Anindya Alyssa seorang wanita manis yang memiliki warna kulit putih bersih, bekerja sebagai waiters di salah satu hotel yang cukup terkenal di kotanya. Hidup sebatang kara membuat harapannya untuk menjadi sekretaris profesional pupus begitu saja karena keterbatasan biaya untuk pendidikan nya.
Namun takdir seakan mempermainkan nya, pekerjaan sebagai waitres lenyap begitu saja akibat kejadian satu malam yang bukan hanya menghancurkan pekerjaan, tetapi juga masa depannya.
Arsenio Lucifer seorang pria tampan yang merupakan ceo sekaligus pemilik dari perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. Terkenal akan hasil produksi yang selalu berada di urutan teratas di pasaran, membuat sosok Lucifer disegani dalam dunia bisnis. Selain kehebatan perusahaan nya, ia juga terkenal akan ketampanan dan juga sifat gonta-ganti pasangan setiap hari bahkan setiap 6 jam sekali.
Namun kejadian satu malam membuat sifatnya yang biasa disebut 'cassanova' berubah seketika. Penolakan malam itu justru membuat hati seorang Lucifer takluk dalam pesona seorang waiters biasa.
Lalu bagaimana kisah Assa dan Lucifer?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23
Seminggu berlalu sejak kejadian dimana Anindya dengan berani meminta untuk pergi kepada Arsen. Selama itu pula Anindya lebih banyak diam, begitupun dengan Arsen. Arsen lebih memilih untuk mencari wanita lain untuk menuntaskan keinginan seperti saat ini.
Arsen duduk di ruang VIP sebuah club ternama di kota. Dengan segelas minuman ditangan yang ia minum dalam sekali tenggak. Di sebelah kanan kiri tentu ada wanita yang siap menyerahkan tubuh kepada pria kaya yang bau duit seperti Arsen.
"Tuan, mau tambah?" tawar seorang wanita dengan gaun merah begitu minum di tubuh yang sudah longgar sana sini.
"Pergi." Usir Arsen dengan suara pelan dan serak.
"Tuan, anda mabuk. Bagaimana jika kita pergi ke kamar?" tawar wanita lainnya dengan gaun hitam yang tak kalah minim bahan.
"Kau, ikut denganku." Ucap Arsen menunjuk wanita malam yang mengenakan gaun hitam itu.
Mata wanita itu tampak berbinar mendengar ucapan Arsen yang memilihnya untuk menjadi teman ranjang malam ini. Dengan penuh semangat ia memapah tubuh tegap Arsen ke salah satu kamar yang akan menjadi tempat Arsen memadu kasih.
"Tuan, anda ingin minum lagi?" tawar wanita itu sengaja menggoda.
"Lakukan tugasmu." Timpal Arsen dengan tatapan mata yang semakin sayu.
Wanita itu hendak membuka kancing kemeja yang Arsen gunakan, namun dengan cepat dihentikan oleh si pemilik.
"Jangan berani menyentuh tempat lain, tugasmu hanya memuaskan milikku!" tegas Arsen seketika membuat wanita itu terdiam.
"Kau tidak bisa?" tanya Arsen membuat wanita yang sedang terdiam itu buru-buru menggelengkan kepalanya.
"Saya bisa, Tuan." Jawab wanita itu dengan percaya diri.
Wanita itu mulai membuka gesper yang dikenakan oleh Arsen berikut celananya. Terpampang sudah milik Arsen yang besar dan tegang. Wanita itu dengan penuh godaan mulai menjalankan tugasnya.
"Emhhh … Assa!!!!" erang Arsen teringat pada Anindya. Ia lantas mendorong tubuh wanita malam itu dengan kasar.
Wanita yang didorong hanya bisa diam lalu berusaha mendekati Arsen lagi, namun tangan pria itu melayang memintanya untuk tidak mendekat.
Arsen merapikan pakaiannya lagi, ia merogoh dompet lalu melemparkan beberapa lembar uang untuk wanita malam itu.
"Kau tidak bisa menjalankan tugasmu dengan benar!!" desis Arsen langsung keluar dari kamar itu.
Arsen keluar dari club, ia menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi, tak peduli pada kondisinya yang sudah begitu mabuk. Hanya butuh waktu satu jam untuk sampai ke rumahnya.
Jam menunjukkan pukul 12 malam, Arsen masuk ke dalam rumah yang terlihat begitu sepi dan sunyi. Arsen melangkahkan kakinya menuju kamarnya, yang mana merupakan kamar yang ditempati oleh Anindya juga.
Arsen membuka pintu perlahan, ditengah pencahayaan temaram ia melihat seorang wanita berbaring dengan begitu nyaman.
"Assa." Panggil Arsen dengan suara berat karena kesadarannya mulai hilang.
Arsen ikut naik ke atas ranjang, ia duduk di sebelah Anindya lalu menatap lekat wajah cantik wanita yang menjadi tawanan nya itu.
"Assa, kau cantik sekali." Bisik Arsen dengan bibir yang perlahan mendekati bibir Anindya.
Sementara Anindya yang merasakan sesuatu basah di bibirnya perlahan membuka mata, ia terkejut melihat Arsen tengah mencium nya. Menciumi bibirnya dengan begitu lembut, berbeda dari biasanya.
"Emhhhh … p-pak Arsen, menjauhlah!!" pinta Anindya mendorong tubuh Arsen menjauh.
Arsen tak menolak, ia menghentikan ciumannya lalu menatap Anindya dengan tatapan yang begitu lemah.
"Assa." Panggil Arsen membuat Anindya was-was.
Anindya menarik selimut sampai batas dada, ia mengerutkan keningnya saat mencium bau tak sedap dari bibir Arsen.
"Pak, anda mabuk?" tanya Anindya semakin takut.
"Itu semua karena mu, karena kau ingin pergi dariku!" jawab Arsen sedikit aneh.
"Maksud anda?" tanya Anindya semakin kebingungan.
Belum sempat Arsen menjawab, pria itu sudah jatuh tak sadarkan diri dengan posisi kepala di pangkuan Anin. Wanita itu tentu saja terkejut, namun ia tak memindahkan kepala Arsen dan membiarkan nya hingga ia pun ikut tidur kembali dengan posisi duduk bersandar.
Pagi pun datang menyapa, cahaya matahari masuk melalui celah kamar hingga membuat tidur seorang pria terusik. Arsen tampak mengerutkan wajahnya dan berusaha menghindari cahaya, namun nyatanya cahaya seakan mengikuti dirinya.
Arsen membuka matanya, hal yang pertama kali ia lihat ada wajah cantik Anindya yang terlihat masih begitu pulas, namun ada hal yang membuatnya tergantung yaitu posisi tidur wanita itu.
Arsen mengubah posisinya menjadi duduk, ia perlahan membenarkan posisi tidur Anin hingga kembali merebah di ranjang.
"Maafkan aku, Assa." Bisik Arsen lalu mencium kening Anindya dengan begitu hangat.
Arsen bangkit dari tempat tidur, ia langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum bersiap ke kantor. Ia tak tahu bahwa wanita yang saat ini dianggapnya masih tidur ternyata sudah bangun sejak tadi.
Anindya memegangi keningnya, ia menghela nafas lalu menggelengkan kepalanya.
"Ingatlah posisimu, Nin." Gumam Anindya menutup matanya lagi.
To be continued
ahh apakah jalang teriak jalang 🤔🤔