Seorang murid mesti mematuhi apa kata gurunya. meskipun itu sulit. yah mengambil senjata ampuh memang bukan perkara mudah. bakalan ada halangan dan rintangan. baik di perjalanan maupun menghadapi musuh. namun semua di perlukan untuk melakukan perjalanan ke barat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 3112, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjalanan ke barat 3
“Kita berangkat guru.“
“Baik, ayo.“
Perjalanan kali ini hanya dengan satu kereta. Dengan empat murid utama yang mengiringinya.
Yin-ying. Moli-hua, sang guru. Guan-zu, si kusir sekaligus murid paling tua dan bijaksana. Lalu Hong-li. Dan Wu-ya.
Mereka keluar dari gerbang utama perguruan. Gerbang ini di buat lebar. Seiring dengan bentuk bangunan perguruan yang juga besar. Sebab di sana tinggal para guru serta para murid yang Tengah menuntut ilmu. Walau demikian ada yang setelah selesai mendapat semua ilmu langsung turun gunung, namun kebanyakan malahan lebih suka tinggal di sana. Sebab tinggal di situ tidak terpancang waktu, dan tidak juga harus selalu tinggal. Karena tidak selamanya membutuhkan para siswa. Sejauh Lokasi mencukupi, maka akan di terima. Namun kalau tidak betah, maka murid-murid itu juga bila pergi, dengan kebanyakan pamit pada guru atau pimpinan Lokasi tersebut. Lagi pula tidak selamanya ilmu yang di dapat berasal dari guru mereka. Terkadang malahan mendapat sendiri. Karena mereka juga melatih diri untuk menguasai berbagai ilmu. Yang jelas, selama belajar itu, mereka di beri jurus dasar dari perguruan. Makanya setelah purna, tidak saja ilmu asli yang di miliki, namun banyak di antaranya yang juga mempunyai ilmu lain, serta kepandaian memainkan senjata yang khas dari pribadi orang tersebut.
Di sini mereka menempa ilmu. Termasuk menempa bijih besi menjadi senjata yang menjanjikan. Karena pada bagian kemuncak dari gunung itu sengaja di buat berbagai percetakan batu buat senjata-senjata hebat, utamanya keris serta tombak untuk bela diri maupun menjadi ageman kala menghadap raja maupun menghadiri suatu acara besar, sehingga lebih percaya diri dengan segala aksesoris bawaan yang mengiringi busana kebesaran yang tidak mengecewakan, serta sangat di sukai para bangsawan yang melihat. Itulah makanya mereka membuat senjata sebaik mungkin, serta berusaha mencari model terbaru, sehingga bentuk landasan serta percetakan buat senjata yang antara lain terbuat dari batu bisa di upayakan semaksimal mungkin, sehingga tidak mubazir serta mampu menjadikan satu alat yang menjadi serba guna untuk berbagai keperluan juga. Juga alat pertanian dan pertukangan untuk memudahkan melakukan kerja sehari-hari sesuai dengan kebutuhan dalam Masyarakat itu. Namun utamanya memang membuat senjata bela diri, karena kalau untuk kebutuhan sehari-hari dalam lingkungan Masyarakat juga sudah mampu membuat sendiri, walau kualitasnya demikian saja, akan tetapi sudah mampu di gunakan untuk mencukupi kebutuhannya sendiri.
Dengan di iringi oleh para murid yang lain. Dan mengantar hingga kaki bukit. Mereka berdiri berjajar di kanan kiri jalan. Sampai gerbang besar tersebut. Dengan begini seperti di atur saja. Posisi yang seragam, walau hal tersebut sebenarnya hanya karena sesuatu yang menjadi kebiasaan. Karena tiap ada tamu atau kedatangan orang yang di suruh mengupayakan sesuatu, kala berhasil juga di sambut demikian. Selain bangga, juga penasaran bagaimana rasanya bisa menuntaskan suatu pekerjaan besar yang di tugaskan gurunya sehingga lancar apa yang di lakukan tadi dengan hasil sesuai dengan yang di rencanakan.
Di sini mereka melambaikan tangan. Serta menunggu Kembali dengan keberhasilan. Dengan para murid tua yang mewakili sang guru menjaga tempat itu. Yang bukan saja tentang tempat, namun juga sekeliling gunung tersebut. Supaya aman dan tenteram. Dan jika ada yang ingin naik ke gunung tersebut juga merasa nyaman.