Andah, adalah mahasiswi yang bekerja menjadi penari striptis. Meskipun ia bekerja di hingar bingar dan liarnya malam, tetapi dia selalu menjaga kesucian diri.
Sepulang bekerja sebagai penari striptis.Andah menemukan seorang pria tergeletak bersimbah darah.
Andah pun mengantarkannya ke rumah sakit, dan memaksa Andah meminjam uang yang banyak kepada mucikari tempat dia menari.
Suatu kesalahpahaman membuat Andah terpaksa menikah dengan Ojan (pria amnesia yang ditemukannya) membawa drama indah yang terus membuat hubungan mereka jadi semakin rumit.
Bagaimana kisahnya selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CovieVy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Nyasar
Jangan lupa vote-nya ya kawan-kawan semua.
Ojan melihat ke arah orang yang meneriaki Andah. Dia adalah orang yang waktu itu diserangnya di cafe tempat Andah bekerja.
Ojan merasa tidak terima mengepalkan tangannya karena marah. Dia ingin bergerak menghajar Tama. Akan tetapi, Andah mencegah dengan menarik tangan Ojan.
Andah mengajak Ojan menjauhi pria yang selalu saja mencari masalah dengannya itu. Namun, dia memilih fokus ke ruang Profesor Yosa, pembimbing akademiknya selama ini.
Beberapa teman perempuan terlihat mendekati Andah. Dia melirik pada pria yang masih terlihat celingak-celinguk memasang wajah bingung.
"Eh, Andah? Dah lama gak ketemu, pas datang malah bawa gebetan?" ucap Tari teman perempuan yang sama-sama langka di jurusannya.
"Oh, eeehh—" Andah melirik Ojan yang masih kebingungan. Entah apa yang dipikirkannya dengan tempat ini.
"Dia ini kakak sepupuku. Namun, karena kecelakaan membuat dia lupa ingatan. Jadinya dia seperti anak kecil gitu." bohong Andah.
"Beneran kakak sepupu?" tanya Bella, yang datang bersama Tari.
Andah melirik Ojan yang sudah fokus dengan obrolan mereka. "Eeh, i-iya." Andah mulai merasa gugup karena Ojan memberikan tatapan yang tidak sedap dipandang mata.
"Boleh dong dijodohin sama aku. Gak apa kok dia lupa ingatan asal dia tampan kayak gini." seloroh Bella melirik pria tinggi yang hanya diam saja.
"Kalau dia merasa jadi anak kecil, biar aku yang jadi kakak buat dia. Kami akan saling mengisi satu sama lain." Bella semakin menjadi.
Andah tercekat dengan permintaan temannya itu. Raut wajah Ojan terlihat mulai merah. Andah menepuk pundak Ojan beberapa kali dengan pelan.
"Tidak apa, nanti nggak akan ketemu lagi, kok." ucap Andah.
"Akhirnya kamu datang juga. Prof Yosa sudah menunggumu. Sebentar lagi beliau akan masuk kelas untuk mengajar. Lebih baik segera ke ruanganya."
Andah mengangguk. "Terima kasih, Ben. Aku masuk dulu."
Andah berjalan, diikuti langkah cepat Ojan. Andah berhenti dan berpikir sejenak. Setelah itu dia kembali ke tempat Bella dan Tari tadi.
"Bella, ada kuliah pagi ini?"
Bella mendelik sedikit kesal. "Kamu meragukanku ya? Aku ini sudah selesai semua. Saat ini cuma ngurus skripsi aja dong."
"Oh, syukur lah." Andah mendorong Ojan mendekati dua kawannya itu.
"Tolong temani dia sebentar ya? Aku mau ketemu Profesor Yosa sejenak."
Tanpa memikirkan Ojan keberatan atau tidak, Andah pergi begitu saja. Ojan menggapai Andah yang telah menjauh dengan raut kecewa.
"Hai, sayang banget sama Andah ya Bang? Boleh dong, dikenal dan disayang sama kamu." seloroh Bella.
Tari menyikut Bella."Jaim dikit ah!" bisiknya.
Andah mengetuk pintu dosen yang katanya sengaja mengutus Beni untuk mencari dirinya.
"Masuk!" ucap seseorang dari dalam.
Andah menarik knop pintu dan tampak dosen mencarinya itu tengah membaca lembaran kertas yang ada di tangannya.
"Ah, Andah."
Andah langsung menyalami dosennya tersebut.
"Akhirnya kamu datang juga. Saya telah mencoba menghubungi kamu lewat kontak biasa, tetapi malah tidak pernah nyambung. Apa yang terjadi denganmu?" Profesor Yosa memberi kode kepada Andah untuk duduk di bangku yang ada.
"Hmm, maaf, Pak. Karena berbagai hal yang telah terjadi, aku harus cuti dulu."
Kening kepala Profesor Yosa yang telah berkerut, semakin bertambah kerutannya karena merasa heran pada mahasiswi kesayangannya ini. "Apa masalah biaya?"
Kepala Andah tertunduk. "Itu salah satunya Prof."
"Lalu, apa lagi?"
"Aku harus bekerja demi mencari uang, Prof. Ayah saya mengalami stroke, jadi saya harus fokus merawat beliau."
Profesor Yosa menjepit dagu menganggukkan kepalanya. "Sejujurnya saya sangat menyukai judul proposal yang semester lalu kamu tampilkan. Makanya saya ingin menjadi pembimbing skripsimu juga."
"Saya sudah menanti hasil dari penelitianmu, tetapi ternyata malah tidak pernah muncul lagi ke kampus."
Andah memainkan jemarinya di dalam pangkuan. Sebenarnya dia juga sangat ingin menyelesaikan perkuliahan. Akan tetapi, banyak masalah yang saat ini membelenggunya.
"Bagaimana jika saya bantu biaya kuliahmu hingga kamu benar-benar menyelesaikan pendidikan?" tawar Profesor Yosa.
Andah mengangkat wajahnya denga seketika. "Maksunya, Prof?"
"Iya, saya yang membiayai perkuliahanmu mulai semester ini hingga benar-benar selesai. Apa kamu bersedia?"
Mata Andah berbinar-binar antara bahagia dan terharu. Andah mencubit punggung tangannya tanpa sepengetahuan dosen pembimbingnya itu.
'Ah, sakit? Apa ini sungguhan?' batinnya.
"Bagaimana Andah? Apa kamu bersedia dan berjanji bersungguh-sungguh menyelesaikan skripsimu?"
"Mau, Pak. Mau ...." Tanpa disadarinya, dia merubah panggilan yang formal menjadi panggilan akrab.
"Maksud saya, Prof." Mata Andah berkaca-kaca karena bahagia.
"Terima kasih banyak, Prof. Saya akan berusaha semaksimal mungkin."
*
*
*
Sementara Ojan yang sudah tidak tahan terus digoda oleh Bella memilih kabur meninggalkan dua kawan Andah.
Dia melangkahkan kaki dengan asal, dan akhirnya sampai di fakultas yang berbeda dengan yang dia datangi tadi. Dia tersasar di fakultas keguruan di kampus itu.
Entah kenapa, dia merasa cukup akrab dengan suasana kampus itu. "Ada apa dengan tempat ini? Apakah aku pernah ke sini sebelum kecelakaan yang membuatki melupakan masa laluku?"
Ojan mengintari lokasi tersebut seolah telah hafal setiap seluk beluk bagian kampus ini.
"Geon?"
Ojan terus melangkahkan kaki berjalan menyusiri taman pada fakultas ini.
"Geon?"
Seorang wanita, melihat Ojan berjalan melengok kiri dan kanan bagai orang kebingungan. Ojan mengingatkannya kepada tunangan yang telah menghilang kurang lebih selama satu bulan.
Tunangan yang menghilang di saat mereka resmi bertunangan. Wanita itu bernama Lenanda, dia adalah salah satu staf dosen di fakultas keguruan di kampus ini.
Wanita itu terus mengikuti Ojan, karena merasa yakin dia adalah Geon, tunangannya yang hilang tanpa kabar sedikit pun.
Di tempat lain tampak wajah Andah yang telah menegang karena mendapat kabar bahwa kakak sepupunya tadi menghilang setelah kabur karena mendapat serangan rayuan Bella.
"Kamu sih? Terus aja godain dia? Malah kabur kan?"
"I-iya, aku tadinya bener-bener suka sama dia. Aku tidak menyangka dia malah jadi ilfeel gitu." Bella menunduk menyesali perbuatannya.
"Aku akan mencarinya ke sebelah sana, kalian bantu aku ya? Siapa tahu dia masih ada di sekitar kampus ini."
Bella dan Tari mengangguk. Mereka berpencar mencari Ojan. Andah terus menelusuri koridor kampus tersebut mencari suaminya. Pria amnesia yang saat ini dicintai.
"Maafkan aku, Ojan. Seharusnya aku tidak meninggalkanmu bersama mereka." sesal Andah panik setengah mati menyusuri wilayah yang sangat luas itu.
Di tempat lain, Ojan masih mengelilingi lokasi yang begitu familiar dalam ingatannya.
"Kalau tidak salah, di sini ada semacam gazebo luas untuk bersantai." Ojan berbelok seakan dia telah sering berada di tempat ini. Matanya terbelalak senang karena apa yang dipikirkannya memang benar adanya.
Di sana ada sebuah gazebo luas, tempat nongkrong favorit orang-orang di kampus ini.
Sebuah sentuhan, akhirnya mengejutkan Ojan.
*
*
takut lo brkl bpkmu smpe dipecat???