Cerita ini mengisahkan tentang perjuangan pemuda berusia 15 tahun yang mempunyai bakat bermain pedang dan ilmu bela diri yang cukup tinggi dalam menyelamatkan desanya dari penindasan oknum tak bertanggung jawab. Setelah berhasil mendapatkan kebebasan untuk desanya, satu persatu fakta keluarganya terkuak. Dia juga menyadari bahwa Alavarez yang merupakan kepala keluarganya telah di sekap oleh oknum bernama Fikron untuk di jadikan tahanannya. Tidak ada yang tau dimana Fikron mengurung Alarez, bahkan Mijay dan Altan yang menyamar sebagai anak buah Fikron saja masih belum bisa menemukan keberadaan Alvarez. Zafer pemuda 15 tahun itu memutuskan untuk memulai misi penyelamatan Alvarez, dan bersiasat menghabisi rekan-rekan Fikron yang berada di Abu Dhabi dan Oman.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Tiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
C04 : GELANG
...𖣁 ࣪࣪ἨΛⱣⱣὙ ᖇ𝚬Λ𝐃𝐥ṆԌ 𖣁...
Siang harinya tepat jam 2 siang. Zafer pulang bersama teman-temannya. Umar sebenarnya di jemput, tapi dia menolak karena ingin pulang bersama teman-temannya. Di tengah perjalanan, Zafer melihat gelang yang di jual di pinggir jalan. Seketika dia teringat pada Selin ibunya yang sama sekali tidak pernah memakai perhiasan di tubuhnya. Zafer mengajak teman-temannya untuk singgah sebentar. Zafer tertarik pada gelang tembaga yang cukup tipis. Ia merasa bahwa gelang tersebut cocok untuk ibunya, dan kebetulan juga harga gelang itu sesuai dengan uang yang dia punya. Setelah membeli gelang tersebut, tiba-tiba seseorang merampas gelang tersebut dari Zafer. "HEI PENCURI, " teriak Zafer. Mereka berempat kemudian bersama mengejar pencuri tersebut. Zafer memanglah cukup cepat dalam berlari. Teman-temannya bahkan tertinggal cukup jauh di belakangnya. Setelah cukup dekat dengan pencuri tersebut, Zafer langsung menarik jacket si pencuri dan membuatnya terjatuh ke tanah.
Zafer yang kesal langsung menghajar pencuri tersebut tanpa ampun. Dan tak lama kemudian datang Naashir bersama kedua temannya datang. "Zafer, Zafer. Hentikan. Kita gak boleh main hakim sendiri. Tapi main hakimnya rame-rame. HAJAR DIA, " ucap Naashir yang langsung menghajar pencuri tersebut bersama Umar dan Athaar. Zafer mengambil gelang dari tangan pencuri itu. Pencuri tersebut ketakutan, karena tak di sangka anak-anak 15 tahun ini lebih jago bela diri ketimbang dirinya. Pencuri itu minta maaf dan kabur setelah Zafer meminta teman-temannya untuk berhenti. Setelah mendapatkan gelang itu mereka kembali pulang. Setibanya di rumah, Zafer merapikan pakaiannya sebelum masuk ke rumah.
"Kau sudah pulang nak, "
"Iya mah. Maaf kalau agak telat dikit. Tadi Zafer singgah bentar untuk membeli ini, " ucap Zafer memberikan gelang yang tadi dia beli.
"Zafer. Ini? Dari mana kamu dapat uang?"
"Nyuri mah, " mendengar itu Selin tentu kesal dan mengambil sebatang kayu kecil lalu memukul Zafer. "KENAPA KAMU MENCURI? MAMAH TIDAK PERNAH MENGAJARI KAMU UNTUK MENCURI ZAFER, " ocehan Selin tentu tidak membuatnya takut. Zafer malah tertawa saat Selin memukulinya. "Kenapa kamu tertawa?" Zafer menghela nafas dan merangkul Selin.
"Mah. Mamah tau tidak kenapa Zafer tertawa? Mamah kalua lagi marah, lucuuuuu sekali, "
"Kau ingin merayu mamah?"
"Ayolah mah. Putra mu ini adalah anak baik-baik. Zafer tidak mencuri. Zafer membeli gelang itu menggunakan uang yang mamah kasih untuk bayar pendaftaran Zafer yang kurang kemarin, " mendengar itu membuat Selin semakin marah dan menjewer telinga putranya.
"Aa-aaa mah. Sakit.. "
"Mamah bilang uang itu untuk membayar kurangan pendaftaran mu kemarin. Kenapa kamu pakai untuk yang lain?"
"Aaa mamah lepas dulu. Zafer jelasin pelan-pelan, " Selin melepas tangannya dari telinga Zafer.
"Jadi kemarin Zafer menanyakan soal pembayaran itu pada kepala sekolah langsung. Dan ternyata yang mempermasalahkan pembayaran itu bukan cuma Zafer, tetapi ada siswi lain juga yang pembayarannya sama dengan Zafer. Setelah itu, kepala sekolah memanggil staf guru yang menjadi panitia pendaftaran kemarin, "
"Lalu apa yang terjadi?"
"Kepala sekolah meminta maaf atas kecurangan pihak sekolah. Dan mereka juga mengembalikan uang mamah. Dan Zafer juga meminta untuk kembalikan lagi yang 20 dirham nya, "
"Nak. Sekolahan mu sama rumah mu itu jauh, "
"Mamah apa gunanya sepeda itu? Zafer akan pergi sekolah menggunakan sepeda saja, " Selin tersenyum dan memeluk putra semata wayangnya tersebut dengan sangat erat.
...· . . · 𐙚· . . ·𐙚 · . . · 𐙚· . . ·𐙚 · . . · 𐙚· . . ·𐙚 · . . ·...
Malam harinya, Zafer pergi ke warung untuk membeli sembako seperti yang di minta oleh ibunya. Di tengah perjalanan dia melihat Zira berada di depan rumah sambil membaca buku. "Hai, " sapa Zafer. Mendengar itu Zira hanya melirik sekilas dan tidak menjawab salam dari Zafer. "Kau juga tinggal di sini rupanya?" Tanya Zafer kembali. Zira seperti tidak suka dengan Zafer yang banyak tanya. Dia kemudian beranjak dari tempat duduknya dan masuk ke dalam rumah."Cewek aneh, " gerutu Zafer kesal.
Keesokan harinya, saat jam istirahat. Zafer dan ketiga temannya sedang bermain bola di lapangan. Bukan cuma mereka berempat tetapi ada beberapa anak-anak yang juga ikut bermain di sana. Tendangan Zafer mengenai salah satu gadis yang tengah asik mengambil foto selfie di pinggir lapangan.
"Ahh. Kenapa mereka di situ sih, " gumam Zafer kesal. Zafer berlari menghampiri ketiga gadis tadi bukan untuk minta maaf, melainkan untuk mengambil bola.
"HEI. Minta maaf pada teman ku, "
"Minta maaf? Kalian yang salah. Sudah tau ada anak-anak yang sedang bermain bola kalian malah mengambil foto selfie di sini. Salah sendiri kan?"
Ditengah perdebatan tersebut. Umar yang mengenal mereka meminta Naashir dan Athaar untuk menghentikan Zafer. "Gawat. Kita harus buat Zafer meminta maaf. Dia Emla adiknya tuan Desmon, " ucap Umar. Mendengar itu kedua temannya panik dan mereka bertiga langsung menghampiri Zafer.
"Kau yakin tidak mau meminta maaf padaku?"
"Emangnya apa salah ku? Bukankah di sana sudah ada peringatannya. Jika ada siswa yang sedang bermain bola di lapangan, tidak ada yang boleh melintasi tempat ini, "
"Zafer, Zafer. Ayo minta maaf, " tegur Naashir.
"Untuk apa aku yang minta maaf? Dia yang salah, "
"Dasar orang kampungan, " ejek Emla.
"Apa kau bilang tadi?"
"Kampungan. Kenapa? Mau marah, "
"Kau boleh marah. Tapi jangan menghinanya, " tegur Arthaar.
"Ck. Kalian ini dari desa kampungan. Makanya pemikiran kalian sama, "
"Apa kau sadar dengan apa yang barusan kau katakan?"
"Jangan mentang-mentang kau anak kota. Kau bisa seenaknya menghina kami, " sambung Zafer.
"Kau pikir kau hebat hanya karena kau berasal dari kota?"
"Liat saja. Kalian akan ku buat bertekuk lutut di hadapan ku, "
"Kau pikir kau ini ratu? Presiden?" Ucap Zafer yang kini berada dekat dengan wajah Elma memberi tatapan tajam.
"BERHENTI BERDEBAT, " teriak Zira yang melihat mereka berdebat di pinggir lapangan.
"Kalian ini masih menjadi siswa baru di sekolah dan mau bertingkah selayaknya senior begitu?" Ucap Zira kepada Elma.
"Nah betul tu, " ucap Zafer dan teman-temannya bersamaan.
"Kalian juga sama. Kalian mau sok jagoan di depan perempuan?"
"Sudah bubar, sebelum aku laporkan perbuatan kalian kepada guru, "
"Dengar urusan kita belum selesai, " ucap Elma pada Zafer. Elma dan kedua sahabatnya Rayla dan Eshma pergi meninggalkan Zafer dan juga teman-temannya.
"Kalian juga tidak mau pergi?"
"E-em. Anu kami akan pergi. Ayo Zafer, "
"Zafer, " panggil Zira.
"Ikut aku sebentar, " ajak Zira. Mendengar itu, Naashir dan kedua temannya tersenyum karena melihat Zafer di ajak oleh Zira.
"Ada apa?"
"Ku peringatkan dirimu. Jangan pernah melawan Elma dan juga teman-temannya. Kakak mereka mempunyai kuasa di sekolah ini, " ucap Zira memperingati Zafer.