Trisya selama ini tinggal di Luar Negri. Dia harus kembali pulang ke Indonesia atas perintah ibunya. Ibunya khawatir dengan perusahaan yang dikuasai ibu tirinya. Hal itu membuat Trisya mau tidak mau harus bergerak cepat untuk mengambil alih Perusahaan.
Tetapi ternyata memasuki Perusahaan tidak mudah bagi Trisya. Trisya harus memulai semua dari nol dan bahkan untuk mendapatkan ahli waris perusahaan mengharuskan dia untuk menikah.
Trisya dihadapkan dengan laki-laki kepercayaan dari kakeknya yang memiliki jabatan cukup tinggi di Perusahaan. Pria yang bernama Devan yang selalu membanggakan atas pencapaian segala usaha kerja keras dari nol.
Siapa sangka mereka berdua dari latar belakang yang berbeda dan sifat yang berbeda disatukan dalam pernikahan. Devan yang percaya diri meni Trisya yang dia anggap hanya gadis biasa.
Bagaimana kehidupan Pernikahan Trisya dan Devan dengan konflik status sosial yang tidak setara? apakah itu berpengaruh dengan pernikahan mereka?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 2 Keputusan Tidak Masuk Akal
"Aku tidak mau melakukan hal yang membuat kepalaku sakit. Kenapa juga aku harus berusaha melakukan hal itu. Sangat tidak penting," jawab Trisya.
"Ya. Karena jika kamu tidak berusaha siapa lagi. Mama sangat tidak mungkin karena kakek kamu tidak mempercayai Mama dan hanya kamu harapan mama satu-satunya!" tegas Trisya dengan emosi.
"Bukannya ada Rangga. Jadi kenapa bukan dia saja yang bergerak dan dia juga adalah laki-laki!" tegas Trisya yang sepertinya orang yang sangat santai yang tidak mau ribet.
"Kamu tahu sendiri anak itu bagaimana. Mengurus keluarganya saja dia tidak bisa, apa lagi harus mengurus Perusahaan. Hanya kamu yang menjadi harapan Mama. Kamu mau wanita itu yang mengendalikan semuanya hah! Kamu harus mengingat jika Perusahaan itu juga adalah kerja keras nenek kamu!" tegas Lena dengan mengingatkan.
"Trisya, Nenek kamu sekarang masih koma, dia sama sekali tidak bisa melakukan apapun. Kamu jangan hanya membiarkan segala usaha yang dilakukan nenek kamu diambil oleh orang lain yang tidak memiliki kepentingan apa-apa!" lanjut Lena.
"Aku malas melakukan hal itu," sahut Trisya.
"Tidak ada kata malas. Jadi sekarang tugas kamu masuk ke dalam Perusahaan dan tunjukkan semua kemampuan kamu yang membuat kamu mendapatkan kepercayaan dari kakek kamu!" tegas Lena. Wajah Trisya tampak begitu kesal yang tidak punya semangat untuk melakukan hal.
**
"Apa Kakek bilang!" pekik Trisya dengan melotot yang benar-benar terkejut.
"Sesuai dengan apa yang Kakek katakan. Jika kamu ingin masuk ke dalam Perusahaan Royale. Maka kamu harus memulai dari awal dan tidak ada langsung mendapatkan jabatan sesuai yang kamu mau. Perusahaan itu bukan main-main!" tegas Kakek.
"Tapi aku ini cucu Kakek dan mana mungkin aku harus menjadi karyawan biasa," protes Trisya.
"Benar! Apa yang dikatakan Trisya. Papa tidak bisa melakukan semua ini dengan seenak Papa. Trisya itu adalah putriku satu-satunya dan jika bukan dia yang melanjutkan untuk mengelola Perusahaan lalu siapa lagi dan bukankah Mama juga mewariskan Perusahaan itu kepadanya!" sahut Lena yang sejak tadi memang ada di sana dan dia juga cukup kaget mendengar pernyataan Hariyanto.
"Perusahaan akan diwariskan kepada Trisya dengan beberapa syarat dan bukan hanya diwariskan saja tanpa memiliki skill apapun. Trisya sejak dulu tidak pernah bergabung di Perusahaan. Jadi sangat tidak mungkin dia langsung mendapatkan jabatan yang tinggi. Jadi semua harus dimulai dari nol. Dan selain itu Perusahaan akan diwariskan kepada Trisya. Jika Trisya sudah menikah dan itu pun jika bisa menunjukkan prestasinya untuk Perusahaan!" tegas Haryanto dengan penuh penekanan memberikan pernyataan yang mengejutkan.
"Tidak ada sama sekali syarat seperti itu yang diberikan Mama. Itu hanya alasan Papa saja dan pasti Papa sudah dipengaruhi wanita itu bukan," Lena yang langsung menunjuk wanita yang sejak tadi ber duduk di samping Hariyanto dan siapa lagi jika bukan Mona.
"Lena. Kenapa kamu terus saja mengaitkan ku dalam masalah hal yang sama sekali tidak aku ketahui asal mulanya," sahut Mona yang lagi-lagi selalu memperlihatkan ekspresi wajah sendu. Tetapi mungkin seperti itu wajahnya.
"Aku tidak akan mengaitkan apapun. Jika yang aku katakan benar!" tegas Lena.
"Sudah-sudah. Lena kamu sebaiknya kurangnya minum alkohol agar bisa berbicara lebih sopan lagi kepada Mama kamu. Jangan kurang ajar yang akan membuat putri kamu meniru sifat jelek kamu!" sahut Haryanto yang tidak segan-segan membela Mona.
"Ibuku ada di rumah sakit dan bukan dia. Sampai kapanpun dia tidak akan pernah menjadi Ibuku!" tegas Lena dengan mengumpat kesal.
"Terserah apa yang ingin kamu katakan. Jika kamu menginginkan Trisya untuk bergabung dalam Perusahaan. Maka Papa sudah mengatakan apa yang harus dia lakukan. Jadi semua pilihan ada pada Trisya!" tegas Haryanto.
Wajah Trisya terlihat sangat tidak menerima sekali dengan apapun yang diputuskan Haryanto. Tetapi sepertinya Trisya juga tidak bisa melakukan apa-apa dan jika dia protes lagi yang ada akan kembali ribut dan lihatlah ibunya saja yang ribut yang dibela jelas-jelas sudah Mona dan apalagi dia nanti.
***
Trisya yang pagi-pagi seperti ini sudah terlihat sangat rapi dan cantik yang berdiri di depan cermin. Trisya menggunakan rok berwarna hitam yang dipadukan dengan atasan blazer berwarna biru muda. Barang-barang yang dia pakai dari atas sampai heels putih dengan tinggi 10 cm sudah pasti sangat branded.
Penampilan Trisya yang seperti itu sudah mencerminkan jika dia adalah sebagai calon pemimpin. Aroma parfum yang disemprotkan ke tubuhnya semakin membuat daya tarik yang sangat terlihat dari aura wajah pemimpin.
"Kamu emang harus berpenampilan seheboh itu!" tiba-tiba saja suara itu terdengar dari depan pintu yang membuat Trisya menoleh.
"Apa yang salah dengan penampilanku?" tanya Trisya heran.
"Kamu lupa apa yang dikatakan Kakek kamu hah! Kamu hanya sebagai karyawan saja yang gajinya di bawah UMR dan kamu berpenampilan seperti ini yang ada kamu akan mendapatkan cibiran. Kamu juga lupa jika tidak ada orang-orang yang boleh tahu dan apalagi orang-orang yang ada di kantor jika kamu adalah cucu dari Haryanto Brawijaya!" tegas Lena yang memberikan ingatan Trisya.
Hal itu memang sangat tidak masuk akal. Ibu dan anak itu bahkan sudah sama-sama protes. Tetapi tetap saja Haryanto tidak mendengarkan keluhan mereka berdua.
"Aku sama sekali tidak peduli dengan apapun yang dikatakan orang-orang. Biarkan saja mereka mencibirku dan menatapku sinis karena hanya penampilanku. Mereka setelah itu akan meminta maaf kepadaku karena mengetahui bahwa aku adalah cucu Haryanto Brawijaya dan calon pemilik Perusahaan Royale," ucap Trisya dengan percaya diri.
Memang itu salah satu keunggulan yang dimiliki Trisya, menghadapi masalah dengan begitu tenang dan juga sangat percaya diri. Mungkin dia juga akan melakukan segala sesuatu hal dengan cerdik agar bisa mendapatkan posisi yang dia inginkan dan juga pasti bisa menjadi ahli waris Perusahaan. Seperti yang sebenarnya sudah diwasiatkan untuknya.
Lena hanya menghela nafas dan berharap saja apa yang di katakan Trisya benar.
**
Perusahaan Loyal.
Walau dia hanya sebagai karyawan biasa di perusahaan kakeknya. Tetapi tetap saja Trisya yang datang ke perusahaan menggunakan mobil mewah dari rumahnya. Trisya yang tanpa basa-basi membuka pintu mobil dan langsung keluar dari mobil tersebut dan lagi-lagi dia menggunakan kacamata. Trisya menyibakkan rambutnya ke belakang dan membuka kacamata itu yang melihat Perusahaan yang direbutkan itu.
"Royale. Kau akan menjadi milikku. Karena hanya aku saja yang cocok menjadi pendamping mu!" ucapnya dengan sangat percaya diri dan tersenyum.
Trisya yang tidak mengatakan apa-apa lagi langsung melangkah dengan santai yang berjalan dengan pantat lenggak-lenggok, layaknya seorang model yang berjalan di rel karpet.
Brukkk.
Karena lebih fokus dengan bagaimana cara berjalan dengan cantik yang akhirnya membuat Trisya menabrak seseorang yang membuat beberapa dokumen berjatuhan ke lantai.
"Astaga!" pria itu menghela nafas yang langsung berjongkok dan mengambil dokumen tersebut.
Pria itu mengangkat kepala dan melihat Trisya tampak begitu santai yang hanya diam pada tempatnya.
"Kau melihat apa?" tanya Trisya yang tiba-tiba mundur dan meletakkan telapak tangannya di bawah roknya yang menyangka bahwa pria tampan berkulit putih itu sedang mengintip.
Bersambung.....
mungkin nenek sudah tenang karena perusahaan itu sudah di pegang oleh Trisya, karena itu dia tenang meninggalkan dunia ini
sama² punya tingkat kepedean yg sangat luar biasa tinggi