NovelToon NovelToon
Battle Scars

Battle Scars

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Irma pratama

Apa jadinya kalo seorang anak ketua Organisasi hitam jatuh cinta dengan seorang Gus?

Karena ada masalah di dalam Organisasi itu jadi ada beberapa pihak yang menentang kepemimpinan Hans ayah dari BAlqis, sehingga penyerangan pun tak terhindarkan lagi...
Balqis yang selamat diperintahkan sang ayah untuk diam dan bersembunyi di sebuah pondok pesantren punya teman baiknya.

vagaimanakah kisah selanjutnya?
Baca terus ya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cerita Gus Alditra

"Maa syaa Allah, Gus Miftah!"

Balqis menoleh. Matanya kembali berbinar melihat laki-laki yang tengah diteriaki para santri.

Buset, ternyata cowok di sini ganteng-ganteng cuk... Lumayan nih buat cuci mata gue... nggak biring-boring bangetlah gue disni kalo ada cowok-cowok macam begini!

Baju Kemeja berpadu sarung hitam sangatlah luar biasa. Membuat siapa saja pasti tertarik.

"Gus Miftah sangat tampan, ya?"

"Iya. Ning Maryam beruntung menjadi calon istrinya."

"Pernikahan mereka membuat iri orang-orang."

"Pengen juga ana seperti itu. Tapi sepertinya nggak ada harapan."

"Ets, tenang saja. Selama Gus Zaigham dan Gus Alditra masih single, kita masih punya kesempatan."

"Ana sih maunya sama Gus Zaigham. Kalau Gus Alditra nggak tahu. Dia enggak bisa bicara, nanti rumah bakalan sepi."

"Iya. Sekarang saja sudah banyak perempuan yang menolaknya. Tapi umi belum menyerah, dia tetap mencarikan calon untuk Gus Alditra dari pesantren lain,"

"Semoga saja Gus Alditra cepat-cepat dapat jodoh,"

"Aamiin."

Balqis yang mendengar obrolan beberapa perempuan di dekatnya seketika menggaruk dahi.

Ck... Kasian juga kisah hidup Om Om itu... kayaknya susah banget buat Om Gus disukai sama cewek. Ya... Meskipun dia ganteng tapi tetep aja cewek-cewek pasti nolak dia gara-gara kekurangan yang dia punya sekarang.

Trak!

Trak!

Suara seperti gebukan membuat Balqis tertarik. Dia pun menoleh ke belakang untuk melihat.

Ngapain sih dia? Nggak jelas banget!

Balqis menghampiri Alditra yang berkutat dengan pohon.

"Ngapain sih Om? Eh, bentar... kok nggak sopan banget ya cara ngomong gue." sambil tertawa cengengesan.

"Sedang apa Om Gus?" ucap Balqis sambil tersenyum manis kearah Alditra.

Sementara Alditra tidak merespon. Dia terlihat sebal karena lagi-lagi Balqis mengganggunya. Sementara Balqis memperhatikan apa yang dilakukan oleh Alditra tadi.

"Om Gus mau jambu? Awas biar gue yang ambilin, deh! Mumpung gue lagi baik hati, jujur dan tidak sombong!"

Balqis mengambil tongkat yang dipegang Alditra. Kemudian memukul jambu biji yang warnanya menguning.

Tuk!

"Yes... Got It!"

Balqis bersorak ria. Dia mengambil jambu itu dan mengelapnya dengan baju.

"Ck... Ini harganya mahal loh kan hasil petikan gue. Om Gus bisa tuker sama ayam goreng kalo ada, kalo nggak ada ikan goreng sama udang aja, gimana?"

Jujur saja saat ini Balqis sangat lapar dan dia ingin makanan yang enak.

"Ah, pokoknya gue minta tukeran. Gimana?"

Alditra tidak menjawab. Dia kembali memutar kursinya menuju rumah. Sedangkan Balqis menunggu di luar dengan jambu yang terus di pegangnya sambil menatap gerbang yang sekarang sedang terkunci.

Nggak bisa keluar ya...

***

"Loh Al, buat apa makanan-makanan itu?" Azizah keheranan melihat Alditra memasukkan beberapa ayam ke dalam plastik. "Mau kamu bawa ke kamar?"

Alditra menggelengkan kepalanya. Dia menunjuk ke luar sebagai jawaban.

"Emamg siapa sih yang ada di luar?"

Azizah menghampiri jendela. Dia mengintip dari gorden. "Loh, itu kan Balqis!"

Setelah memasukkan beberapa ayam ke plastik, Alditra memutar roda kursinya menemui Balqis.

"Sejak kapan mereka jadi sedekat itu?" Senyuman Azizah terukir.

Dan memang ini untuk pertama kalinya Alditra berinteraksi dengan orang lain. Azizah sangat senang bisa melihat adiknya bisa dekat lagi dengan orang lain.

Setelah Alditra memberikan ayam dalam plastik. Dia pun mendapatkan jambu itu. Padahal dia tidak menginginkannya, melainkan tadi dia hanya tengah menyingkirkan ulat yang ada di pohonnya.

"Nah, gitu dong kan cakep! Itu baru Gus pinter."

Balqis pun berlalu pergi. Dia sudah tidak sabar ingin menyantap ayam goreng yang diinginkannya sampai meneteskan air liur. Terkesan sangat lebay sih tapi ya memang benar... Dari kemarin Balqis belum makan makanan enak.

Sesampainya di kobong. Balqis menatap Melodi yang tengah memandangi nasi di piring. Tidak ada lauk pauk yang dimasaknya tadi. Hanya tersisa piring kotor.

"Lah... Mel, mana tumis mie yang lo masak tadi?"

"A-ada," jawabnya ragu.

Balqis mendudukkan dirinya. Dia melihat raut wajah Melodi berbeda. Tidak perlu dikatakan, karena dari bola matanya saja sudah memberitahukan.

"Lo udah makan?"

Melodi menggelengkan kepalanya. "Belum. Aku lagi nunggu kamu,"

"Oh... Ya udah, kita makan bareng," Balqis membuka plastik yang dibawanya. Kemudian menuangkan semua ayam goreng ke piring.

"kamu dapet ayam dari mana, Qis?"

"Dari Om Gus yang duduk di kursi roda itu loh,"

Mata Melodi membulat. Dia terkejut mendengarnya. "Ka-kamu berani minta sama Gus Alditra?"

"Lah, emang kenapa?" tanya Balqis heran mengerutkan halisnya.

"Dia itu orangnya dingin loh. Dia nggak pernah bertatapan sama orang-orang dan mereka juga bilang kalau dia itu galak!"

"Galak?!" kening Balqis makin mengerut saat mendengarnya. "Cih.. Kata siapa dia galak?"

"Kata orang-orang. Gus Alditra itu bisu, kalau marah dia akan melayangkan tangannya. Terus sorot matanya sangat tajam. Itu kenapa dia sangat ditakuti,"

Balqis mengangguk paham. "Ooh..." Balqis pun teringat dan penasaran akan obrolan santriwati tadi. "Eh Mel, emang iya ya dia sering dijodoh-jodohin? trus si ceweknya pada nolak!?"

"Iya. Di sini udah ada 12 santriwati yang umi jodohkan dengannya. Tapi semuanya menolak. Dan tidak hanya itu, Gus Alditra juga tidak ada minat sama mereka. Karena dia itu menginginkan istri yang tulus menerimanya. Apalagi dia memiliki kekurangan dari kaki dan mulut,"

Balqis mengangguk-ngangguk. "Hmm... Kasian juga, ya?"

"Iya. Kebanyakan santriwati di sini menginginkan Gus Miftah dan Gus Zaigham. Kakak tiri Gus Alditra,"

"Hah, Kakak tiri?"

Melodi mengangguk. "Gus Alditra itu putra bunda Halimah. Dia mantan istri aby Arsalan. Setelah mereka berpisah aby Arsalan menikahi umi Fatimah yang saat itu sudah mempunyai dua putra dan satu putri,' "

"Siapa aja mereka?"

Balqis secara tiba-tiba tertarik dengan cerita Melodi. Bukan karena ingin tahu, tapi terdengar seru di telinganya.

"Trus trus kenapa mereka cerai?"

"Gus Miftah, Gus Zaigham dan Ning Azizah, mereka kakak tiri Gus Alditra. Soal mereka bercerai aku juga nggak tahu. Tapi kata orang-orang mereka bercerai saat Gus Alditra berusia 15 tahun,"

"Trus trus sekarang bunda Halimah masih hidup?"

"Masih. Statusnya masih sendiri. Dia belum menikah lagi,' "

"Hooo... Apa bunda Halimah masih cinta sama aby Arsalan ya?" senyuman smirk Balqis mengembang saat membicarakan tentang cinta.

"Kalo itu aku juga nggak tahu, Qis."

Balqis merasa sebal karena akhir cerita Melodi tidak sesuai yang diinginkan. Ceritanya seperti menggantung tanpa jawaban. Karena mana mungkin seorang perempuan kuat belum menikah lagi, selain hatinya masih terkunci pada mantan kekasihnya dulu.

"Qis, mendingan kamu jangan terlalu dekat sama Gus Alditra. Nanti dia pasti marah kalau kamu deketin terus terusan,"

"Ck... Tenang aja. Gue itu lucu orangnya. Jadi dia nggak mungkin marah. Hahaha!"

Melodi terkekeh. Perkataan Balqis mampu membuatnya tertawa kecil untuk pertama kalinya lagi.

Setelah mengaji malam selesai. Semua santri kembali ke kobong masing-masing. Waktunya istirahat dari segala aktivitas seharian.

"Qis, kamu serius akan memakai baju seperti itu saat tidur?"

Melodi menggaruk tengkuknya melihat penampilan Balqis yang memakai piyama tidur.

"Emangnya kenapa sih? Biasanya gue kayak gini kok kalo mau tidur,"

"Nanti kamu digigit nyamuk loh,"

"Ck... Mana berani nyamuk gigit kulit gue yang mulus ini? Yang ada mereka bakalan kepaitan."

Melodi terdiam. Dia tidak bicara lagi. Karena sangat susah memberitahu Balqis yang sangat keras kepala.

Setelah beberapa menit semua orang tertidur. Balqis sejak tadi belum terlelap sama sekali. Tangannya masih sibuk menepuk nyamuk yang memainkan musik di telinganya. Bahkan kini kulitnya merah-merah.

"Arrrggghhh!"

"Gue bunuh ya kalian semua! Brengsek!"

Balqis menarik selimutnya sampai menutupi semua badannya. Bukannya terlelap tidur karena merasa aman, dia malah kepanasan dan kembali menyibakkan selimutnya.

"Aaaarrrggghhhhtttt... Tempat macam apa ini? Kenapa panas banget? AC mana AC?"

Balqis menggerutu seorang diri. Dia sangat sebal karena tidak bisa tidur. Bukan hanya nyamuk yang mengganggu, rasa panas dan gerah pun turut ikut serta.

"Ya ampun, kamu berisik sekali sejak tadi! Jadi nggak bisa tidur kan kita" Siska dan yang lainnya terbangun. Tidur nyenyak mereka terganggu gara-gara gerutuan Balqis.

"Aku numpang tidur di kamar lain saja. Di sini berisik!" Raras beranjak dari tempat tidurnya. Dia pun membawa selimut keluar dari kamar.

Tidak lama dari itu, Siti, Siska dan Amel pun menyusul. Mereka tidak tahan karena Balqis yang tidak bisa tidur.

"Qis, aku bantu kamu olesin soffell, ya? Biar nyamuknya nggak menggigit lagi,"

"Hah... Ok! Setuju banget! Tersiksa banget gue sumpah!"

Melodi yang bertahan membantu Balqis. Dia mengoleskan soffell anti nyamuk pada tangan dan kakinya. Dia memang sangat mengantuk, tapi dia tidak mungkin tidur di saat mata Balqis masih terjaga. Sesaat Melodi terkejut dengan perban yang menempel di perut bawah Balqis karena terlihat sangat jelas sekarang.

"Sudah." Melodi sudah selesai mengoleskan soffell rasa jeruk itu.

"Thanks ya Mel..."

"hmm... Sama-sama, tapi aku boleh nanya nggak Qis? Itu perban di perut luka bekas apa? Sepertinya lukanya baru ya? Nanti kalau sekiranya mau ganti perban atau butuh bantuan lain aku bisa bantu loh..."

Balqis pun terdiam sejenak. "Hm... Thanks... Ini lukanya sebelum dateng kesini kok... gue ketusuk pisau ulah para penjahat yang sirik sama Daddy! Hah... Hidup gue itu nggak mudah loh Mel.. banyak musuh-musuhnya Daddy yang ngincer... Gue harus bisa beladiri bertahan dari serangan musuh Daddy.."

"Astagfirullah... Kenapa bisa seperti itu? Memangnya kenapabDady kamu banyak musuhnya?"

"Daddy gue memang tangannkanannya Om Danniel Henney, tapi dia diwariwin organisasi punya uncle Nathan..."

"Organisasi? Organisasi apa?"

"Mafia!" ucap Balqis dengan entengnya tanpa beban.

Sementara Melodi hanya terdiam melihat kearah Balqis antara ingin percaya dan tidak dengan perkataan Balqis barusan yang terlihat bercanda.

Tak lama Melodi meringis tidak menyangka orang manja seperti dirinya bisa beladiri dan melawan penjahat.

"Hah.. Sakit sih... Tapi luka kayak gini udah biasa buat gue... Lo nggak usah khawatir Mel.." ucap Balqis sambil merebahkan dirinya.

Detik kemudian, dia pun tertidur pulas karena nyamuk tidak mengganggunya lagi. Sedangkan Melodi, dia tidak melanjutkan tidurnya. Dia malah beranjak keluar kamar ke tempat wudhu. Dia akan melaksanakan shalat tahajud.

1
sukronbersyar'i
mantap seru, gan , jgn lupa mampir juga ya
Tara
wah...dasar preman Yach😅😂
Tara
hope happy ending
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!