“Memangnya aku sudah gak laku?, aku bahkan belum pernah mencoba mendekati seorang gadis.” Gerutu Kevin. -Kevin Alexander Geraldy-
Beberapa hari setelah ia tiba di jakarta usai menyelesaikan pendidikan dokternya, ia mendapatkan kejutan dari papi dan mommy nya, bahwa papi Alexander menginginkan Kevin menikahi seorang gadis, dan yang paling membuat Kevin begitu emosi adalah, pernikahan ini adalah buntut dari sebuah surat wasiat yang di terima Alexander 15 tahun yang lalu.
“Aku juga tidak ingin menikah denganmu, aku menikah dengan mu karena aku tak ingin image baik yang sudah menempel padaku rusak begitu saja,” balas Gadisya dengan emosi yang tak kalah dahsyat nya. “Aku hanya yatim piatu yang kebetulan beruntung bisa mewujudkan impianku menjadi dokter, aku tak memiliki apa apa, bahkan silsilah keluarga yang bisa ku banggakan, jadi setidaknya aku harus mempertahankan nama baikku, karena itu adalah harga diriku, dan aku bangga. -Gadisya Kinanti-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2 (edisi revisi)
Papi Alex dan mommy Stella menatap nanar ke arah Kevin yang kini tengah berjalan menuju kamarnya, mereka sungguh memahami apa yang kini dirasakan Kevin, "Biarkan saja dulu, dia sedang tidak bisa diajak diskusi, nanti kita cari waktu lain untuk membicarakan ini lagi." Ucapan Stella laksana embun yang menyejukkan bagi Alex.
"Baiklah … " Alex pun kembali melanjutkan sarapannya.
"Dad, jangan coba coba menjodohkan aku, aku tidak suka." Andre yang sejak tadi menjadi pendengar ikut angkat bicara.
"Daddy beri waktu satu tahun, Jika belum dapat calon istri, mom dan daddy terpaksa menemui orang tua Belinda," Alex menggoda putra keduanya tersebut.
"Daaaad !!" Pekik Andre, yang kemudian urung menyuapkan roti ke mulutnya.
Papi Alex pun berdiri karena ia sudah menyelesaikan sarapannya. "Ayo cepatlah, daddy ada rapat penting pagi ini."
"Dad … aku bahkan belum selesai bicara." Andre berjalan cepat menghampiri Alex yang sudah berjalan terlebih dahulu, tapi kemudian ia berbalik karena lupa berpamitan dengan Stella. "Love you mom." Bisiknya usai mendaratkan kecupan di pipi Stella.
"Love you too my boy … " balasnya.
"Mom … aku sudah dewasa, kenapa masih memanggilku seperti itu?"
Stella tersenyum geli mendengar perkataan Andre, di mata seorang ibu, anak anak tetap seperti bayi, sampai kapanpun.
...🌻🌻🌻...
Kevin berdiri di balkon kamar nya, perkataan papi nya beberapa saat lalu membuat pikirannya kembali menerawang ke masa lalu, masa yang penuh dengan kemarahan dan kekecewaan.
Peristiwa itu sudah berlalu 15 tahun silam, namun masih membekas jelas dalam ingatannya, bagaimana ia begitu marah manakala mengetahui penyebab utama perceraian kedua orang tuanya.
Alex memiliki seorang kekasih, sementara ia juga terikat pernikahan dengan Stella.
Kevin yang melewatkan masa kecilnya tanpa Sosok mommy di sisi nya begitu marah, ternyata gara gara papi, Kevin tidak pernah bertemu mommy, mommy meninggalkan papi karena papi berselingkuh, Kevin begitu membenci Alex kala itu, dan luapan emosi kala itu masih begitu jelas terasa sakitnya hingga saat ini.
Dan kini Alex tiba tiba menyebut nama 'Anindita', bahkan mendengar namanya saja sudah membuatnya marah, bagaimana mungkin papinya justru menginginkan ia menikahi putri dari seseorang yang paling ia benci, Kevin beranggapan, jika putri dari Anindita pasti memiliki sifat yang sama dengan ibu nya, menyukai para pria beristri.
...🌻🌻🌻...
Hari berikutnya.
Kevin keluar dari ruangan tempat ia menjalani wawancara sebagai dokter baru di William Medical Center, rumah sakit milik mendiang Kenzo William sang kakek.
Sebenarnya wawancara itu hanya formalitas, karena sebagai calon penerus, Kevin sudah pasti diterima bekerja di sana.
"Bagaimana perjalananmu?" Tanya Richard sang paman, pria yang kini rambutnya dominan berwarna putih itu adalah kakak tertua dari sang mommy.
"Baik paman, maaf abang belum sempat mampir ke rumah paman,"
"Tidak perlu se formal itu, kapanpun kamu ingin, kamu bisa ke rumah paman."
Kevin mengangguk. "Oh iya dua hari lagi Rumah sakit akan mengadakan bakti sosial ke daerah puncak, kalau tidak salah namanya desa Sekar Kencana, paman harap kamu bisa mewakili paman di acara tersebut."
"Baikah paman, sekalian abang menyegarkan pikiran sebelum mulai bekerja."
Richard mengusap rambut keponakannya tersebut dengan sayang.
...🌻🌻🌻...
Tanpa Kevin ketahui, Alex adalah penggagas acara amal yang diadakan oleh William Medical Center, karena Alex adalah menantu dari pemilik rumah sakit serta salah satu pemegang saham terbesar, maka acara amal tersebut segera mendapatkan izin dari dewan direksi William Medical Center.
Bakti sosial itu diadakan di sebuah rumah sakit kecil di desa Sekar Kencana, menurut cerita yang Kevin dengar dari Richard, rumah sakit itu milik pemerintah setempat, namun karena letaknya terpencil, mereka kekurangan obat, fasilitas medis, bahkan dokter pun tidak ada yang bertahan lebih dari 3 bulan, padahal di desa tersebut, ada banyak lansia dan anak anak yang memerlukan perhatian khusus.
Kevin dan rombongan tiba setelah menempuh perjalanan selama 5 jam dari Jakarta.
Sementara itu di rumah sakit Kencana, segala persiapan penyambutan telah selesai dilakukan, karena terbatasnya sumber daya, hanya penyambutan ala kadarnya yang mampu mereka berikan.
Adalah Gadisya Kinanti, gadis berparas ayu dengan mata teduh, dokter yang diberi tugas oleh kepala rumah sakit untuk mempersiapkan segala sesuatu nya, pembawaan Gadisya sangat sederhana, namun pengabdiannya pada masyarakat tak perlu diragukan, dia adalah satu satunya dokter yang bertahan hingga 2 tahun lamanya di desa Sekar Kencana, padahal desa itu jauh dari kota dan segala kemewahan yang menjanjikan, gaji yang ia peroleh pun tak seberapa, sungguh jauh dari kata layak untuk gaji seorang dokter umum seperti dirinya.
Namun dia bukanlah dokter yang mementingkan materi, pernah merasakan hidup di panti asuhan, membuat rasa empatinya melekat kuat, perasaan nya selalu terpanggil untuk membantu orang orang yang kurang mampu.
Iring iringan mobil yang membawa rombongan dokter dan beberapa perawat dari William Medical Center pun tiba, para rombongan terbagi dalam beberapa mobil rumah sakit, lengkap dengan 2 buah truk yang mengangkut obat obatan, dan fasilitas untuk rumah sakit.
Setelah Menempuh perjalanan jauh, para dokter dan perawat itu pun turun, sejuknya udara memanjakan indra penciuman mereka.
Lamanya perjalanan kini terbayar dengan eloknya pemandangan yang menyejukkan mata, dataran tinggi itu dikelilingi oleh hamparan hijau kebun teh tampak terlihat asri, Surga Bagi para wisatawan dari perkotaan seperti jakarta, yang sehari-harinya biasa dihadapkan dengan kesibukan kerja yang berat dan beresiko stress, jalanan kota yang padat dan macet dengan udara kotor yang tidak sehat, sangat tepat jika sesekali mengunjungi kawasan perkebunan teh, Ini bisa menjadi semacam obat hidup agar lebih sehat, fresh dan tubuh jadi lebih rileks.
Diantara mereka, ada seorang dokter yang terlihat menonjol secara penampilan, karena nampak berbeda dengan yang lain, pria itu terlihat tampan dan tinggi menjulang, rambutnya berwarna hitam kecoklatan sementara matanya berwarna biru pucat, sungguh perpaduan yang sempurna, dialah Kevin Alexander Geraldy, putra sulung Alexander Geraldy dan stella Marisa William.
Gadisya sungguh tercengang melihat pria yang baru saja turun dari mobil tersebut, ingatan tentang kejadian tidak menyenangkan yang terjadi belasan tahun lalu kembali berputar, hingga kini Gadisnya Masih bisa merasakan ada aura kemarahan yang terpancar dari sorot mata pria itu.
Tak jauh berbeda dari Gadisya, Kevin pun terkejut melihat siapa yang kini berdiri di hadapannya.
Hanya menatap wajahnya sudah membuat Gadisya merinding, tampak sangat jelas bahwa pria itu masih memiliki kebencian teramat besar pada dirinya.
firasat Gadisya merasakan, ada sebuah kejutan yang tengah menantinya. "Semoga bukan hal buruk." Gadisya berucap dalam hati, sebisa mungkin ia mencoba untuk tenang.
...🌻🌻🌻...