Siapa sangka, Alya yang pernah memutuskan Randy 8 tahun lalu, membuat lelaki itu memiliki dendam mendalam. Hingga saat ini, Randy masih mencari Alya hanya untuk membalaskan rasa sakitnya. Sisa cinta dan dendam seakan saling bertarung di hati Randy.
Kehidupan Alya yang berubah drastis, membuatnya mau tak mau bekerja sebagai asisten rumah tangga yang tergabung di salah satu yayasan penyalur ART ternama.
Hingga takdir mempertemukan mereka kembali, Alya bekerja di rumah Randy yang kini sudah beristri. Di situ lah kesempatan Randy memperlakukan Alya dengan buruk. Bahkan, menghamilinya tanpa tanggung jawab.
“Andai kamu tahu apa alasanku dulu memutuskanmu, kamu akan menyesal telah menghinakanku seperti ini.” – Alya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byiaaps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Menemukan berkas yang ia cari selama beberapa hari ini, Pak Antonio akhirnya menemukannya. “Ah, ini dia. Semoga belum terlambat."
Ia lalu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor Randy yang pernah diberikan padanya saat pertemuan mereka kala itu.
"Temui aku di bangunan kosong belakang panti sekarang," ucapnya lalu menutup panggilan.
Pak Antonio pun bergegas memasukkan berkas ke dalam map dan menyembunyikannya di dalam bajunya.
“Mau ke mana, Pak?” sahut Bu Puri yang melihat suaminya itu akan pergi.
“Mau menggerakkan otot sedikit. Sudah lama tak dipakai jalan, mumpung belum siang,” jawab Pak Antonio bergegas pergi.
Memandanginya aneh, Bu Puri penuh tanya.
Hingga beberapa saat kemudian, ia tiba di sebuah bangunan kosong bekas kafe belakang panti untuk menemui Randy.
5 menit kemudian, sebuah motor tampak berhenti di depannya. Pak Antonio pun tampak heran dengan seseorang lelaki yang turun dari motor itu, dengan memakai masker dan jaket kulit berwarna hitam. Hingga lelaki itu menghampirinya tanpa melepas helm.
“Pak, ini Randy,” sapanya.
Tampak tak percaya dan memandanginya begitu lama, Pak Antonio masih terdiam.
Randy lalu melepas helm dan maskernya sebentar untuk membuat Pak Antonio percaya, lalu memakainya lagi.
Tersenyum, suami Bu Puri itu seakan tahu apa maksud Randy berpenampilan demikian. Menyodorkan map yang dibawanya, Pak Antonio berpesan agar Randy menjaganya dengan sebaik mungkin. “Hubungi nomor yang tadi aku kirimkan. Namanya Rusdiana, dia anak buahku dulu.”
Ya, beberapa waktu lalu setelah pertemuan mereka kala itu, Randy memang meminta beberapa berkas yang mungkin masih disimpan oleh Pak Antonio.
“Terima kasih, Pak, Randy berhutang budi pada Bapak,” ucapnya sembari memasukkan map tersebut ke dalam jaketnya.
Menepuk bahu Randy dua kali, bagi Pak Antonio lelaki di hadapannya itu tetaplah anak kecil yang pernah ia sayang sepeninggal orang tuanya kala itu.
***
Mengetahui Gio yang mudah sekali rewel hanya karena ingin bertemu dengan Randy, membuat Nana tak tega. Apalagi, beberapa kali ia melihat Randy sengaja menghentikan mobilnya di depan sekolah Gio hanya untuk memandangi anaknya itu dari jauh. Meski awalnya ia sakit hati kala mengetahui bahwa Randy lah ayah Gio yang sengaja tak bertanggung jawab, tapi kini hatinya seakan berputar balik memihak pada pertemuan ayah dan anak itu.
Melihat dari sudut pandang lain, Nana beranggapan setiap orang pasti memiliki kesalahan, begitu pun dengan Randy. Yang ingin ia lihat saat ini adalah, Randy sedang berusaha menebus kesalahannya. Menjadi seorang ayah sebagaimana mestinya, yang dirindukan oleh anaknya. Apalagi, perilaku Gio benar-benar ingin selalu bertemu ayahnya.
Sebelum bertemu Randy, bocah tampan itu tak pernah bersikap begitu dan cukup anteng. Gio sendiri pun belum tahu bahwa om yang selama ini ia ingin temui adalah ayahnya sendiri. Itu artinya, ikatan batinnya begitu kuat.
“Aku memang belum pernah merasakan memiliki anak, tapi menjadi orang tua memang seharusnya rela berkorban. Menomorduakan sakit hati demi kebahagiaan anak. Menjadi Alya memang tak mudah, tapi, melihat Gio seperti ini juga aku yakin Alya pasti terluka,” gumamnya lirih.
Hari ini, saat Nana sedang menunggu Gio dan anak-anak panti lainnya keluar kelas, ia kembali melihat mobil Randy baru saja terparkir di seberang jalan.
Dihampirinya mobil itu dan diketuknya jendela mobil.
“Turun lah, temui Gio. Aku beri waktu sebentar saja,” pinta Nana.
Randy yang tak percaya pada kebaikan Nana ini, hanya bisa melongo, lalu bergegas turun dari mobil. Ia langsung berlari menyeberang jalan dan menemui Gio yang barus saja keluar kelas, disusul Nana. Setelahnya, seperti biasa mereka selalu berpelukan. Kali ini begitu lama.
“Om rindu sekali dengan Gio,” ujar Randy memuaskan dirinya memandangi Gio dan mengusap wajah sang anak yang menggemaskan.
Gio yang kali ini hanya diam dan datar, membuat Randy dan Nana bertanya-tanya akan perubahan sikap Gio ini.
“Gio tidak senang bertemu Om?” tanya Randy perhatian.
“Gio takut mama marah. Apa mama tidak suka sama Om? Apa Om pernah membuat mama marah?” Dengan polosnya Gio menanyakan hal ini.
Terdiam sejenak, Randy menelan salivanya kasar.
“Nanti Mbak Nana yang akan bicara sama mama. Sekarang, Gio bisa bertemu sebentar dengan om setiap pulang sekolah,” celetuk Nana.
“Mulai hari ini, Om akan menemui Gio sebentar saja sepulang sekolah, lalu Gio pulang sama Mbak Nana ya,” lanjut Randy.
Mengangguk polos, Gio kembali ke dalam pelukan Randy.
Dari sudut jalan yang lain, terlihat sebuah mobil berhenti dengan kaca jendela yang sedikit diturunkan.
...****************...
Hai hai, sambil nunggu author update bab selanjutnya, boleh nih dibaca juga karya milik teman author yang satu ini.