............. Call Me Jade ..........
" Tetaplah seperti ini Jade, sebentar saja, ijinkan aku melepas rinduku." Lirih pria itu ditelingaku sambil melingkarkan tangannya di perutku.
Aku tahu ini salah, hatiku mengakuinya. Tapi kenapa tubuhku berkata lain, aku bahkan membalas perlakuannya.
Aku membalikkan tubuhku, hingga kami saling berhadap-hadapan. Aku menatap indah manik matanya mencoba mencari kebohongan di sana tetapi aku tidak menemukannya. Hanya pancaran kasih sayang dan ketulusan yang aku dapatkan.
Dia semakin mendekatkan wajahnya, kemudian mengecup keningku lama....
Penasaran kan dengan kisah lanjutnya?
Ikuti terus updatenya yuuukk 👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esma_04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Mobil yang dikendarai Shawn melaju sedang membelah jalanan kota Semarang mengantarkan dua pelajar SMA Harapan Bangsa. Dandy yang baru saja menyadari jika yang duduk disampingnya adalah istri sah yang baru saja dia nikahi tadi pagi masih berusaha menetralkan detak jantungnya. Betapa dia tidak menyangka jika dia bisa bertemu dengan kekasih halalnya secepat ini bahkan duduk berdampingan. Rupanya dia tidak begitu memperhatikan ucapan Pak Jajang tadi pagi yang juga meminta Joe untuk mengajak Jade berangkat sekolah bersama.
" Kak Dan...eh Kak Dean, ntar sore jemput ya. Jangan lupa loh, aku butuh laptop baru kak." Joe mengingatkan sang kakak saat mobil mereka sudah berada di depan pintu gerbang sekolahnya.
" Hm. Nanti kabari saja klo sudah pulang." Jawab Dandy.
" Makasih ya, Pak...udah nganterin Jade." Jade menoleh ke arah Shawn kemudian melirik sekilas ke arah Dandy yang terlihat sibuk dengan ponselnya. Dia kemudian turun dan segera bergegas masuk ke area sekolah.
Setelah Jade tak terlihat lagi, Dandy menghela napasnya panjang dan mendesah: " padahal istri kenapa kaya orang asing?"
" Kenapa Tuan tidak mengajaknya berbincang?" Sela Shawn.
" Entahlah Shawn...aku belum siap. Ayo kembali ke hotel, jangan sampai Pak Lee menunggu lama." Ucapnya lagi.
Shawn pun segera memaju mobilnya dengan kecepatan tinggi demi bisa mengejar waktu meeting bersama Pak Lee.
Sementara di sekolah, Joe sudah lebih dulu sampai di kelasnya. Sedangkan Jade dia justru dihentikan oleh Marry, teman sekelas sekaligus teman saat mendaftar dahuku.
Kurang lebih seperti ini ya guys visualisasinya Marry.
" Hai Jade...ini beneran kamu kan? Kamu pake jilbab sekarang?" Marry nampak terkejut dengan seragam baru Jade.
" Iya, kemarin dikasih seragam baru sama Pak Sammy." Jawabnya sambil terus berjalan menuju kelas. Sementara Marry justru terdiam entah memikirkan apa.
Sementara kita membiarkan para siswa melanjutkan kegiatan belajar mengajarnya, mari kita menjelajah sejenak ke Noor Silk Hotel. Dimulai dengan visualisasi Shawn.
_____ Shawn __________
Setelah meeting berjalan dengan lancar dan menghasilkan kerjasama yang saling menguntungkan, Pak Lee pamit undur diri karna harus mengantar putri semata wayangnya check up ke dokter.
Visualisasi Jannice Lee, teman sebangku Jade Ong yang merupakan putra tunggal Tuan Lee.
_________ Jannice Lee ____________
Sedangkan Shawn dan Dandy mereka kembali ke unit untuk melanjutkan pekerjaan mereka sembari menunggu sor menjelang dan harus menghabiskan waktu dengan Joe.
Dandy masuk ke kamarnya dan mengganti bajunya dengan setelan rumahan berwarna abu-abu. Dia mendudukan dirinya di sofabed dan meletakkan laptop di sampingnya. Dia sedang memikirkan apa langkah selanjutnya untuk membantu Jade keluar dari masalahnya. Dandy pun berusaha menghubungi Pak Sammy untuk sekedar meminta pendapat.
____ Dandy dalam mode "suntuk" ______
Namun lama menunggu panggilannya dijawab ternyata tetap tak ada respon. Mungkin saja saat ini Dandy melupakan jika di siang hari Pak Sammy Sudibyo adalah seorang guru yang harus mengajar secara professional.
Shawn tiba-tiba mendekati tuannya dengan setengah berlari hingga Dandy menatapnya tajam.
" Maaf tuan, ada masalah besar. Anggota sekte Burnrose mulai terlihat di area SMA Harapan Bangsa. Sepertinya mereka berhasil melacak keberadaan nona Jade." Jelas Shawn.
" Berapa bodyguard yang bertugas di sana?" Sambung Dandy.
" Enam orang tuan karna ada bodyguard tuan Joe juga." Jawab Shawn.
" Hm...baiklah, biarkan saja. Mereka pasti bisa menjaganya. Shawn... bagaimana kerja sama kita dengan Paman Sammy?" Tanya Shawn.
" Oh iya tuan hampir lupa. Nanti malam Pak Sammy mengundang kita ke rumahnya, katanya suruh ajak Jade dan Joe juga." Sambung Shawn.
" Baiklah..sepulang dari menemani Joe kita langsung ke sana." Dandy kemudian mulai fokus dengan laptop yang sudah menunjukkan Bagan Statistik Pemasaran Sutra nya hari ini.
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat hingga sang surya pun hendak beranjak ke peraduannya. Begitupun dengan muri-murid SMA Harapan Bangsa yang mulai berhamburan ke area parkir karna kegiatan KBM sudah usai. Hingga tampaklah dua murid yang berjalan beriringan menuju ke halaman depan sekolah.
" Jade, kita mampir bentar ke mall ya. Aku mau beli laptop." Joe mengajak Jade untuk turut serta.
" Baiklah." Jawab Jade singkat.
Setelah menunggu sekitar 5 menit, tampaklah Honda Civic hitam melaju ke arah mereka dengan perlahan dan berhenti tepat di depannya. Shawn keluar dari mobil dan menundukkan kepalanya.
" Mari tuan dan nona, tuan Dean sudah di dalam." Ucapnya.
Shawn kemudian membuka pintu mobil bagian penumpang dan mempersilahkan Jade masuk. Tanpa Jade duga sebelumnya, jika ternyata dia harus berdampingan lagi dengan kakaknya Joe. Sementara Joe sendiri duduk di depan.
" Kau mau kita kemana, Joe." Tanya Dandy pada adiknya.
" Kita ke Paragon City Mall saja kak. Aku mau membeli laptop dan beberapa keperluan lainnya." Jawab Joe.
" Shawn, berangkat sekarang." Jawab Dandy yang pandangannya tetap saja mengarah pada Ipad di pangkuannya.
" Hm...siapa namamu?"
Kriiiiik...Kriiiikkkk....Kriiikkkk....
Dandy berniat mengajak bicara Jade namun rupanya Jade tidak memahaminya. Shawn pun berusaha melirik dari center mirror dan menyela: " Maaf nona Jade, Tuan Dean sedang berbicara dengan anda."
" Saya...? Oh maaf Tuan saya pikir anda sedang bicara di telefon." Jade yang sebenarnya merasa tidak baik-baik saja semakin salah tingkah saat mengetahui pria disampingnya mengajak dia berbicara.
" Nama saya Jade, Tuan." Jawabnya singkat.
Dandy pun tak berniat membalas ucapannya lagi dan hanya merutuki kebodohannya, bagaimana mungkin dia malah bertanya siapa nama istrinya itu yang jelas-jelas dia sudah mengenalnya luar dalam.
" Kak Dean... Jade ini putrinya Paman Ong. Dia masuk kelas X tahun ini dan baru hari ini dia menggunakan hijab. Cantik kan kak?" Joe tiba-tiba saja menyela pembicaraan mereka.
" Hmmm." Hanya itu saja yang keluar dari bibir tipis Dandy. Setelah itu tak ada lagi percakapan di antara mereka hingga sampailah mereka di Paragon City Mall.
Hari sudah mulai gelap saat mereka menginjakkan kaki di Mall tersebut. Setelah menunaikan kewajiban Shalat Maghrib mereka pun melanjutkan berjalan-jalan di dalamnya.
" Joe kamu pergilah dengan Shawn. Jade, kau ikutlah denganku, ada sesuatu yang harus kita beli." Ucap Dandy.
" Kita...?" Jade pun terbengong dengan ajakan Dandy hingga Joe berkata: " Ikut saja Jade. Kakakku tidak akan menculikmu, lagian kapan lagi kita bisa menghabiskan uang kakakku yang sangat banyak ini.
" Tapi...." Jade terus saja menyela meskipun tidak ada yang menghiraukannya karna Shawn dan Jo sudah tak terlihat lagi dan Dandy melangkah perlahan di depannya.
" Tuan Dean tunggu aku. Aku baru pertama kali ke sini." Rengek Jade.
Dandy kemudian menghentikan langkahnya hingga Jade tepat disampingnya dia pun berucap: " Lady first, please."
Jade pun menurut untuk berjalan terlebih dahulu meski dia masih bingung dengan kemana tujuannya hingga dia merasa seseorang mencekal pergelangan tangannya dan terdengar: " kita masuk ke counter HP itu." Rupanya Dandy yang melakukan itu.
Jade benar-benar De Javu dengan hal ini. Dia menatap pergelangan tangannya, hendak meminta untuk dilepaskan tetapi pandangannya justru terpaku dengan wajah Dandy.
" Ini benar-benar wajah yang sama dan juga perasaan yang sama seperti dalam mimpiku hanya saja namanya Dean bukan Dandy." Batin Jade.
Dandy melepaskan cekalan tangannya dan mulai memilih salah satu smartphone keluaran terbaru dengan logo buah Apel digigit. Dia pun meminta seorang pramuniaga untuk membantu mengemasnya dan melakukan pembayaran.
" Jade, berapa stel pakaian muslim yang kamu miliki?" Tanya Dandy.
" Saya..? Mungkin hanya baju-baju untuk mengaji saja karna selama ini saya tidak berhijab." Jawab Jade.
Tanpa menjawabnya Dandy melangkahkan kakinya dan mengedarkan pandangan mencari Butik Pakaian Syar'i. Dandy kembali menggandeng tangan Jade dan mengajaknya masuk ke salah satu Butik yang terlihat cukup ramai.
" Astaghfirullah..ada apa ini. Kenapa aku sulit sekali menolak perlakuan tuan Dean. Bahkan dia pria pertama yang menyentuhku selain ayahku." Jade bergumam dalam hati hingga dia berusaha menguatkan dirinya untuk menolak hal ini.
" M...ma..ma..af , maaf, Tuan. Bisakah anda melepaskan tanganku?" Pintanya dengan suara terbata.
" Tidak bisa. Aku harus memastikan keamananmu." Jawab Dandy.
" Tapi kita bukan..." Jade menghentikan ucapannya saat ingin mengatakan jika mereka bukan mahram. Dia masih ingat dengan jelas jawaban apa yang dia terima saat mengatakan hal itu kepada Joe.
" Bukan mahram maksudmu? Apa aku menyentuh kulitmu? Bukankah aku memegang tanganmu yang terbalut seragam?" Jawab Dandy dengan senyum smriknya.
______ To Be Continued ____________