Langit Yang Redup

Langit Yang Redup

Bab 1 Abi sudah ada calon

"Kakak Ifa di panggil Abi dan ummah ke ruang kerja."

Suara cempreng mengalun, memekik, menyakiti gendang telinga Adiba Hanifa Khanza. Yang kerap di panggil Ifa oleh keluarga tersayang.

Ifa menatap adiknya tajam, kebiasaan masuk kamar suka tak ucap salam.

"Kalau masuk kamar kakak atau siapapun ucap salam dulu, dek."

Tegur Ifa tegas, sambil membereskan berkas-berkas yang berserakan di meja belajar.

"Hehehe .., maaf kak. Soalnya buru-buru. Dah, Assalamualaikum."

Ifa menggelengkan kepala melihat tingkah adiknya.

Habibah Harfa Al-karim, kerap kali di panggil Harfa oleh keluarga besar. Adik Ifa, anak bungsu Abi Farel dan ummah Sinta.

Kedua kakak beradik yang sangat cantik-cantik. Namun, keduanya berbeda karakter.

Wajah Ifa memang duplikat Abi Farel. Sangat cantik, tegas, dingin nan sedikit tomboy. Hanya sifatnya saja menuruni ummah Sinta dulu.

Gadis yang anti dekat dengan laki-laki. Selalu risih jika di dekati. Waktunya hanya di habiskan untuk kerja dan kerja.

Sedang Harfa, gadis cantik, ceria, murah senyum dan bisa akrab dengan siapapun membuat Harfa banyak di sukai kaum Adam.

Wajahnya duplikat ummah Sinta namun sifatnya seperti Abi Farel. Apalagi jika sudah manja.

Ifa menuruni anak tangga, berjalan pelan menuju ruang kerja sang Abi. Dada Ifa berdebar merasakan sesuatu yang tak enak. Namun, Ifa menepisnya mencoba bersikap tenang.

Mungkin saja Ifa di panggil mau membahas pekerjaan di kantor. Ifa berusaha berpikir positif saja. Walau jujur, Ifa sedikit merasa heran kenapa ummah nya juga ikut.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Abi, ummah."

Ucap Ifa tatkala mendorong pintu ruang kerja sang Abi.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Kak,"

Jawab Abi Farel dan ummah Sinta. Mereka berdua tersenyum melihat putri pertama mereka yang sudah tumbuh besar secepat itu. Rasanya baru ke maren ummah Sinta mengandung kakak Ifa. Ummah Sinta tak menyangka jika putrinya akan tumbuh menjadi gadis tomboy dan dingin. Padahal waktu ngidam kakak Ifa, masyaallah nya luar biasa.

"Duduklah, kak."

Ifa langsung duduk di hadapan kedua orang tuanya. Ifa bersikap tenang walau hatinya terus bergemuruh bertanya-tanya.

"Kapan kakak mengenalkan laki-laki pada Abi dan ummah. Usia kakak sudah matang, loh."

Deg!

Ifa tertegun mendengarnya. Dadanya berdenyut nyeri. Pasalnya ibu bukan yang pertama kedua orang tuanya bertanya mengenai laki-laki.

Bibir Ifa bergetar, mengatup rapat. Bingung harus menjawab apa. Kenapa harus bahas laki-laki dan laki-laki. Ifa tak tahu harus seperti apa bersikap. Ifa takut salah jawab dan malah menyakiti hati kedua orang tuanya.

Sejujurnya Ifa, belum siap menikah. Belum ada yang cocok untuknya. Ifa masih belum bisa memutuskan tentang pernikahan.

Tak ada yang tahu tentang perasaan Ifa saat ini. Ifa selalu berperang dengan perasaan nya sendiri.

Mengingat hebatnya ujian rumah tangga temannya membuat Ifa takut akan namanya pernikahan. Walau Ifa percaya tak semua laki-laki saja. Buktinya Abi Farel. Sosok suami yang begitu menyayangi istri dan sosok Ayah yang begitu menjaga putri-putri nya dengan limpahan kasih sayang dan cinta. Menjaga sebaik mungkin agar tidak lecet sedikitpun.

Perasaan Ifa campur aduk. Keringat dingin mulai membanjiri pelipis Ifa.

"Kak."

Ifa tersentak akan usapan lembut tangan yang sudah puluhan tahun berjuang menjaganya penuh kasih. Memeluknya penuh Cinta.

Walau tangan itu tak selembut dulu, tapi bagi Ifa tangan itu tetap lembut. Ifa berusaha tersenyum mencoba menatap ummah Sinta dan membalas genggaman tangan ummah Sinta.

"Adek Harfa sudah ada yang melamar."

Ifa terhenyak mendengar ucapan ummah Sinta. Ifa memicingkan mata, tapi seperti nya ummah Sinta tak bohong. Dan tak mungkin kedua orang tuanya berbohong akan hal penting.

"Ummah tak mau kakak di langkahi. Ummah ingin tetap kakak yang menikah duluan baru adek Harfa."

Sesak rasanya dada Ifa seolah pasokan udara di ruang kerja sang Abi yang luas itu terasa sempit.

Ifa diam tak bergeming dengan pikiran rumit. Tak tahu harus menjawab apa setiap kalimat yang di ucapan kedua orang tuanya.

Menikah!

Kata itu padahal belum terlintas di pikiran Ifa. Tapi bagaimana? Ifa tak tega melihat raut wajah sendu kedua orang tuanya. Pasti berat juga bagi kedua orang tuanya memutuskan hal besar itu.

"Abi sudah ada calon untuk kakak."

Deg!

Sekali lagi, Ifa terhenyak. Apa? abi nya sudah ada calon. Ifa tak menyangka jika kedua orang tuanya sudah menyiapkan semuanya. Padahal Ifa merasa tak apa di langkahi. Rasanya Ifa ingin mengatakan hal itu tapi keburu sang Abi bicara.

"Dia baik, paham agama. Seorang santri pula. Insyaallah calon yang baik untuk kakak. Walau dia belum punya pekerjaan tetap. Setidaknya dia paham agama yang pasti bisa membimbing kakak dengan baik."

"Dunia, kita sudah punya, Abi ingin punya calon yang paham agama. Abi merasa tenang melepas kakak pada orang yang paham agama."

Lidah Ifa semakin kelu. Ingin rasanya berteriak tak mau. Tapi, Ifa hanya bisa menelan ludahnya kasar. Tak tega Ifa harus menyakiti kedua orang tuanya dengan jawaban penolakan. Tapi, bagaimana dengan diri Ifa sendiri yang memberontak. Rasanya Ifa tak tahu harus bersikap seperti apa.

Melihat tatapan pengharapan kedua orang tuanya membuat hati Ifa tersayat.

Tak tega rasanya menyakiti hati selembut sutra itu.

"Ab--"

"Jangan dulu di jawab. Abi dan ummah hanya ingin kakak mempertimbangkan nya saja. Kalau kakak sudah punya calon, bawa ke rumah."

Potong Abi Farel tak ingin putrinya terbebani. Abi Farel memberi kesempatan Ifa memilih pasangannya sendiri. Kecuali memang Ifa menyetujui calon pilihannya.

Sebenarnya bukan calon pilihan Abi Farel juga. Hanya saja Abi Farel tak mungkin bersikap kurang ajar pada laki-laki yang mau melamar putrinya. Apalagi keluaran pesantren. Bagi Abi Farel agama adalah nomor satu dari apapun.

"Kakak bisa pikir-pikir dulu. Hanya saja jangan lama ya. Kakak sendiri kan tahu bagaimana adek. Abi hanya takut adek khilaf."

Ifa mendesah pelan mendengarnya. Ifa tahu adiknya memang sangat ceria, welcome sama siapapun tanpa mengenal batasan walau dalam batas wajar jika sama lawan jenis.

"Terimakasih Abi dan ummah memberi waktu. Insyaallah Ifa akan pikirkan semua ucapan Abi dan ummah."

Ucap Ifa pada akhirnya. Setidaknya kedua orang tuanya memberi ia waktu.

"Terimakasih kak. Ummah bangga."

Ifa tersenyum tipis. Sudah membahas masalah pernikahan. Ifa keluar dari ruang kerja Abi Farel.

Langkah Ifa begitu berat namun memaksakan diri menjauh dari pintu ruang kerja menuju lantai atas di mana kamar dirinya dan kamar adek Harfa.

Setiap langkah yang Ifa langkahkan terasa berat. Seolah membawa beban berat di pundaknya.

Tangan Ifa menggantung ketika akan membuka pintu kamarnya. Ifa melirik pada kamar sang adik yang ada di sebrang nya.

Langkah Ifa berbelok menuju kamar sang adik. Ifa ingin tahu kenapa adiknya tak bilang jika sudah ada yang melamarnya.

"Assalamualaikum, dek."

Ucap Ifa mendorong pintu kamar sang adik. Dahi Ifa mengerut melihat tak ada Harfa di kamarnya. Namun, pintu balkon terbuka. Ifa berjalan ke arah balkon yang di yakini pasti Harfa ada di sana.

"Mas tolong mengerti ya. Mas kan tahu aku sangat menyayangi kakak. Aku takut menyakiti kakak jika aku melangkahinya. Sabar, ya."

Deg!

Hati Ifa berdenyut nyeri mendengar ucapan adiknya. Ifa diam mematung, kakinya berat sekali melanjutkan langkahnya. Namun, Ifa memaksa keluar dari kamar sang adik dengan beban yang semakin berat.

Bersambung ...

Jangan lupa tinggalkan jejak ya 🙏🙏🙏🥰🥰🥰

Like, komen yang banyak-banyak ..

Kasih kopi dan bunganya dong hehehe ..

Terpopuler

Comments

Delita bae

Delita bae

salam kenal 👋jika berkenan mampir juga😁🙏👍

2024-11-02

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Abi sudah ada calon
2 Bab 2 Jeritan kesakitan Ifa
3 Bab 3 Keputusan yang harus di putuskan.
4 Bab 4 Sah
5 Bab 5 Awal mula petaka itu
6 Bab 6 Prahara subuh
7 Bab 7 Mencoba kuat
8 Bab 8 Melanggar hukum
9 Bab 9 Tak berdaya
10 Bab 10 Jeritan subuh
11 Bab 11 Pingsan
12 Bab 12 Firasat
13 Bab 13 Keadaan Ifa
14 Bab 14 Kesalahan yang terbayar
15 Bab 15 Sesak
16 Bab 16 Liburan
17 Bab 17 Keputusan Ifa
18 Bab 18 Surat cerai
19 Bab 19 Surat pengunduran diri
20 Bab 20 Kenapa pergi?
21 Bab 21 Garis dua
22 Bab 22 Berusaha tetap kuat
23 Bab 23 Jalan terakhir
24 Bab 24 Hasil USG
25 Bab 25 Ummah, maaf
26 Bab 26 Saling dukung
27 Bab 27 Muhamad Zain Al-fahrezi
28 Bab 28 Kedatangan Akmal
29 Bab 29 Kakak baik-baik saja.
30 Bab 30 Sudah terlambat
31 Bab 31 Duka
32 Bab 32 Astaghfirullah hal'azim
33 Bab 33 Tuan Farel
34 Bab 34 Secercah harapan
35 Bab 35 Saya ingin menikahi, kamu.
36 Bab 36 Dejavu
37 Bab 37 Keputusan Ifa
38 Bab 38 'Mama'
39 Bab 39 Menerima takdir
40 Bab 40 Terimakasih, mama.
41 Bab 41 Kebahagiaan
42 Bab 42 Keluarga Cemara
43 Bab 43 Langitnya, indah
44 Bab 44 Gerakkan!!!
45 Bab 45 Aneh
46 Bab 46 Selamat datang di dunia mama.
47 Bab 47 Tersinggung!
48 Bab 48 Selingkuh!
49 Bab 49 Kakak ..,
50 Bab 50 Jangan pura-pura kuat.
51 Bab 51 Perasaan Harfa
52 Bab 52 Perjanjian!
53 Bab 53 Luapan isi hati Ifa
54 Bab 54 Kembalikan kakak Ifa
55 Bab 55 Trauma masa lalu
56 Bab 56 Keputusan Harfa
57 Bab 57 Cara menyembuhkan luka, Ala Ifa
58 Bab 58 Saya
59 Bab 59 Mengikhlaskan
60 Bab 60 Rewel
61 Bab 61 Tak bisa di ulang
62 Bab 62 Di culik
63 Bab 63 Tamu pagi
64 Bab 64 Aku ingin sekuat kakak Ifa
65 Bab 65 Wanita kuat
66 Undangan
67 Promosi Author (Takdir Illahi 2)
68 Promosi Author Amarah Cinta (bukan salah tuhan)
69 Bab 66 Mama mau yang ini.
70 Bab 67 Cukup, mas.
71 Bab 68 Ok, Dino. Ini huruf apa?
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Bab 1 Abi sudah ada calon
2
Bab 2 Jeritan kesakitan Ifa
3
Bab 3 Keputusan yang harus di putuskan.
4
Bab 4 Sah
5
Bab 5 Awal mula petaka itu
6
Bab 6 Prahara subuh
7
Bab 7 Mencoba kuat
8
Bab 8 Melanggar hukum
9
Bab 9 Tak berdaya
10
Bab 10 Jeritan subuh
11
Bab 11 Pingsan
12
Bab 12 Firasat
13
Bab 13 Keadaan Ifa
14
Bab 14 Kesalahan yang terbayar
15
Bab 15 Sesak
16
Bab 16 Liburan
17
Bab 17 Keputusan Ifa
18
Bab 18 Surat cerai
19
Bab 19 Surat pengunduran diri
20
Bab 20 Kenapa pergi?
21
Bab 21 Garis dua
22
Bab 22 Berusaha tetap kuat
23
Bab 23 Jalan terakhir
24
Bab 24 Hasil USG
25
Bab 25 Ummah, maaf
26
Bab 26 Saling dukung
27
Bab 27 Muhamad Zain Al-fahrezi
28
Bab 28 Kedatangan Akmal
29
Bab 29 Kakak baik-baik saja.
30
Bab 30 Sudah terlambat
31
Bab 31 Duka
32
Bab 32 Astaghfirullah hal'azim
33
Bab 33 Tuan Farel
34
Bab 34 Secercah harapan
35
Bab 35 Saya ingin menikahi, kamu.
36
Bab 36 Dejavu
37
Bab 37 Keputusan Ifa
38
Bab 38 'Mama'
39
Bab 39 Menerima takdir
40
Bab 40 Terimakasih, mama.
41
Bab 41 Kebahagiaan
42
Bab 42 Keluarga Cemara
43
Bab 43 Langitnya, indah
44
Bab 44 Gerakkan!!!
45
Bab 45 Aneh
46
Bab 46 Selamat datang di dunia mama.
47
Bab 47 Tersinggung!
48
Bab 48 Selingkuh!
49
Bab 49 Kakak ..,
50
Bab 50 Jangan pura-pura kuat.
51
Bab 51 Perasaan Harfa
52
Bab 52 Perjanjian!
53
Bab 53 Luapan isi hati Ifa
54
Bab 54 Kembalikan kakak Ifa
55
Bab 55 Trauma masa lalu
56
Bab 56 Keputusan Harfa
57
Bab 57 Cara menyembuhkan luka, Ala Ifa
58
Bab 58 Saya
59
Bab 59 Mengikhlaskan
60
Bab 60 Rewel
61
Bab 61 Tak bisa di ulang
62
Bab 62 Di culik
63
Bab 63 Tamu pagi
64
Bab 64 Aku ingin sekuat kakak Ifa
65
Bab 65 Wanita kuat
66
Undangan
67
Promosi Author (Takdir Illahi 2)
68
Promosi Author Amarah Cinta (bukan salah tuhan)
69
Bab 66 Mama mau yang ini.
70
Bab 67 Cukup, mas.
71
Bab 68 Ok, Dino. Ini huruf apa?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!