Bukan area bocil, harap minggir💃🏻
Divya hanya seorang wanita rumah tangga biasa, berbakti pada suami yang memintanya menjadi ibu rumah tangga yang baik dengan hanya mengurusi perihal pekerjaan di rumah dan mengurusinya sebagai suami. Meskipun Divya lulusan S-1, namun wanita itu menurut pada lelaki yang sudah sah menjadi suaminya itu dengan tidak menjadi wanita karir.
Namun, seketika rumah tangga mereka yang baru saja menginjak usia 2 tahun hancur karena orang ketiga. Bahkan orang ketiga itu sudah mempunyai seorang suami.
"Kau tega mengkhianati ku dengan wanita murah4n ini, Bang!" Divya menjambak selingkuhan suaminya itu dengan emosi.
Dughh!!!
Tubuh Divya tersentak, bagian belakang kepalanya dipukul dengan benda keras. Tak lama tubuh Divya terjatuh ke lantai, meregang nyawa dengan dendam yang ia bawa mati.
Namun, tiba-tiba Divya terbangun kembali. Dalam tubuh seorang gadis SMA berusia 18 tahun lalu dengan memakai tubuh gadis yang bernama Ellia itu, Divya membalas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Tidak Rela Suami Didekati Wanita Lain.
Di Perusahaan, Emilio sedang membaca informasi baru dari orang yang ia sewa untuk mencari tahu kehidupan Finn.
Orang itu sedang duduk di hadapannya, seorang wanita profesional dalam bidangnya. Baru beberapa hari namun sudah berhasil mencari jejak-jejak perselingkuhan Fayyana dan Finn.
"Kerjamu cepat dan terperinci, aku suka cara kerjamu." Puji Emilio.
"Terima kasih."
Tapi saya hanya bekerja sehari, sisanya saya bekerjasama dengan seseorang jadi mencari informasi itu sangat mudah meskipun cukup lama aku harus percaya pada orang itu. Batin wanita itu.
"Jadi dimana istrinya sekarang? Kau bilang sudah hampir 2 minggu istrinya tidak pernah kelihatan." Tanya Emilio.
"Namanya Nyonya Divya, saya sudah bertanya dengan hati-hati pada pembantu di rumahnya namun hanya satu jawaban. Nyonya mereka pergi kabur dengan lelaki lain," jawab orang itu.
"Apa ada keanehan dengan kepergian nya?" Emilio merasa aneh.
"Tentu saja banyak kejanggalan, karena Nyonya Divya dikenal ramah pada semua tetangga jika bertemu. Dia juga terkenal sebagai Ibu rumah tangga yang baik, bukan tipikal wanita yang akan selingkuh. Selama menikah, Nyonya Divya hanya berada di dalam rumah dan jarang kemana-mana. Bahkan sekarang kabarnya orang tuanya juga sedang mencarinya kemana-mana, namun masih belum bisa menemukan jejak anak mereka."
"Jadi orang tuanya seorang Pengusaha travel dan berlian, Tuan David." Emilio mengetuk-ngetuk jarinya. "Aku minta alamat rumah orang tuanya atau akses apapun untuk bisa berkomunikasi."
"Baik, Tuan."
"Namamu siapa?" tanya Emilio tanpa memandang si pemberi informasi.
"Rahasia, Tuan. Dalam memberikan pelayanan informasi begini lah cara kerja saya."
"Oke." Emilio mengangguk.
"Disini tertulis ada sebuah rumah tempat istriku dan lelaki selingkuhan nya ini selalu bertemu. Kau sudah cek tempatnya?"
"Sudah, Tuan. Rumah itu kosong, tapi..." ragu-ragu wanita itu bicara karena ia masih meragukan infomasi yang diberikan seseorang padanya.
"Tapi?" Emilio mengangkat alisnya.
"Seseorang di daerah itu merasa pernah melihat Nyonya Divya di malam hari, orang itu melihat Nyonya Divya masuk ke rumah itu. Di malam dimana besoknya Nyonya Divya dikabarkan pergi atau hilang."
Tuk tuk tuk.
Emilio masih mengetukkan jari telunjuknya ke meja, memikirkan segala kemungkinan.
"Apa rumah itu bisa dimasuki orang lain?" tanya Emilio.
"Jika orang yang beruang seperti Anda, mungkin bisa. Anda bisa memerintah orang untuk menerobos masuk, tapi itu bukan bagian dari pekerjaan saya." Jawab si wanita.
"Aku mengerti, cukup. Sekarang pergilah."
"Baik, Tuan. Permisi," Si wanita informan baru saja berdiri, pintu kantor Emilio terbuka dari luar.
Fayyana dengan penampilan paripurna, masuk dengan menenteng lunch bag di tangannya. Wanita itu menatap wanita si informan dengan tatapan tidak suka, raut wajah nya terlihat sinis.
"Aku tadi menelepon mu tapi nggak kamu angkat, sayang. Lalu aku menelepon Rian, katanya kamu sedang meeting. Pertemuan seperti apa hanya berdua begini, dan apakah wanita ini sering masuk ke ruangan mu?" Fayyana mencecar Emilio, masalahnya wanita si informan memang cantik.
"Maaf, Tuan. Saya pergi." Tak ingin dibawa-bawa dalam masalah dan ia bukan tipe orang yang akan mendengarkan ucapan sinis dari orang lain jadi lebih baik menghindar dengan pergi.
Namun saat si wanita informan melangkah menuju pintu, lengan nya dicekal oleh Fayyana.
"Mau kemana kau, aku adalah istri Emilio jadi jangan berani pergi sebelum kau dan suamiku menjelaskan situasi barusan!" geram Fayyana, itu lah dia selalu cemburuan dan tidak rela jika suaminya di dekati wanita lain.
"Maaf, Bu. Tapi saya hanya kenalan biasa, kami memang sedang membicarakan sesuatu. Silahkan Anda bicara dengan Tuan Emilio, saya tidak tau apa-apa. Permisi!" Wanita itu melepaskan cekalan Fayyana dari lengannya, setelah lepas ia bergegas pergi keluar dari ruangan itu.
Kini tatapan mata tajam Fayyana mengarah pada Emilio, namun yang ditatap acuh tak acuh. Bahkan lelaki itu terlihat sedang membuka sebuah dokumen, sepenuhnya tidak memperdulikan kehadiran istrinya itu.
"Sayang, jelasin dong biar aku nggak salah paham." Fayyana merajuk.
"Aku nggak perduli apa yang kau pikirkan, kalau kau percaya padaku kau nggak perlu berpikiran macam-macam bukan? Seperti aku yang selama ini selalu memberimu kepercayaan penuh, karena kau memintaku untuk mempercayaimu. Kalau kau curiga padaku, apa aku juga harus mulai curiga padamu?" Emilio mengatakannya masih dengan kepala menunduk menatap dokumen di atas meja, dengan pulpen di tangan dan mencoret sesuatu di atas dokumen.
"Kerjaan ku numpuk, ada apa kau datang kesini? Bukankah kau baru pulang dari Bali, kenapa kau nggak istirahat di rumah saja?" lanjut Emilio.
Fayyana menaruh lunch bag di atas meja sofa, lalu dia berjalan ke belakang kursi yang diduduki Emilio di meja kerja dan memeluk suaminya dari belakang. Kedua tangannya sudah bergelantung di depan da da Emilio, dan mulai beraksi mengelus da da suaminya itu bahkan bibirnya sudah menempel di leher Emilio.
"Aku hanya merindukan mu dan ingin mengatakan sesuatu." Tangan Fayyana masih mengelus-elus dada Emilio, nafas dari mulut dan hidungnya meng geli tik leher Emilio.
"Apa?" Emilio membiarkan kelakuan istrinya itu, sekarang jangankan bergairah ia sangat ji jjik disentuh oleh wanita itu.
Namun saat tangan Fayyana bergerak semakin liar, Emilio langsung memegang tangan istrinya itu lalu melepaskan diri dari pelukan Fayyana dengan segera berdiri dari duduknya.
"Kau bawa makanan, bukannya untuk aku makan." Emilio yang sengaja menghindar berjalan ke arah meja sofa, lalu mulai membuka lunch bag karena masakan itu Bibi Art yang membuat jadi ia akan memakannya.
Fayyana menghela nafasnya, ia ingin melancarkan rayuannya karena barusan saat ingin memakai kartunya ternyata sudah di blokir. Ia ingin bertanya sambil menggoda, tapi Emilio malah terkesan menghindar.
Fayyana mendekati suaminya lalu ikut duduk di sofa, membiarkan Emilio makan sendiri.
"Kau nggak mau ikut makan?" tanya Emilio di sela makannya.
"Aku ingin bicara dengan mu, Mas."
"Bicaralah, aku mendengarkan sambil makan. Hari ini entah kenapa rasa makanan Bibi terasa enak, lezat sekali. Terima kasih sudah membawakan nya untukku." Ujar Emilio masih dengan sikap cuek.
"Kenapa kartu-kartu ku di blokir, apa aku berbuat salah padamu, Mas?" tanya Fayyana akhirnya.
"Coba pikirkan, apa kamu berbuat salah padaku?" tanya balik Emilio.
"Aku nggak salah apa-apa sama kamu, yang ada kamu yang harusnya merasa bersalah padaku karena kejadian di hotel seminggu lalu. Kamu lupa, aku sangat menderita karena kamu nggak bisa memuaskan ku." Jawab Fayyana tanpa malu, masih memanipulasi fakta bahkan kini wajah wanita itu sudah terlihat menyedihkan.
Hahaha! Astaga, aku nggak percaya mempunyai istri sepertinya. Dia pintar bermain peran, masih terus playing victim. Sudah aku blokir kartu-kartunya, bukannya berubah dan berpikir apa kesalahannya tapi masih tetap menyalahkan ku! Wanita bebal dan tidak tau malu! Emilio semakin geram.
, terimakasih ya Thor,