kita memang tak tau siapa yang tuhan takdir kan untuk kita,namun kita bisa melabuhkan hati kita pada siapa. namun bagaimana jadinya jika ternyata hati dan takdir tak sejalan. Begitulah yang di rasakan oleh Aidan Arsyad Rafardhan,dia mencintai seorang wanita dan berniat akan melamar nya,namun bagaimana jadinya malah dia menikah dengan adik dari sang pujaan hati?
"menikahi orang yang di cintai memang impian,tapi mencintai orang yang di nikahi adalah kewajiban."
Aidan Arsyad Rafardhan
yukkk simak cerita lengkapnya di sini 👇
tinggalkan like,komen dan follow setelah membaca yah ☺️😆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon h.alwiah putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 16. Shafa dan Aidan
"mas bisa kita bicara sebentar."Shafa menghadang Aidan yang terlihat buru buru itu.
"Bicara apa?"tanya Aidan yang seolah mengerti jika yang ingin dikatakan oleh Shafa adalah penting.
"Ini tentang kita berdua mas,aku ingin bicara berdua ini privasi."pinta Shafa.
Sejenak Aidan melihat jam tangan yang ada di pergelangan tangan nya. "Baiklah kamu mau dimana?"tanya Aidan.
"Di taman tempat biasa saja."
"Baiklah, nanti aku kesana. Aku ada kerjaan sebentar."
Shafa pun mengangguk,lalu Aidan meninggalkan Shafa. Aidan terburu buru karena dia ingin menjemput Maureen.
Tadi saat dia sedang di kelas Maureen mengirimkan pesan bahkan menelponnya lima kali,namun hp Aidan tadi di silent. Dan saat tadi setelah selesai kelas,baru Aidan membuka handphone.
Semoga saja Maureen tak marah dan masih berada di rumah menunggu nya untuk di jemput. Namun ternyata dugaannya salah,saat tiba di area parkiran dia melihat Maureen turun dari motor sport bersama dengan seorang pria yang entah siapa Aidan tak tau.
Maureen tampak mengucapkan terimakasih dengan senyum manis di wajahnya serta nada bicara yang ceria, berbanding terbalik saat Maureen berkata padanya yang selalu menggunakan nada sedikit dingin cenderung judes yang menyiratkan kekesalan. Bahkan Maureen tak jarang menampakan wajah kesalnya di hadapan Aidan.
Aidan terus menatap interaksi antara Maureen dan laki laki itu sembari bersedekap dada.
Saat Maureen membalikkan badannya,dia kaget saat melihat Aidan yang sudah berdiri tak jauh dari dirinya.
Namun dengan secepat mungkin Maureen merubah ekspresi wajahnya, untuk apa dia panik saat kepergok Aidan di Anatar oleh laki laki lain.
Ya,masa bodo lah mau dia marah kek,ngambek kek, Maureen tak perduli malah itu bagus untuk dirinya.
Maureen berjalan mendekat ke arah Aidan, ehh ralat bukan mendekat tapi melewati. Namun saat Maureen akan melewati Aidan, perkataan Aidan menghentikan langkahnya.
"Siapa?"tanya Aidan.
"Ehh saya kira gak ada pak Aidan,pagi pak. Tadi bapak tanya apa pak? Siapa? Maksud bapak apa yah saya gak ngerti."
Tentu saja Maureen mengerti ucapan Aidan hanya saja Maureen pura pura bodoh saja.
"Siapa yang mengantar kamu?"tanya Aidan.
"Ouh itu temen saya pak,tadi saya udah telpon supir pribadi saya,cuman dia gak angkat telpon saya. Kayaknya dia lagi pacaran sama pacar nya. maaf yah pak saya gak bisa lama lama kelas saya sebentar lagi mau masuk."ucap Maureen langsung menyelonong pergi meninggalkan Aidan.
Tak lupa Maureen juga memberikan kata sindiran pada Aidan yang sudah telat menjemput dirinya.
Aidan yang menyuruh Maureen untuk mengabari nya jika berangkat kampus,Aidan juga yang telat menjemput Maureen.
Jadilah Maureen berangkat menggunakan ojeg,namun di pertengahan jalan tiba tiba motor ojeg itu mogok. Dan untung nya saja ada teman Maureen yang kebetulan bertemu dengan Maureen lalu menawarkan tumpangan nya.
Jika saja tak ada teman Maureen itu sudah dapat Maureen pastikan dia akan telat masuk kelas.
Aidan pun hanya bisa menatap Maureen yang sudah masuk ke dalam gedung fakultas. Tadinya Aidan akan meminta maaf pada Maureen,namun melihat Maureen yang langsung nyelonong akhirnya Aidan meminta maaf pada Maureen lewat pesan saja.
Tak lupa Aidan juga menyuruh kembali Maureen untuk mengabari nya jika akan pulang. Walaupun pesan darinya hanya di baca saja oleh Maureen,namun tak apa lah. Aidan paham jika Maureen masih kesal padanya,ini juga salahnya yang lupa mengaktifkan nada dering di ponsel nya.
Aidan tak kembali ke dalam gedung fakultas dia masuk kedalam mobil dan mulai meninggalkan area fakultas itu.
Dia kan sudah punya janji pada Shafa,jadi mumpung dia sedang free ngajar di Jam sekarang.
Taman yang sering di kunjungi oleh dirinya dan Shafa memang tak jauh dari kampus, sehingga hanya membutuhkan waktu sepuluh menit saja.
Tempat yang selalu menjadi pilihan nya dan Shafa saat di taman ini adalah kursi di dekat pohon. Dan ternyata Shafa sudah berada disana.
Aidan pun menghampiri Shafa. "Maaf menunggu lama."ucap Aidan membuyarkan lamunan Shafa.
"Ehh iya gak papa gak lama kok."
Aidan pun duduk di sebelah Shafa sedikit jauh menyisakan jarak yang mungkin enam puluh centi itu.
"Mau bicara apa?"tanya Aidan.
"Kenapa kamu berubah mas?"sebelum ke inti pembahasan,Shafa menanyakan tentang sikap Aidan yang akhir akhir ini terkesan dingin dan cuek padanya.
Setelah acara lamaran waktu itu,sikap dan sifat Aidan pada Shafa berubah. Yang biasanya setiap hari pasti dia dan Aidan selalu bertukar kabar atau sekedar bercanda di room Chet, sekarang tidak kecuali ada kepentingan mendesak.
Shafa sangat terganggu dengan perubahan Aidan itu,dia seperti merasa ini bukan Aidan teman nya.
Aidan pun menyunggingkan senyumnya. "Memang sudah seharusnya aku bersikap kayak gini Shafa, sekarang status ku sudah tak lagi lajang. Ada hati wanita yang harus aku jaga,aku tau wanita mana yang gak sakit hati liat suaminya sendiri lebih akrab sama wanita lain apalagi itu kakaknya. Aku hanya menghindarkan itu saja."
"Kamu juga sekarang harus terbiasa sama sikap aku yang kayak gini, walaupun kita berteman tapi ya harus ada pembatas karena sekarang aku sudah tak sendiri lagi."
Mendengar ucapan Aidan itu,hati Shafa rasanya kembali sakit. Harusnya yang di posisi Maureen saat ini adalah dirinya, beruntung nya Maureen memiliki Aidan yang tau cara agar menjaga hati wanitanya.
"Dan bukankah kamu juga sama? Kamu pun harus menjaga hati calon suami kamu."ucap Aidan membuat Shafa mengerutkan keningnya.
"Calon suami maksud kamu siapa?"tanya Shafa.
"Loh,waktu itu saat aku melamar Maureen ayah kamu berkata jika kamu sudah mempunyai calon dan tambatan hati, makanya aku di jodohkan dengan adik kamu."
Terungkap sudah kesalahpahaman ini, ternyata Aidan mengira jika dirinya sudah mempunyai laki laki.
"Dia sudah menikah dengan wanita lain."ucap Shafa membuat Aidan kaget.
"Astaghfirullah,siapa laki laki itu Shafa? Kenapa kamu gak bilang sama aku? Kapan dia menikah nya ? Dan kenapa bisa dia menikah dengan wanita lain?"Aidan memberondong Shafa dengan berbagai pertanyaan.
"Aku mencintai dia dalam diam,aku memendam rasa ini selama bertahun tahun lamanya, aku tak pernah mengungkapkan rasa ini. Aku kira dia pun mempunyai rasa yang sama seperti ku, mengingat semua perlakuan nya padaku. Dia menikah lima hari yang lalu."Shafa berkata seperti itu sembari air mata meluncur dari retina matanya.
"Bertepatan saat aku dan Maureen menikah?"tanya Aidan.
Meskipun tak bisa dia pungkiri diapun merasakan sakit kala tau jika wanita yang dia cintai bertahun tahun ternyata mencintai laki laki lain bertahun tahun juga. Jadi cintanya sudah bertepuk sebelah tangan sejak dahulu kala?
"Siapa laki laki itu Shafa?"
Seketika air mata Shafa mengalir deras.
"K-kamu,kamu laki laki itu mas. Laki laki yang aku cintai bertahun tahun lamanya,laki laki yang selalu ku sebut di sepertiga malam ku untuk bisa menjadi pendamping hidupku ternyata dia malah menjadi jodoh dari adikku sendiri."
Degh
mewek, emosi, gregetan pokoknya jd satu.
biar tau rasa