Kelanjutan Novel 'Sepucuk Surat'
Khusus menceritakan kisah kakak Ifa, putri pertama Farel dan Sinta. Namun, Alurnya akan Author ambil dari kisah nyata kehidupan seseorang dan di bumbui pandangan Author untuk menghiasi jalan cerita.
Semoga kalian suka ya🥰🥰
------------------------
"Haruskah aku mengutuk takdir yang tak pernah adil?"
Adiba Hanifa Khanza, Seorang gadis tomboy tapi penurut. Selalu mendengarkan setiap perkataan kedua orang tuanya. Tumbuh di lingkungan penuh kasih dan cinta. Namun, perjalanan kehidupan nya tak seindah yang di bayangkan.
"Aku pikir menikah dengannya adalah pilihan yang terbaik. Laki-laki Sholeh dengan pemahaman agama yang bagus tapi ..., dia adalah iblis berwujud manusia."
Mampu kan Ifa bertahan dalam siksa batin yang ia terima. Atau melepas semua belenggu kesakitan itu?
"Kenapa lagi, kau menguji ku Tuhan?"
Ikutin kisahnya yuk, jangan sampai ketinggalan.
Salam sapa Author di IG @Rahmaqolayuby dan Tiktok @Rahmaqolayuby0110
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rahma qolayuby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Jalan terakhir
Mawar melirik Ifa sekilas. Sejak selesai pertemuan beberapa menit lalu. Sikap Ifa jadi diam. Tak banyak bicara. Terlihat jelas dari tatapan matanya jika Ifa sedang tak baik-baik saja. Ada pancaran amarah di sana.
Tidak hanya Ifa, Mawar pun merasakan hal yang sama.
Ifa datang dengan penuh harapan. Tapi, apa yang Ifa dapatkan.
Orang itu tidak akan lagi menjadi Investor di perusahaan nya. Asalkan dengan satu syarat lagi, Ifa harus menikah dengan orang itu.
Bagaimana Ifa tidak marah dan merasa di rendahkan. Bagaimana bisa ada laki-laki macam itu. Mengambil kesempatan dalam kesempitan. Yang lebih gilanya lagi, padahal orang itu sudah tahu jika Ifa sedang hamil muda.
Padahal Ifa sudah berusaha merubah poin-poin yang menguntungkan orang itu tapi masih menekan Ifa.
Jika begitu caranya Ifa tak akan mau.
Pikiran Ifa benar-benar penat saat ini. Ujian bertubi-tubi terus menghampiri. Rasanya Ifa lelah. Ifa mengusap perut ratanya. Seolah itu menjadi kekuatan baru untuk Ifa tetap maju. Bagaimana pun caranya Ifa akan terus berjuang agar perusahaan tetap tegak.
Walau terdengar mustahil tapi Ifa yakin jika ada jalan untuk membuat perusahaan bangkit kembali.
Ifa tak pernah menyangka jika kerusakannya sangat parah.
"Nona, apa anda baik-baik saja?"
Ifa tersenyum tipis mendengar pertanyaan sekertaris nya.
"Saya baik, kamu jangan khawatir."
Jawab Ifa mantap. Seolah dia terlihat baik-baik saja. Sejak dulu Ifa memang tidak suka di pandang lemah oleh orang lain. Ifa tak suka di kasihani.
"Syukurlah, saya khawatir."
Lagi, Ifa tersenyum akan perhatian sekertaris nya.
Yang Ifa tidak tahu, siapa Mawar sebenarnya. Itulah yang membuat Ifa mudah sekali di manfaatkan. Ifa tak pernah mau tahu latar belakang orang lain. Ifa terlalu fokus akan dirinya sendiri.
Bagi Ifa, Mawar sekertaris dirinya. Orang yang telah di rekrut langsung oleh Mikail. Ifa percaya jika Mikail tidak akan salah pilih orang.
Sejujurnya, sampai saat ini Ifa masih bertanya-tanya apa alasan sebenarnya Mikail memilih pergi. Mengingat dulu Mikail sangat ngotot ingin bekerja.
Tapi, kebingungan itu selalu teralihkan oleh masalah-masalah yang Ifa hadapi. Kepergian Mikail masih menjadi tanda tanya besar di benarkan Ifa.
"Kita cari makan dulu, saya sangat lapar."
Ucap Ifa, tiba-tiba perutnya merasa lapar. Dalam keadaan begini, Ifa masih bisa makan. Hebatnya di sana. Sebesar apapun masalah yang Ifa hadapi. Ifa tetap masih mengingat tubuhnya. Jika tubuhnya juga butuh nutrisi apalagi sekarang ada janin di perut Ifa dan Ifa butuh gizi yang lebih.
Ifa tak akan menyiksa diri sendiri dalam lubang kesakitan.
Mungkin, di sanalah Allah menguji Ifa karena Allah percaya Ifa mampu menghadapinya. Walau kita tak tahu sehancur apa hati Ifa. Hanya Ifa dan Allah yang tahu.
Ifa dan Mawar berhenti di sebuah lestoran. Mawar hanya memesan minuman saja. Karena perutnya masih kenyang.
Ifa benar-benar beda dari ibu hamil kebanyakan. Yang biasanya selalu muntah dan lemas. Ifa benar-benar kuat, bahkan jarang sekali mual.
Bahkan Ifa terlihat lahap menikmati makanannya. Membuat Mawar terheran-heran. Tapi, begitulah Ifa.
Sudah selesai makan, Ifa dan Mawar kembali ke kantor. Mereka berdua kembali di sibukkan dengan pekerjaan masing-masing.
Ifa membuka berkas-berkas perusahaan cabang. Jika memang keadaan kantor masih sulit Ifa terpaksa akan menjual perusahaan cabang pada investor. Agar kantor pusat tetap berdiri.
Memang keputusan yang sangat berat dan Ifa harus mengorbankan karyawan lain. Tapi, Ifa juga terpaksa akan hal itu. Ifa akan konsultasi dulu pada Abi Farel. Bagaimana solusinya.
Ifa sudah tak lagi menemukan jalan. Jalannya sudah buntu dan Ifa tak bisa menunggu lagi. Harus ada yang di korbankan jika ingin perusahaan pusat tetap berdiri.
Ifa terlalu terkejut akan masalah yang di hadapinya. Ini begitu tiba-tiba bagi Ifa. Padahal, sebelum menikah juga. Memang Ifa sedang menyelidiki kejanggalan-kejanggalan itu. Tapi, Ifa tak menyangka jika kerugiannya begitu besar.
.....
Sore nya ...
Ifa baru saja sampai rumah. Di sambut hangat oleh kedua orang tuanya.
"Assalamualaikum, Abi, ummah."
"Waalaikumsalam, nak."
Ifa mencium punggung tangan kedua orang tuanya.
"Gimana hari ini, mual tidak?"
Tanya ummah Sinta khawatir. Ifa tersenyum menggenggam erat tangan ummah Sinta. Itulah yang membuat Ifa menjadi kuat. Kedua orang tuanya selalu memerhatikan dirinya. Bahkan hal pertama yang ditanya keadaan nya bukan pekerjaan. Mengingat mereka dalam masalah besar.
"Alhamdulillah ummah, kakak gak merasa mual. Semua baik-baik saja."
"Syukurlah, ummah merasa lega."
Bahkan kedua orang tua Ifa tak sekali pun bertanya tentang perusahaan.
Mereka sadar, jika beban yang di tanggung Ifa sangat lah besar. Mereka berusaha untuk tidak membebani Ifa dengan pekerjaan. Mereka membiarkan Ifa melakukannya dengan caranya sendiri.
"Oh, iya Abi. Nanti malam kakak mau bicara."
"Iya, sekarang kakak istirahat, gih."
Ifa menurut, langsung pamit pergi ke kamarnya. Hari-hari yang Ifa lewati selalu melelahkan. Ujian bertubi-tubi terus menghantamnya. Namun, Ifa masih bisa berdiri sampai saat ini.
Ifa meletakan tas di atas meja. Berlalu ke kamar mandi guna membersihkan tubuh.
Ifa keluar dari kamar mandi dengan raut wajah segarnya. Sebentar lagi waktu magrib tiba. Ifa menunggu waktu magrib saja sebelum turun ke bawah.
Sudah selesai melaksanakan kewajibannya. Ifa turun ke bawah. Ifa membantu ummah Sinta menyiapkan makan malam. Hanya menata di atas meja makan saja karena ummah Sinta sudah selesai memasaknya sejak tadi.
"Harfa belum pulang?"
"Katanya ada operasi, kemungkinan pulang larut."
"Hm,"
Ifa dan Harfa akhir-akhir ini memang jarang sekali bertemu. Mengingat Ifa sangat sibuk begitupun dengan Harfa. Sudah lama rasanya mereka tak ngobrol santai.
Abi Farel datang, baru mereka mulai makan. Kini, hanya ada mereka bertiga.
Sesuai yang di janjikan, setelah selesai makan malam. Abi Farel mengajak Ifa ke ruang kerjanya. Abi Farel tahu, jika putrinya pasti akan membicarakan masalah kantor.
"Katakan, nak. Ada apa?"
Tanya Abi Farel basa-basi. Ifa langsung menyerahkan sebuah berkas pada Farel.
"Kakak berencana menjual perusahaan cabang pada investor."
Ucap Ifa langsung, jika menyangkut masalah pekerjaan Ifa dan Abi Farel sebelas dua belas.
"Apa gak ada cara lain."
"Itu jalan terakhir."
Abi Farel menghela nafas berat. Jalan terakhir, itu artinya permasalahannya sudah buntu. Abi Farel menatap kakak Ifa sendu. Rasa bersalah menggerogoti hati Abi Farel. Andai waktu bisa di ulang, Abi Farel tak akan menempatkan putrinya dalam posisi ini.
"Maafkan kakak, Abi. Kakak gak bisa mempertahankan hasil kerja keras Abi."
"Tidak, harusnya Abi yang minta maaf. Abi tak bisa membantu kakak dalam keadaan ini."
"Siapa bilang, Abi selalu mendoakan kan kakak. Itu bantuan paling utama."
Hati Abi Farel terasa teriris. Putrinya tak pernah menyalahkan dia atas apa yang terjadi.
"Lakukanlah apa yang menurut kakak itu jalannya."
"Terimakasih Abi. Kakak berjanji, akan mengembalikan perusahaan seperti semula. "
Sudah selesai membicarakan semuanya. Ifa izin keluar meninggalkan Abi Farel.
Bersambung ....
Astaghfirullah! Membuat alur cerita ini sangat nguras pikiran bangettt.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya 🙏 🙏 🥰
Datang untuk nya...