Ditindas dan dibully, itu tak berlaku untuk Cinderella satu ini. Namanya Lisa. Tinggal bersama ibu dan saudara tirinya, tak membuat Lisa menjadi lemah dan penakut. Berbanding terbalik dengan kisah hidup Cinderella di masa lalu, dia menjelma menjadi gadis bar-bar dan tak pernah takut melawan ketidakadilan yang dilakukan oleh keluarga tirinya.
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anim_Goh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Curiga
Richard setia berdiri di samping Tuan Lionel yang sedang merenung sambil bertopang dagu. Sikapnya tenang seperti biasa, sama sekali tak terlihat kekesalan akibat Lisa yang kabur dari rumahnya semalam.
"Jika aku kembali ke perusahaan dalam waktu dekat, menurutmu akan berdampak besar pada perusahaan tidak?" tanya Lionel. Tubuhnya memang sedang bersama Richard, tapi pikirannya terus tertuju pada Lisa. Entahlah, Lionel bingung sendiri dengan perasaan aneh yang muncul. Masa iya dia jatuh cinta pada gadis enam belas tahun itu? Mereka bertemu baru hitungan hari. Secepat itukah hatinya tergugah?
"Anda yakin ingin kembali ke perusahaan?"
"Maksudmu?"
"Emm ini, Tuan. Tolong jangan salah sangka dulu. Saya tidak bermaksud apa-apa. Sungguh," ucap Richard gugup.
"Kalau begitu jelaskan. Ucapanmu membuatku merasa tak nyaman."
"Baiklah,"
Richard menghela napas. Dia mengatur kalimat yang tepat sebelum menjelaskan.
"Enam tahun bukan waktu yang sebentar. Di kurun waktu tersebut, ada banyak sekali rumor yang beredar. Sebenarnya sah sah saja jika Anda ingin kembali memimpin perusahaan. Namun, bagaimana dengan kondisi mental Anda? Apakah sudah siap jika dicecar pertanyaan tentang alasan mengapa Anda menghilang sebegini lama?"
"Aku .... "
"Tuan, jangan terlalu memaksakan diri. Saya khawatir kemunculan Anda akan berdampak buruk ke belakangnya. Saran saya sebaiknya Anda matangkan niat terlebih dahulu agar tidak terserang panik jika bertemu dengan orang yang jahil. Saya jamin kemunculan Anda akan menarik ratusan lenza kamera wartawan. Mental Anda yang jadi taruhan."
Masuk akal. Yang dikatakan oleh Richard sangat logis. Keinginan untuk kembali perusahaan adalah atas dorongan Lisa. Semalam mereka mengobrol panjang setelah sempat berdebat mengenai sayembara. Dalam percakapan itu, Lionel terus disebut sebagai pecundang karena lebih memilih bersembunyi dalam tempurung alih-alih menghadapi kenyataan. Dan karena ejekan inilah pagi tadi Lionel bangun cepat dan berolahraga. Sedikit demi sedikit hatinya mulai tergerak melakukan perubahan.
"Tuan Lionel, boleh saya bertanya?" Richard mencurigai sesuatu. Jika tak segera mencari tahu, takutnya akan menghambat tujuannya. Richard tak ingin rencana yang sudah bertahun-tahun dia susun hancur karena keteledoran sesaat.
"Silahkan." Lionel mempersilahkan. Menyimak apa yang akan Richard tanyakan, lagi-lagi dia teringat akan Lisa. Lionel kemudian mengusap bibir agar senyumnya tak terlihat. Setelah itu dia bergumam. "Dia sangat manis, apalagi saat mengerjapkan mata. Terlihat seperti anak anjing yang baru lahir. Hmmm,"
Richard memicingkan mata. Dia seperti mendengar Tuan Lionel bergumam.
(Kenapa sikap Tuan Lionel aneh begini ya? Apa mungkin semalam Lisa kabur kemari dan mengatakan sesuatu yang aneh padanya? Aku harus memeriksa CCTV rumah ini nanti. Awas saja kalau gadis itu berani bicara macam-macam. Kuburan akan jadi rumah terakhirnya. Cihhh!)
"Jika diijinkan untuk tahu, alasan apa yang mendasari keinginan Anda untuk kembali ke perusahaan? Maaf, pertanyaan ini mungkin terkesan lancang. Sebagai orang yang telah bekerja cukup lama di keluarga Bellin, saya merasa ikut bertanggung jawab jika sampai terjadi hal buruk kepada Anda dan Nyonya Kinara. Tolong Anda jangan salah paham," ucap Richard dengan sopan. Tak ada yang tahu dibalik kekhawatiran tersebut, ada kepalsuan yang menyelimuti.
"Aku bosan menjadi seorang pecundang. Aku ingin kembali lagi seperti dulu. Yang kuat, yang pemberani, serta pemimpin yang disegani," jawab Lionel. Hampir saja dia menyebut nama Lisa sebagai alasan keinginannya kembali ke perusahaan.
"Hanya karena itu?"
"Lalu kau berharap apa, Richard? Aku yang dulu memang seperti itu adanya. Mengapa kau terkejut?"
"Ah, bukan seperti itu, Tuan. Saya hanya .... "
"Kau sepertinya tidak suka sekali mendengar keinginan Leon. Kenapa? Merasa tersaingi jika dia kembali jaya seperti dulu?"
Kinara muncul tiba-tiba dan langsung menimbrung percakapan antara Lionel dengan Richard. Sambil memasang ekspresi sinis, dia duduk di sofa kemudian melipat kaki. "Hanya orang-orang yang punya maksud terselubung yang merasa keberatan jika seseorang ingin kembali menata hidup yang baru. Dan aku melihat itu di dirimu, Richard. Why?"
Richard menelan ludah melihat cara Nyonya Kinara mengintimidasinya. Sebisa mungkin dia menahan emosi agar tidak bergejolak keluar. Tinggal sedikit lagi rencananya akan sampai pada puncak terakhir. Jangan sampai dia terpancing emosi menghadapi kritikan serta ketajaman lidah wanita ini.
"Aku masih menunggu jawabanmu. Bicaralah. Jangan sungkan!"
"Nyonya, saya .... "
Praanngg
"Meong," ....
"Oh kucing."
Satu detik ....
Dua detik ....
Tiga detik ....
Richard menoleh cepat setelah menyebut nama kucing. Sejak kapan di rumah ini ada binatang itu? Mencurigakan. Menyembunyikan seringai tipis, dia pamit mendatangi sumber suara. Entah kenapa Richard merasa seseorang yang dia cari ada di rumah ini.
Tak tahan haus, Lisa nekat keluar menuju dapur. Dan sialnya saat ingin mengambil gelas, dia tak sengaja menyenggol panci yang membuatnya jatuh ke lantai. Sadar tindakannya telah memancing keributan, Lisa bergegas bersembunyi di dalam kitchen set bagian bawah. Beruntung tubuhnya kecil sehingga mudah untuk ditekuk. Dan ketika mendengar suara langkah kaki mendekat, Lisa menahan napas dengan cara memencet hidungnya.
(Semoga paru-paruku tidak meledak karena harus menahan napas. Amin)
"Siapa di sana?" Richard menatap penuh teliti setiap sudut dapur. Tak akan dia biarkan siluman kucing itu melarikan diri. "Keluarlah. Aku punya makanan lezat di sini. Jangan takut."
Gluk
Lisa menelan ludah. Makanan? Ah, iming-iming itu terlalu biasa. Andai yang ditawarkan adalah emas berlian, dia dengan senang hati akan keluar dari tempat persembunyian.
"Manis, kau bersembunyi di mana? Ayo keluarlah. Ada makanan lezat untukmu." Richard menyipitkan mata saat mendapati ada salah satu lemari yang sedikit terbuka. Sadar ada sesuatu di sana, dia pun berniat membukanya.
Srettt
"Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya Lionel sambil menarik tangan Richard yang ingin membuka salah satu lemari.
"Itu, Tuan. Tadi saya mendengar seperti ada suara kucing di dapur. Nyonya tidak suka binatang berbulu. Jadi saya berniat menangkap dan membuangnya," jawab Richard sambil tersenyum menahan kesal.
"Tidak usah. Kita kembali ke ruang tengah saja. Ada pembahasan yang ingin ku bagi denganmu."
Sikap Tuan Lionel membuat Richard semakin curiga. Melirik ke arah lemari yang kini ditekan menggunakan kaki oleh majikannya, dengan sangat terpaksa dia patuh untuk pergi dari sana.
(Sial! Kenapa Tuan Lionel harus muncul sekarang sih. Aku yakin sekali Lisa pasti bersembunyi di dalam lemari itu. Awas saja. Cepat atau lambat aku pasti akan segera menangkapnya. Dasar gadis tak berguna)
"Minta seseorang untuk menghidupkan kembali surat izin mengemudiku. Pelan-pelan aku akan belajar mengemudikan mobil lagi," ucap Lionel penuh tekad. Lisa benar. Dia harus kuat melawan rasa takut itu. Masalah hadir bukan untuk dihindari, tapi untuk dihadapi.
"Tuan, Anda yakin?" Raut wajah Richard terlihat sangat panik. Namun karena takut ketahuan, secepat kilat dia menyembunyikan raut tersebut. Khawatir dilihat oleh Nyonya Kinara. Wanita tua itu sedikit sulit dihadapi.
"Kau ini sebenarnya kenapa. Sejak tadi terus saja tak mempercayai ucapanku. Ada apa, Richard? Atau jangan-jangan yang dikatakan Ibuku benar kalau kau keberatan aku bisa kembali menjalani hidup normal seperti dulu?"
Kalimat yang sarat akan ketegasan. Dan ini membuat Richard diam tak berkutik.
***
Apa kau adalah saudara tirinya Lionel?
lisa adalah definisi pasrah yang sebenernya. udah gk takut mati lagi gara2 idup sengsara