Semua terjadi begitu saja, karena ibu yang menjodohkannya maka Hasyim terpaksa menikahi karena menurutnya Cinta akan tumbuh karena terbiasa bersama. Sedangkan Hana menerima pernikahan tersebut karena sudah istikharah, dialah jodohnya!
Penasaran? yuk ikuti cerita Hani_Hany hanya di noveltoon ♤♤♤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19
Setelah shalat isya, mereka mengobrol sambil baring² di atas kasur.
"Hana, bolehlah aku meminta hak ku?" tanya Hasyim pelan. Mereka saling tatap, Hana diam terpaku.
"Apakah ini sudah saatnya? Toh haidku juga sudah selesai dari kemarin." gumam Hana dalam hati.
"Ternyata kamu cantik Hana, kamu kuat." gombalnya kaku. "Bolehkah kita melakukannya saat ini?" tanyanya lagi.
"Boleh. Tapi katanya sakit kak." ucap Hana pelan dengan sedikit meringis merasa ngilu padahal belum juga disentuh.
"Pelan² saja yank." ucap Hasyim. Mereka melakukan malam pertama gagal karena tidak paham caranya, akhirnya belum gol. Sabar readers ●●●
"Huft." Hasyim menghembuskan nafas kasar. "Aku belum pengalaman, belum paham, nanti aku akan belajar." gumamnya. Biasanya orang akan mengikuti naluri tapi mereka benar² gagal. Entahlah!
Mereka tertidur setelah sibuk dengan pikiran masing². Pagi harinya semua sudah heboh diluar!
"Ayo Hasyim, kamu ini lambat sekali, itu kakekmu sudah mau pulang. Nanti ketinggalan pesawat kalau terlambat." omel ibu Setia.
"Ibu ini gimana sih? Katanya Om mau antar kakek ke Makassar?" tanya Hasyim heran.
"Iya tapi kamu ditunggu lambat bangun. Ibu mau ikut mengantar tidak jadi karena bukan kamu bawa mobil!" ucap ibu Setia lagi. Hasyim hanya manggut² saja.
***
Setelah satu pekan mereka di rumah mertua di Perumahan Permata Indah mereka akan pindah.
"Hasyim, tinggal disini saja. Kata kakekmu bagus kalau sepuluh hari kamu disini." ujar ibu Setia.
"Sudah lama mi kami disini bu, dulu janjinya kalau sudah nikah boleh pindah."
"Tapi tunggu sepuluh hari Hasyim, itu adat kita." bujuk ibu Setia.
"Terserah ibu saja." gumamnya pelan lalu melangkah keluar rumah cari angin segar untuk menjernihkan pikiran.
"Hasyim mau kemana?" tanya ibu.
"Cari angin dulu bu." jawabnya asal.
"Disini juga ada kipas angin Hasyim." sahut ayah Limin.
"Sebentar saja ayah." tetap meninggalkan rumah.
"Itu Hasyim suka sekali nongkrong gak jelas!" gerutu ibu Setia.
***
'Hasyim, ibu titip belikan tomat dan lombok ya, disini habis!' chat ibu pada Hasyim.
'Iya bu.' jawabnya singkat. Saat Hasyim pulang ibu mau menelfon.
"Ya sudah pulang ternyata. Ibu mau titip belikan jus alpokat untuk Lastri. Pakai uangnya sendiri na bilang!" ujar ibu melihat Hasyim sudah didepan pintu.
"Kenapa gak bilang dari tadi bu?" tanya Hasyim.
"Dia baru bilang!"
"Suruh saja beli sendiri, ku kira ada temannya yang jualan jus."
"Habis jus alpokat ditemannya. Sana belikan dulu, nanti dia ngambek!" paksa ibu.
"Mana uangnya bu?" tanya Hasyim yang tidak bisa menolak permintaan ibunya.
"Ini saja pakai uang ibu dulu." setelah menerima uang tersebut Hasyim berangkat membelikan jus Alpokat buat Lastri.
***
"Kak, kita kapan pindahnya?" tanya Hana sedikit hati² saat sorenya mereka jalan² ke pantai.
"Sabar ya Hana, mungkin dua atau tiga hari lagi karena kata kakek harus tunggu sekitar sepuluh hari baru boleh pindah." jelas Hasyim.
"Kenapa lama ya kak?"
"Pamali katanya kalau buru²!"
"Emang ada aturan begitu kak? Kayaknya aku baru dengar." ucap Hana. Hasyim hanya mengedikan bahu sebagai jawaban.
"Hana, jujur aku menikahi kamu hanya karena demi ibu, aku tidak mencintaimu Hana, aku menikah supaya aku bisa terlepas dari kekangan keluargaku, entahlah! Semua sulit dijelaskan Hana. Suatu saat kamu akan paham semua ini. Tapi aku akan berusaha untuk menjadi suami yang baik buat kamu Hana, kita akan tetap jalani pernikahan kita dengan baik karena semua itu sudah janjiku pada Allah dan ayahmu." jelas Hasyim. Hana hanya menangis disamping Hasyim.
"Aku gak ngerti dengan maksudmu kak, kenapa kakak bicara begitu?" tanya Hana sesenggukan.
"Suatu saat kamu akan ngerti, kamu tau kenapa aku menerima dijodohkan denganmu?" Hana hanya menggeleng sebagai jawaban. "Karena aku sebagai laki² melihat bahwa kamu perempuan yang kuat dan tangguh, kamu memiliki agama yang cukup bagus, dan bonusnya adalah kamu calon Magister Yank." jelas Hasyim sambil menghibur Hana supaya tidak sedih.
"Begitu ya kak!" ujarnya singkat.
"Kalau kamu kenapa mau menerimaku?" tanya Hasyim.
"Entahlah kak, mungkin karena sudah yakin jodohku akan segera datang, aku juga sudah istikharah, selain itu ibu juga berpesan sebelum meninggal! Ketika ada lelaki yang datang meminangmu jangan kamu tolak nak, begitu kata ibu." jelas Hana. "Tapi aku juga merasa nyaman sama kakak, kalau Cinta aku juga belum tau!" jawabnya sambil tertunduk dan menghapus sisa air matanya.
"Ya sudah, kita jalani saja! Ayo kita pulang atau mau jalan² dulu?" tanya Hasyim.
"Jalan² dulu yuk kak, sudah lama aku gak kepantai yang ini, seperti banyak patung binatang yang baru!" mereka berdua jalan² mengelilingi tempat wisata tersebut namanya Pantai Labombo.
"Boleh berfoto kak?" Hasyim mengangguk lalu mereka berfoto berdua. "Ayo pulang kak sudah sore." ajak Hana.
***
"Kalian darimana sih lama sekali?" tanya ibu Setia saat Hana dan Hasyim baru tiba.
"Jalan² bu pengantin baru!" jawab Hasyim.
"Kamu dicari ayah kamu, ditelfon juga gak diangkat. Tadi om kamu tiba² jatuh dikamar mandi langsung dibawa ke rumah sakit, kamu ditelfon gak diangkat², di sms juga gak dibalas! Ayahmu sudah pergi sama Abdul." omel ibu Setia.
"Kok bisa bu?" tanya Hasyim santai sembari duduk disofa bersama Hana. Hana hanya diam menjadi pendengar, tidak lama kemudian pamit masuk kamar.
"Kak, bu, Hana masuk kamar dulu mau ganti baju!" pamitnya dan hanya diangguki kepala oleh Ibu dan Hasyim suaminya.
"Bisalah Hasyim! Namanya musibah." jawab ibu Setia geram.
"Kenapa pale ibu gak ikut? Mana pale Lastri, ikut kah dia?" tanya Hasyim lagi.
"Bagaimana ibu mau ikut Hasyim, nanti dirumah gak ada yang memasak, nanti malam mau makan apa? Adik kamu itu dikamarnya, mungkin tidur karena habis nangis omnya kecelakaan." Hasyim hanya tepuk dahi.
"Kenapa dia gak ikut jenguk malah nangis!" ledek Hasyim. "Harusnya ikut kesana supaya bisa tau keadaan omnya. Kalau ibu ikut kesana kan ada Hana yang bisa masak, itu ji kalau tidak ada yang mau masakan Hana!" sindir Hasyim pada ibu Setia.
"Kalau ibu sih makan saja Hasyim kalau Hana mau masakkan, tapi kamu tau sendiri ayahmu tidak bisa makan masakan orang. Dia itu pilih²!" jelas ibu.
"Itu ibu tau! Kalau begitu belikan saja ayah makanan dirumah makan atau restoran kesukaan ayah. Bereskan!"
"Ibu gak punya uang Hasyim, ini mau pake bayar semesternya Abdul, pajak rumah, motor, pusing ibu."
"Banyak ji gajinya ayah sebagai PNS bu! Beda dengan gajiku honor hanya berapa tapi disyukuri bu." jelas Hasyim kecewa.
"Iya. Banyak pengeluaran juga Hasyim, belum juga kebutuhan Lastri yang harus dipenuhi." jelas ibu Setia lagi.
"Suruh mi Lastri kerja bu, sarjana mi juga!"
"Ayah melarangnya Hasyim, ayah masih bisa membiayai hidupnya."
"Tapi ibu selalu bilang tidak ada uang, tidak punya uang, kalau untuk arisan saja ada. Sampai kapan juga mau ki lepas anak ta kerja, kalau begitu terus tidak akan bisa apa² bu." ucap Hasyim lagi. "Ke kamar k pale dulu bu." pamitnya. Lalu Hasyim masuk ke dalam kamarnya.
...----------------...
Bersambung ☆☆☆☆☆