S 3
Jangan boom like/lompat baca /nabung bab
Diusahakan baca setiap kali update. 🙏🙏🙏
_________________________________________
Kehadiranmu dalam Takdirku adalah bagian dari skenario Tuhan. Aku tidak marah atau bahkan balas dendam kepadamu. Sebab aku tahu betul sebelum hari ini kau pernah menjadi penyebab bahagiaku. Sekarang mungkin waktunya saja yang telah usai. Perihal lukaku ini biar menjadi tanggung jawabku sendiri, sebab dari awal aku yang terlalu dalam menempatkanmu di hatiku. Doaku semoga hari-harimu bahagia tanpa aku. Dengan siapapun kamu semoga dia adalah wanita yang bisa memahamimu, menyayangimu dan membuatmu bahagia lebih dari apa yang pernah aku berikan untukmu." ~ Elmira...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21. WANITA MANDUL
Setelah para majelis hakim meninggalkan ruang sidang, Elmira beranjak untuk menghampiri pria yang telah resmi menjadi mantan suaminya. Ini sungguh tidak mudah baginya, namun ia tetap harus berusaha kuat dan menunjukkan bahwa dirinya kuat dan baik-baik saja meski tanpa pria itu lagi disisinya.
"Sampai jumpa, Mas. Sampai bertemu lagi pada takdir terindah dalam versi terbaik kita masing-masing. Aku bahagia bisa mengenalmu, dan aku bahagia bisa sesayang ini padamu meskipun kita kembali menjadi dua orang asing. Semoga Mas selalu dilimpahkan kebahagiaan bersama Istri dan Anak-anak Mas nanti." Ujar Elmira dengan tulus. Namun, tetap saja hatinya merasa tercubit, mendoakan kebahagiaan laki-laki yang masih memiliki setengah ruang dihatinya sama halnya menyiksa diri sendiri.
"Tidak usah sok mendoakan kebahagiaanku, Mira. Tanpa kau mendoakan, sudah jelas aku pasti bahagia bersama Bella dan anak kami nanti. Doakan saja dirimu yang tidak berguna itu, semoga laki-laki yang menikahi mu nanti tidak akan menyesal!" Cibir Ramon sambil melirik kearah Farzan. Ia yakin pria itu juga pasti akan melakukan hal yang sama dengannya bila tahu apa alasannya menduakan Elmira, karena mantan istrinya itu yang tidak bisa memberinya keturunan.
Elmira hanya dapat tersenyum simpul mendengar ucapan Ramon. Sungguh kalimat itu begitu menusuk didasar hatinya. Tapi apa yang dikatakannya itu benar. Tanpa doanya, Ramon pasti akan bahagia karena sebentar lagi akan mendapatkan apa yang tidak pernah bisa ia berikan.
"Hem, iya Mas. Kalau begitu aku pamit." Elmira melirik Bella sekilas yang terlihat melangkah kearah Ramon, kemudian ia bergegas mengayun langkah keluar dari ruang sidang tanpa menghiraukan siapapun. Akan terlalu menyakitkan bila harus terus-menerus melihat kemesraan Bella dan mantan suaminya itu.
Farzan dan bu Sri bergegas menyusul Elmira.
"El, tunggu." Panggil Farzan.
Elmira menghentikan langkah, namun ia tidak membalikkan badan. Sebelah tangannya dengan cepat terangkat mengusap sudah matanya yang berair sebelum Farzan sampai dihadapannya.
"Ada apa, El?"
Elmira hanya menggeleng.
"Kenapa kau menghindari mereka? kau tidak boleh terlihat lemah dihadapan mereka!"
Elmira tersenyum getir, "Sudahlah, Pak. Aku tidak ingin berurusan lagi dengan mereka. Sekarang dan kedepannya aku hanya akan menjalani kehidupanku seperti dulu. Menjadi Anak Ayah dan Ibuku yang kuat, bekerja dengan giat agar orangtuaku bangga dengan prestasiku."
"Lagipula aku tidak sendirian sekarang, ada Bu Sri yang menemaniku. Terimakasih, Pak, karena sudah mengirim Bu Sri, beliau sudah aku anggap seperti ibuku sendiri." Lanjutnya.
Bu Sri yang telah berdiri disamping Elmira tersenyum haru mendengarnya. Tidak menyangka jika wanita yang notabenenya adalah majikannya itu telah menganggapnya seperti ibu sendiri.
"Farzan,"
Mendengar namanya dipanggil, Farzan pun menoleh dan ternyata papanya yang memanggil. Ia menghela nafas panjang kemudian menghampiri orangtuanya yang baru saja tiba.
"Mama dan Papa kenapa telat datangnya?"
"Iya, tadi jalanan sedikit macet." Ujar papa Farhan.
"Bukan macet, tapi ada perbaikan jalan. Papa kamu tuh, dibilangin lewat jalan pintas aja tapi gak mau dengar." Sahut mama Zana sambil mendelik kesal.
"Gimana, apa sidangnya sudah selesai?" Tanyanya.
"Sudah, Ma. El dan Ramon sudah resmi bercerai." Jawab Farzan sambil menghela nafas lega. Kini ia tinggal mencari waktu yang tepat untuk menceritakan semuanya pada Elmira.
Sepasang paruh baya itu nampak mengangguk pelan, kemudian mereka menghampiri Elmira dan bu Sri. Mama Zana sangat penasaran terhadap wanita yang membuat putranya tergila-gila.
'Walau penampilannya sederhana, tapi dia sangat cantik.' Batin mama Zana. Ia jadi teringat dirinya sewaktu muda. Sama seperti Elmira, ia hanya seorang gadis biasa yang sudah harus bekerja keras sedari kecil. Bedanya Elmira sudah tidak memiliki sanak keluarga, sedang dirinya memiliki orangtua namun menjadikannya tulang punggung keluarga.
"Pantas saja putra kita tergila-gila padanya, ternyata dia sangat cantik." Bisik papa Farzan pada istrinya. Mama Zana menanggapinya dengan senyuman.
"Berapa usiamu sekarang?" Tanya mama Zana pada Elmira.
"27 tahun, Tante." Jawab Elmira terlihat canggung. Selama menjadi sekretaris Farzan, baru sekarang ia bertemu dengan orangtua bosnya itu.
"Oh, berarti seumuran dengan Farzan."
Elmira tersenyum tipis, ia dan Farzan memang seumuran. Dulu saja mereka satu sekolah hanya saja beda kelas. Kala itu Elmira duduk dikelas A sedang Farzan dikelas B, sekelas dengan Ramon.
"Wah, lagi kumpul keluarga rupanya." Ujar Ramon yang baru saja datang bersama Bella. Sepasang suami-istri itu memamerkan kemesraan mereka dengan saling bergandengan tangan.
"Kebetulan kalian semua berkumpul disini, ada yang ingin aku beritahukan kepada kalian semua." Ramon menyeringai tipis sembari menatap satu-persatu orang-orang didepannya, kemudian menjatuhkan tatapan pada mama Zara.
"Semua Ibu pasti berharap cucu dari anak menantunya. Tapi bagaimana kalau menantu Anda nanti tidak bisa memberikan itu?" Ujar Ramon.
"Sebenarnya apa yang ingin kau katakan? Tidak usah bertele-tele!" Tekan mama Zana, menatap tak suka pada mantan suami Elmira itu. Ia turut merasa kesal dengan perbuatan Ramon yang menduakan Elmira.
"Tante pasti sudah tahu kan kalau Farzan itu menyukai Mira. Bahkan, mungkin Farzan juga sudah meminta restu kalian untuk menikahi Mira setelah dia menjadi janda." Kata Ramon, yang membuat mantan istrinya terperangah.
Elmira langsung melempar tatapan pada Farzan.
"Kalau iya memang kenapa?" Tanya mama Zana.
Deg... Elmira benar-benar dibuat terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya.
"Tapi Tante harus tahu dulu kenapa aku menduakan Mira," Ramon melirik mantan istrinya sekilas sambil menarik sudut bibirnya. Ia rasa tidak perlu menunggu Elmira dan Farzan menikah untuk menghancurkannya. Mengatakan langsung didepan orangtua Farzan tentang kekurangan Elmira, akan lebih menyenangkan.
"Itu karena kamu yang serakah!" Tukas mama Zana.
Ramon terkekeh mendengarnya, "Asal Tante tahu, aku sangat mencintai Mira. Tapi cinta saja tidak cukup untuk membangun keluarga yang bahagia. Itu semua bisa terwujud jika seorang Istri bisa memberikan keturunan untuk suaminya, tapi satu tahun pernikahan kami Mira tidak bisa memberikan itu untukku. Dia itu wanita mandul!"
Deg...
Semua orang terperangah mendengarnya. Terkecuali Elmira yang langsung menunduk bersamaan dengan setetes air matanya yang jatuh.