>