NovelToon NovelToon
TABIB KELANA 2

TABIB KELANA 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Spiritual / Matabatin
Popularitas:228.8k
Nilai: 5
Nama Author: Muhammad Ali

Buku ini adalah lanjutan dari buku Tabib Kelana.
Menceritakan perjalanan hidup Mumu yang mengabadikan hidupnya untuk menolong sesama dengan ilmu pengobatannya yang unik.
Setelah menikah dengan Erna akan kah rumah tangga mereka akan bahagia tanpa ada onak dan duri dalam membangun mahligai rumah tangga?
Bagai mana dengan Wulan? Apa kah dia tetap akan menjauh dari Mumu?
Bagai mana dengan kehadiran Purnama? Akan kah dia mempengaruhi kehidupan rumah tangga Mumu.
Banyak orang yang tidak senang dengan Mumu karena dia suka menolong orang lain baik menggunakan ilmu pengobatannya atau menggunakan tinjunya.
Mumu sering diserang baik secara langsung mau pun tidak langsung. Baik menggunakan fisik, jabatan dan kekuasaan mau pun melalui serangan ilmu yang tak kasat mata.
Akan kah hal tersebut membuat Mumu berputus asa dalam menolong orang yang membutuhkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Maafkan Bunda

Purnama sangat gembira. Usahanya sudah mulai menampakkan hasil.

Hanya selangkah lagi, Mumu akan menjadi miliknya seutuhnya.

Kegembiraan Purnama hingga terbawa dalam mimpi.

Dia kembali memimpikan sosok Mumu. Purnama benar-benar telah terobsesi.

Dalam pada itu, Erna menatap ponselnya dengan wajah serius.

Percakapan terakhirnya dengan Mumu membuat segalanya terasa aneh.

Selama ini, Dara yang dia anggap adalah gadis yang baik dan pengertian ternyata hanya kedok.

Mumu sudah mengatakan siapa Dara sebenarnya.

Nama aslinya bukan lah Dara, melainkan Dara, adik ipar Mumu.

Sejak Mumu menolong mengobatinya sewaktu di Padukuhan Wotawati dulu, Purnama merasa dia menjadi lebih dekat dengan Mumu.

Mungkin karena kagum atau hanya sekedar terutang budi, di hati Purnama timbul perasaan yang lebih dari sekadar keluarga.

Purnama diam-diam mencintai Mumu, iparnyanya sendiri.

Keesokan harinya, seperti biasa, Erna berangkat kerja.

Kali ini Erna memutuskan untuk mengamati lebih dekat gerak-gerik Purnama.

Sesampainya di kantor, Erna mendapati Purnama sedang sibuk mengelap meja.

Awalnya, tak ada yang aneh, tapi gerak tubuh Purnama begitu mencurigakan.

Pandangannya terus melirik ke arah Erna secara diam-diam, dan tangannya terlihat mengambil foto secara diam-diam.

Terutama di saat Erna sedang berbicara dengan beberapa karyawan terutama karyawan laki-laki.

“Apa yang kamu lakukan, Dara?”

Purnama terkejut, menyembunyikan ponselnya dengan gugup.

“Ah, tidak ada, Buk. Saya cuma lihat-lihat sosial media.” Jawabnya dengan senyum yang dipaksakan.

Namun, Erna tidak bodoh. Dia sudah melihat gelagat Purnama sejak lama.

Dengan cepat, dia mendekat dan meraih ponsel Purnama, membuat wanita itu terkejut dan mencoba merebutnya kembali.

"Buk Erna, jangan!" Seru Purnama panik.

Namun, sudah terlambat. Erna melihat bahwa Purnama baru saja mengambil fotonya dan hendak mengirimkan foto itu kepada Mumu.

Erna merasa dadanya memanas, tidak hanya karena tindakan Purnama, tetapi juga karena kenyataan bahwa selama ini Purnama berbohong.

Bahwa apa yang dikatakan oleh Mumu tadi malam adalah benar adanya.

“Kamu pikir saya bodoh?” Erna menyipitkan mata, nadanya penuh kemarahan.

“Saya tahu kamu bukan Dara kan? Kamu Purnama, adik iparnya Mumu. Kamu pikir saya tidak tahu?”

Wajah Purnama berubah pucat, dan tubuhnya mulai gemetar. Tahu dirinya terjepit, dia mencoba bersikap tegar, namun emosinya tidak bisa lagi dibendung.

“Bagus lah kalau kamu sudah tahu! Ya, aku Purnama!” Serunya, matanya bersinar penuh amarah.

“Aku memang iparnya Mumu tapi sebentar lagi aku akan menjadi istrinya."

"Aku mencintai Mumu! Aku selalu mencintainya, bahkan sebelum dia menikah denganmu!"

"Tapi dia selalu menolakku, selalu berpaling dariku seolah-olah aku ini tidak ada. Dan kamu! Kamu, Erna, kamu tidak pantas untuk Mumu!”

"Kamu tidak layak!"

Erna tertegun mendengar kata-kata itu, tapi dia tetap berdiri tegak.

"Jadi, ini alasanmu mendekati saya? Berpura-pura menjadi orang lain hanya untuk membuat rencana memporak-porandakan rumah tangga kami?"

Purnama tertawa kecil, suara tawanya terdengar getir dan penuh kebencian.

“Mumu adalah milikku! Seharusnya aku yang berada di sisinya, bukan kamu. Kamu hanya menghalangi apa yang seharusnya menjadi milikku sejak awal.”

“Milik kamu? Mumu bukan barang yang bisa kamu klaim sesukamu, Purnama.” Jawab Erna tajam.

“Dia sudah membuat pilihannya. Dan pilihannya bukan kamu.”

Mata Purnama kini berkaca-kaca, tetapi bukan karena kesedihan, melainkan kemarahan yang mendidih.

“Aku tidak peduli! Aku akan melakukan apapun untuk mendapatkan Mumu, bahkan jika itu berarti harus menyingkirkanmu!”

Erna tahu bahwa ini bukan lagi sekadar kecemburuan. Purnama telah terjebak dalam obsesinya sendiri, dan obsesinya telah merusak dirinya.

Dia menghela napas panjang, merasa simpati meski juga marah.

...****************...

Erna duduk di samping Mumu, matanya berkaca-kaca. Sudah beberapa hari sejak peristiwa Purnama, namun rasa bersalah masih menghantui dirinya.

Dia tahu dia harus membicarakan ini dengan Mumu, meski berat.

"Maafkan Bunda, Yah." Ucap Erna pelan, suaranya hampir berbisik.

Mumu menoleh, alisnya terangkat sedikit. "Untuk apa, Nda?"

Erna menarik napas panjang, mencoba merangkai kata-kata yang sudah lama dia pikirkan.

"Ternyata Bunda masih rapuh, Yah. Baru dihasut sedikit oleh Purnama, Bunda sudah mulai mencurigai Ayah. Seharusnya Bunda tahu, Ayah tidak seperti itu. Tapi Bunda malah terbawa perasaan, meragukan Ayah."

Mumu mendengarkan dengan tenang, wajahnya tetap lembut.

Ia tidak menyela, membiarkan Erna mengeluarkan semua yang ingin dia katakan.

"Dan... bagaimana Ayah bisa begitu sabar? Purnama bahkan sempat mengirim foto dan video Bunda. Foto yang seolah-olah menunjukkan Bunda... dengan pria lain."

"Jika Bunda jadi Ayah, mungkin Bunda sudah marah dan kecewa. Tapi Ayah tetap tenang, seolah-olah tidak terpengaruh sama sekali."

Mumu tersenyum tipis, lalu menggeleng pelan.

"Bunda, tidak perlu merasa begitu. Ayah tahu apa yang Purnama lakukan. Dari awal Ayah sudah curiga ada sesuatu yang tidak beres dengan si pengirim itu."

Erna menatap Mumu dengan heran.

"Tapi, bagaimana Ayah bisa tahu itu semua bohong? Apa tidak sedikit pun Ayah merasa marah atau cemburu?"

Mumu tertawa kecil, menatap Erna dengan tatapan penuh kasih sayang.

"Kalau Ayah tidak berpikiran jernih, mungkin Ayah sudah marah. Mungkin Ayah sudah cemburu, bahkan mungkin sudah langsung menuduh Bunda tanpa berpikir dua kali."

"Tapi ya itu tadi, aneh saja tiba-tiba orang mengirim foto dan video ke Ayah. "Siapa dia dan apa motifnya."

Erna tersenyum kecil, meski masih ada sedikit rasa bersalah yang tertinggal di hatinya.

"Maksud Ayah, apa?"

Mumu menghela napas, lalu menjelaskan dengan tenang. "Ayah sudah belajar untuk mengendalikan diri, Bunda."

"Sedikit banyak, Ayah sudah agak berpengalaman dalam berumah tangga."

"Mengontrol emosi dan pikiran itu penting, apalagi dalam situasi seperti ini."

"Kalau Ayah langsung bertindak berdasarkan amarah atau cemburu, itu hanya akan memperburuk keadaan."

"Ayah tahu Bunda tidak mungkin melakukan hal seperti yang Purnama tunjukkan. Ayah percaya sama Bunda."

Erna terdiam sejenak, meresapi kata-kata suaminya.

Dia tahu Mumu selalu tenang dan bijaksana, tapi tetap saja, melihat betapa besar kepercayaan yang Mumu miliki kepadanya membuat hatinya tersentuh.

"Tapi... Ayah tak sedikit pun merasa terganggu?" Tanya Erna lagi, masih belum sepenuhnya bisa memahami bagaimana Mumu bisa begitu tenang di tengah situasi yang begitu penuh provokasi.

Mumu menggeleng pelan.

"Ayah terganggu, tentu saja. Siapa yang tidak terganggu kalau rumah tangganya dicoba diusik oleh orang lain?"

"Tapi terganggu tidak berarti harus bereaksi dengan amarah atau cemburu yang berlebihan."

"Ayah belajar untuk tetap tenang, karena Ayah tahu Bunda. Ayah tahu hati Bunda."

"Dan lebih dari itu, Ayah tahu bahwa orang seperti Purnama hanya mencoba memanipulasi keadaan."

Erna menunduk, merasa makin malu dengan dirinya sendiri.

"Bunda merasa bod*h, Yah. Ternyata Bunda yang lebih mudah terpancing. Purnama tidak perlu banyak usaha untuk membuat Bunda curiga. Bunda terlalu cepat menilai."

Mumu meletakkan tangannya di pundak Erna, memberikan sentuhan lembut yang membuat hati Erna sedikit lebih tenang.

"Bunda, tidak perlu merasa bod*h. Semua orang bisa tergoda untuk meragukan, apalagi kalau kita dihadapkan dengan bukti-bukti yang dibuat-buat."

"Yang penting, sekarang semuanya sudah jelas. Kita sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan kita bisa lebih kuat karena ini."

Erna menghela napas, merasa bebannya sedikit berkurang.

"Terima kasih, Ayah. Terima kasih karena tidak pernah meragukan Bunda. Dan terima kasih juga karena sudah begitu sabar menghadapi ini semua."

Mumu tersenyum lagi, kali ini lebih hangat.

"Bunda, hubungan kita ini lebih dari sekadar foto atau video. Ayah tahu siapa Bunda sebenarnya."

"Dan kita sudah melalui banyak hal bersama. Cuma karena satu orang mencoba merusak semuanya, tidak berarti kita harus menyerah."

Erna meremas tangan Mumu, merasa tenang dalam genggaman suaminya.

"Bunda beruntung punya Ayah."

Mumu menggeleng pelan.

"Ayah juga beruntung punya Bunda. Kita sama-sama beruntung."

Mereka duduk dalam keheningan sejenak, menikmati kedekatan yang kembali tumbuh di antara mereka setelah semua masalah yang baru saja mereka lalui.

Di dalam hati, Erna tahu bahwa apapun yang terjadi di masa depan, mereka akan selalu bisa menghadapinya, selama mereka tetap bersama dan saling percaya.

1
Sirot Judin
lanjut....
Ejan Din
kenapa dipikirkan. silap kalian tidak sama seperti mumu.. apa otak kalian itu seperti udang.. jelas2 mumu tidak peduli tentang kalian..
Yandi Maulana
Memang gak ada kata "jika" sebelumnya /Facepalm/
Suwardi Sumantri
Sayang sekali Mumu terlalu baik hati , seharusnya bapak sama anaknya dikasih pelajaran biar tidak songong dan semakin memupuk dendam dikemudian hari.
Kalau cuma dipukul tidak sampai babak belur tidak akan kapok.
... Silent Readers
👣👣👣👣👣
... Silent Readers
🐾🐾🐾🐾🐾
Rikarico
next banyak2 thor
tirta arya
ya dikempesin biar keplnya ga gede lah..gonblok banget nih anak!..🤪🤪🤪🤲😜😜😜😝😝😝😝
Mohammad Djufri
ah bang ali, memang sengaja nampaknya, menggantung cerita....
padahal masih bisa dilanjut....😄👍🙏
Leni Agustina
lalu lanjut lagi
Sarita
krrekk ,ternyata Mumu kebal senjata .dan si jaka langsung tumbang kena totokan yg mematikan
Casudin Udin
Lalu..
bersambung...
Muchtar Albantani
lalu lau
icih maricih
lalu...apa thor?!
... Silent Readers
👣👣👣👣👣
Sirot Judin
lanjut.....
Leni Agustina
lanjut
Saad Kusumo Saksono SH
Luar biasa
Suwardi Sumantri
Kalau Desta bisa kebakaran jenggot nih kalau sampai tahu Mala mendatangi rumah Mumu
Puspa Dewi kusumaningrum
hah mesti begt y
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!