Afika Lestari, gadis cantik yang tiba-tiba di nikahi oleh pria yang sama sekali tidak di kenal oleh dirinya..
Menjalani pernikahan dengan pria yang ia tidak kenal yang memiliki sifat yang kejam dan juga dingin, membuat hari-hari Afika menjadi hancur.
Mampukah Afika bertahan dengan pernikahan ini?
Atau mampuka Afika membuat pria yang memiliki sifat dingin dan kejam menjadi baik, dan mencintai dirinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon momian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKD 26
Malam ini, Rangga begitu sangat bahagia, karena Bastian sang pemilik perusahaan yang besar dan juga yang selalu menanam saham di perusahaan miliknya mengajak untuk bertemu. Sungguh kabar yang begitu bagus. Apalagi saat Bastian menawarkan sesuatu yang membuat Rangga akhirnya menemukan titik terang untuk bisa membebaskan Afika dari genggaman Adrian.
"Bagaimana apa kau setuju?" Tanya Bastian setelah menjelaskan maksud tujuannya.
"Tentu." Jawab Rangga tanpa ragu. Ya. Bastian mengajak Rangga untuk bekerja sama dan juga memberikan sejumlah uang yang Rangga inginkan, dengan satu syarat yaitu Rangga harus bersedia memecat Agam dari perusahaan.
"Maaf Bastian. Kalau boleh tahu, kenapa kau melakukan ini?" Tanya Rangga yang tidak ingin membuat Bastian tersinggung.
"Karena aku ingin membebaskan wanita yang aku cintai." Jawab Bastian sambil menyesap minumananya.
Rangga tersenyum karena niatnya pun sama ingin membebaskan wanita yang sudah mampu mengisi hatinya.
••••
Beberapa menit berlalu. Tiba-tiba saja satu persatu air jatuh membasahi tanah dan juga tentu tubuh Afika. Afika yang khawatir dengan kesehatannya memilih untuk menepi agar tidak terkena air hujan.
"Tugas mu belum selesai dan kau berani sekali istirahat!" Sentak Adrian membuat Afika terkejut.
"Tapi saat ini hujan."
"Kau pikir aku buta? Semua orang pasti tahu itu hujan. Lalu apa hubungannya dengan tugasmu? Cepat lakukan sebelum aku menghukum mu lebih kejam lagi.
Karena mendapatkan ancaman dari Adrian, terpaksa Afika kembali mengerjakan tugasnya tanpa memperdulikan sama sekali hujan yang kini menguyur tubuhnya hingga basah kuyup. Basah, dingin, Afika rasakan namun, ia tetap bekerja agar tugasnya cepat selesai. Namun bukanya selesai, perlahan penglihatan Afika mulai memudar hingga beberapa saat kemudian tubuh Afika ambruk ke tanah.
"Afika." Teriak Baby dari lantai dua yang sejak tadi mengawasi Afika dari kejahuan. Entah kenapa Baby merasa khawatir melihat Afika. Dan saat Baby hendak keluar membantu Afika, Adrian langsung menghalang Baby agar tidak keluar. "Kak, Afika pingsan." Kata Baby sambil melihat dari arah pintu geser yang terbuka lebar menghadap halaman belakang.
"Dia hanya pura-pura." Ucap Adrian yang yakin jika saat ini Afika hanya berpura-pura agar dirinya bisa terhindar dari hukuman dan.
"Kak, kau tidak lihat jika dia sudah terjatuh kak. Ayolah aku mau membantu Afika."
"Baby!" Sentak Adrian membuat Baby menatap wajah Adrian, keduanya saling tatap. "Dimana perasaan mu kak? Kenapa? Kenapa kau begini? Aku tahu kakak cemburu pada Nadi, aku tahu kakak sudah jatuh cinta pada Afika, tapi tidak begini kak. Ini salah. Aku akui aku lah sumber dari masalah ini. Tapi tolong kesampingkan ego kakak, kasihan Afika." Setelah berkata demikian Baby langsung keluar menghampiri Afika. "Afika, sadarlah." Kata Baby di bawah guyuran air hujan yang jatuh membasahi dirinya.
Mendengar kata seperti itu dari Baby sontak membuat Adrian membisu. Apakah benar apa yang Baby katakan tentang perasaan cemburu dan juga perasaan cinta pada Afika. Tapi tidak mungkin, karena yang ada di dalam diri Adrian hanya ada Inggrid seorang. Wanita yang sudah berhasil membuat Adrian jatuh cinta, dan juga sudah berhasil membuat Adrian patah hati. Andrian melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar tanpa menoleh sedikit pun ke arah Afika dan juga Baby.
Baby yang begitu kesulitan membawa Afika masuk. Terpaksa harus berlari masuk ke dalam rumah meminta pertolongan pada Sri karena tidak mungkin bagi Baby untuk meminta pertolongan pada Adrian. Sri yang begitu khawatir tentang kesehatan Afika langsung berlari keluar.
"Ya Allah non Afika, sadar non. Kasihan bayi yang ada di dalam kandungan non." Sponta Sri mengatakan hal demikian sehingga membuat Baby langsung terdiam menatap Sri. Sri yang merasa dirinya di tatap langsung menutup mulutnya. Karena panik dirinya sampi keceplosan.
Saat Afika sudah berbaring di tempat tidur. Sri langsung mengganti seluruh pakaian Afika. Sedangkan Baby terus memperhatikan tubuh Afika yang sedang berbaring. Dan kini ingatan Baby kembali beberapa saat yang lalu, saat melihat Afika yang sesekali mengusap perutnya. "Jadi tadi Afika bukannya lapar, tapi lagi menyapa anaknya." Gumam Baby, dan Baby langsung mengirim pesan kepada seseorang memintanya untuk segerah datang ke mension tanpa menghiraukan jika sudah malam. Karena Baby ingin memastikan kebenaran yang terjadi.
"Bi Sri, katakan yang tadi kau katakan. Jelaskan semuanya padaku." Ucap Baby saat Sri sudah mengganti seluruh pakaian Afika.
Sri nampak bingung, kepalanya menunduk menatap lantai. Dulu dia sudah berjanji pada Afika untuk tidak mengatakan jika Afika hamil. Tapi, tadi justru Sri keceplosan melupakan janji yang pernah sempat ia ucapkan.
salah tulis nama