NovelToon NovelToon
The RADAN

The RADAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Action / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Moon Fairy

SMA Rimba Sakti terletak di pinggiran Kota Malang. Menjadi tempat di mana misteri dan intrik berkembang. Di tengah-tengah kehidupan sekolah yang sibuk, penculikan misterius hingga kasus pembunuhan yang tidak terduga terjadi membuat sekelompok detektif amatir yang merupakan anak-anak SMA Rimba Sakti menemukan kejanggalan sehingga mereka ikut terlibat di dalamnya.

Mereka bekerja sama memecahkan teka-teki yang semakin rumit dengan menjaga persahabatan tetap kuat, tetapi ketika mereka mengungkap jaringan kejahatan yang lebih dalam justru lebih membingungkan.

Pertanyaannya bukan lagi siapa yang bersalah, melainkan siapa yang bisa dipercaya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moon Fairy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Special Part (1)

Lampu-lampu warna-warni berkelip di sepanjang area pasar malam, menciptakan suasana yang penuh semangat. Musik dari wahana dan suara pengunjung yang bersorak-sorai memenuhi udara. Nadya berjalan di samping Arga, merasa sedikit canggung, meskipun dia berharap ini bisa menjadi malam spesial di antara mereka. Sayangnya, Rian, Aisyah, dan Dimas juga ikut berada di sana.

Saat Nadya mengedarkan pandangannya di antara teman-temannya, senyum yang semula terpancar di wajahnya perlahan memudar. "Sialan," keluhnya sambil melirik ke arah Arga yang terlihat santai. "Harusnya aku sama Arga yang di sini... kalian kenapa ikut sih?" Nadya menghela napas, nadanya setengah bercanda, namun cukup jelas menggambarkan kekecewaannya. Aisyah, Rian, dan Dimas hanya menahan tawa, sementara Arga malah pura-pura sibuk melihat-lihat mainan di salah satu kios.

Rian, dengan senyum liciknya, menjawab, "Lho, Nad. Kan biar rame... lagian, siapa yang bisa nolak pasar malam?"

Sementara itu, Dimas sudah sibuk dengan makanan. "Aku sih lebih tertarik sama jajanan yang bisa dimakan dulu," katanya sambil memandang deretan penjual yang menjajakan berbagai camilan tradisional.

Aisyah hanya tersenyum kecil, sambil menyikut Arga pelan. "Kasihan Nadya, niatnya mau kencan malah jadi jalan berlima. Kapan lagi?" Arga hanya bisa mengangkat bahu, tidak menganggap serius candaan Aisyah.

Nadya hanya mendengus pelan melihat Rian dan Dimas layaknya anak kecil yang pertama kali pergi ke pasar malam. "Sumpah, bener-bener ganggu kalian ini."

...—o0o—...

FLASHBACK ON

Hari di mana rencana Nadya akan diculik

Kantin SMA Rimba Sakti

Nadya duduk di kantin bersama yang lainnya. Wajahnya cemberut, merasa tidak rela dijadikan umpan dalam misi besar ini.

"Kenapa mesti aku sih?" keluh Nadya sambil memeluk tasnya erat-erat. "Kenapa gak cari yang lain aja?"

Rian yang duduk di seberangnya menyeringai sambil menyeruput minumannya. “Nad, kamu yang paling cocok. Kan yang pertama, anak yang suka bolos. Kedua, anak yang suka bully. Ketiga, anak pendiam. Keempat, anak teladan. Nah, kelima pasti anak orang kaya. Pak Ruslan pasti lebih tertarik sama kamu Nad—udah kaya, tampang oke, gampang diculik.”

Dimas, seperti biasa, asyik dengan laptopnya di meja. Sesekali dia menoleh dan ikut menyahut, “Iya, logikanya masuk. Plus, kamu paling bisa bikin Pak Ruslan percaya.”

Nadya mengerutkan kening, merasa semakin terpojok. “Logika apaan tuh? Lagian, kalian kan bisa aja nyari orang lain—siapa aja, asal bukan aku!”

Arga yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. “Ya gimana ya, Nad. Kamu paling meyakinkan, dan kita udah gak punya waktu buat nyari yang lain.”

Nadya mendengus, merasa semua orang sudah bersekongkol melawannya. "Oh, jadi karena aku kaya aja, ya?" Nadya melirik Aisyah dengan harapan dapat bantuan.

Namun, Aisyah malah menambahkan tekanan. “Mereka bener, Nad. Lagian, kita semua percaya sama kamu. Kamu pasti bisa. Kalau misi ini berhasil, Arga janji bakal nemenin kamu ke pasar malam pas malam Minggu.”

"Oke, setuju... eh, apa?" Arga yang awalnya setuju langsung tersentak mengingat pernyataan Aisyah. Sedangkan Rian dan Dimas langsung menyetujui usulan itu sambil menahan tawa.

Mendengar itu, Nadya langsung sumringah. Wajahnya yang tadi penuh ketegangan berubah cerah seketika. “Oh, serius? Janji, ya?” Nadya dengan senyum lebar langsung berdiri, seolah lupa protesnya tadi. “Aku ijin balik duluan deh, mau ngerjain tugas,” ujarnya sambil berlari meninggalkan kantin.

“Syah, serius?” Arga membelalakkan matanya tak percaya dengan usulan Aisyah tadi, sedangkan gadis itu justru mengangguk tanpa rasa bersalah

FLASHBACK OFF

...—o0o—...

Malam itu di pasar malam, suasana terasa meriah dengan lampu-lampu berwarna-warni menghiasi langit yang sudah mulai gelap. Musik khas pasar malam terdengar samar, bercampur dengan suara tawa dan obrolan para pengunjung yang bersemangat. Nadya berjalan di samping Arga dengan wajah sumringah, meskipun di dalam hatinya dia merasa agak kecewa karena niatnya untuk berduaan dengan Arga malah berakhir dengan kehadiran Rian, Dimas, dan Aisyah.

“Sialan, harusnya aku sama Arga yang di sini,” gumam Nadya kembali mencibir kecil, “kalian ganggu banget.”

Rian yang mendengar keluhan Nadya langsung tertawa terbahak-bahak. “Ayolah, Nad, kita semua tahu kalo Arga itu milik kita bersama,” ujarnya sambil merangkul Arga dengan penuh keakraban.

Arga hanya tersenyum canggung. “Milik bersama apaan?” tanyanya heran, tapi tawanya ikut terbawa suasana.

Dimas, yang dari tadi asyik dengan gawainya, akhirnya menatap ke arah Nadya dan berkata, “Nad, kamu harus sadar, tanpa kita, malam ini pasti bakal ngebosenin. Gak ada yang bisa gangguin.”

Aisyah menimpali sambil tertawa kecil, “Iya, lagian kita kan mau senang-senang. Pasar malam begini gak asik kalau cuma berdua.”

Nadya hanya menghela napas panjang, tapi senyumnya tetap terlihat. “Ya udah deh, kalian memang gak bisa diusir,” ucapnya dengan nada pura-pura menyerah.

Mereka berlima terus berjalan sambil tertawa-tawa. Melewati deretan wahana, lapak makanan, dan permainan khas pasar malam. Suara gelak tawa dan obrolan ringan terus terdengar di antara mereka, saling melempar candaan.

“Kalian inget gak, dulu waktu di kantin, Nadya sampai seneng pol pas denger Arga bakal nemenin dia ke pasar malam?” Rian memulai, memancing tawa dari yang lain. “Padahal itu jebakan banget.”

Nadya langsung memukul lengan Rian dengan kesal. “Sipit! Udah gak usah dibahas lagi!” Nadya berkata sambil tertawa malu, meskipun pipinya sedikit memerah.

Di tengah senda gurau, mereka terus menikmati suasana pasar malam. Ada yang mencoba permainan lempar gelang, sementara yang lain membeli jajanan ringan. Sesekali, tawa mereka pecah saat ada yang kalah dalam permainan atau saat candaan salah satu dari mereka terlalu kocak.

Di tengah semua keriuhan itu, Arga tiba-tiba merasa tersisih sedikit dari grup. Ia berjalan di belakang, memandangi teman-temannya yang begitu akrab bercanda di depannya. Nadya dan Aisyah sedang tertawa bersama, sementara Dimas dan Rian bercanda sambil menunjuk-nunjuk sesuatu di salah satu lapak.

Arga berhenti sejenak dan tersenyum kecil. Rasanya hangat melihat bagaimana mereka semua bisa begitu dekat dan akrab. Mereka memang berbeda, tapi malam ini, di pasar malam yang riuh, semua terasa begitu pas. Ia mengingat bagaimana mereka yang bermula hanya sekadar membahas penculikan dan terlihat cocok satu sama lain justru sekarang sangat akrab layaknya sudah sangat lama berteman. Padahal, kasus penculikan itulah yang membuat mereka pertama kali berbicara satu sama lain. Aisyah yang semakin dekat dengan Nadya, serta pertama kali dalam hidupnya Arga menemukan teman selucu Rian, bahkan di OSIS ia tak akrab dengan Dimas.

“Eh, Arga! Jangan ngelamun mulu!” Teriakan Rian membuyarkan pikirannya. “Buruan, nanti ditinggal!”

Arga tertawa, lalu mempercepat langkahnya. Saat sampai di dekat Dimas dan Rian, ia langsung merangkul kedua temannya itu dari belakang. “Jangan lupa, kita di sini gak cuman berkat kalian yang numbalin aku buat jalan bareng Nadya, tapi juga berkat keberhasilan kita yang nyelesain kasus itu.”

"Bukan kamu yang ditumbalin, tapi aku," elak Nadya cepat berpura-pura kesal.

Seketika mereka semua tertawa, seolah berbagi momen yang tak terucapkan.

Mereka berlima kemudian berhenti sejenak, saling pandang dengan senyum yang tak bisa ditahan. Ada rasa kebersamaan yang kuat, meskipun tidak ada satu kata pun yang diucapkan. Seperti sedang merayakan sesuatu yang hanya mereka yang mengerti.

Angin malam menyapu lembut, membawa wangi manis dari lapak makanan yang tersebar di seluruh penjuru pasar malam. Suasana terasa ringan, penuh kehangatan. Mereka pun terus melangkah, berjalan menjauh dari keramaian, menuju ke bagian yang lebih tenang di pasar malam.

Arga menatap ke arah bintang-bintang yang mulai bersinar di langit malam, lalu menatap teman-temannya dengan senyum. Dalam hati, ia merasa bersyukur. Tak ada yang lebih menyenangkan selain malam seperti ini, bersama mereka—teman-teman yang begitu berarti.

Malam itu berakhir dengan mereka semua tertawa dan saling menggoda, menikmati setiap detik kebersamaan mereka. Sebuah malam yang akan terus dikenang, bukan hanya sebagai malam penuh canda tawa, tapi sebagai momen yang mempererat persahabatan mereka untuk seterusnya.

...—o0o—...

1
ADZAL ZIAH
keren kak ceritanya... dukung karya aku juga ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!