Menolak dijodohkan, kata yang tepat untuk Azalea dan Jagat. Membuat keduanya memilih mengabdikan diri untuk profesi masing-masing. Tapi siapa sangka keduanya justru dipertemukan dan jatuh cinta satu sama lain di tempat mereka mengabdi.
"Tuhan sudah menakdirkan kisah keduanya bahkan jauh sebelum keduanya membingkai cerita manis di Kongo..."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Semakin terpesona
"Yeeee, nyala!"
Aza ikut bertepuk tangan, setelah sebelumnya sempat terbatuk-batuk dan menitikan air matanya, bukan karena terharu melainkan akibat perih karena asap pembakaran dengan baunya yang melekat di pakaian.
"Hebat!" tepuknya di pundak Jagat tanpa sadar, "makasih loh bang J." garis bibirnya tersungging lebar bikin rembulan minder sama senyum manisnya.
Jagat mengangguk sekali seraya menatap Aza, kemudian ia secepatnya memutus pandangan pada Aza sebelum ia benar-benar ikut hanyut dalam pesona gadis itu.
"Makasih om." lirih dokter Maya.
"Udah om disini aja, ikut kita makan-makan." ajak dokter Maya lagi menahan Jagat yang sudah beranjak.
"Siap. Terimakasih bu dokter atas ajakannya, tapi dengan tidak mengurangi rasa terimakasih, kebetulan saya sedang ada pekerjaan lain." Sebenarnya alasan Jagat yang sebenarnya ia enggan dan terlalu sungkan untuk berada diantara para nakes ini.
"Yaaa, sayang banget om...ya udah nanti kita simpen punya om. Makasih sekali lagi loh ya!"
"Sama-sama." Jagat menggosok-gosok pelan kedua tangannya demi membersihkan kotoran di tangan, setidaknya cukup bersih untuk say good bye pada Aza, eaaaa!
Melihat beberapa perwira yang berada di sekitarnya, dokter Maya dan yang lain mengajak serta para serdadu itu untuk makan bersama, termasuk Dika dan teman-teman.
"Om--om, sini!"
"Sir, please come here..." pinta dokter Dimas pada tentara setempat yang juga ada disana, termasuk sersan Jeven dan kawan-kawan.
"Yo...yo...rejeki ngga boleh ditolak, arek-arek..." ajak Toni, kapan lagi iyee khan...
"Malu-maluin!" desis Rafi namun tak urung mengekori Dika.
Diantara riuh dan hangatnya makan bersama malam itu, Jagat memundurkan diri untuk bersih-bersih. Datang kesini dengan tujuan menjauhkan sejenak dirinya dari tuntutan bapak dan ibu, ia justru terpesona pada gadis lain.
Aza yang ikut menyerbu kuah merah nan asam pedas itu ikut tertawa bersama, namun sejenak ia berpikir dan mencari seseorang diantara puluhan orang disini. Sosok yang---jika tak ada dirinya, maka makan besar ini tak akan terselenggara--
Ia mengambil kembali mangkok plastik di sana, dan menyendok isian panci berisi potongan-potongan olahan seafood, jamur dan mie.
"Subhanallah Za, ngga ada kenyangnya! Ngga nyangka badan setipis cracker begini, makannya banyak..."
"Bukan buat gue, Yu...buat khodam gue." tawanya bergurau. Ia juga menyinduk campuran susu dan jahe geprek bakar dari panci lain, buatan kapten Yuda yang nyatanya ikut bergabung dan membuat susu jahe.
"Saravvv...buat siapa hayohhh?"
"Buat si om yang tadi...yang udah bantuin nyalain api." singkatnya sudah berlalu meninggalkan keramaian suasana.
"Woy Za, gas teroosss!" goda Yuan membuat Aza menoleh dengan senyumannya, "gue pake NOS!"
Langkah kakinya menyusuri setiap koridor dan pintu ruangan terbuka, "bang J.." tengoknya nihil, membawa serta mangkok dan gelas seng berisi hampir penuh.
Ck, Aza berdecak ketika ia tak menemukan sosok yang dicari, cuma ada toke lagi pacaran. Lumayan pegel, panas pula...nih orang kemana sih?! Orang-orang pada rame-ramean yang satu ini malah pergi. Introvert apa gimana?
Aza cukup lama mencari keberadaan Jagat, namun entah kenapa feelingnya mengatakan jika Jagat berada di dekat tembok belakang camp, tempatnya tadi mengobrol bersama di sore hari.
Lantas Aza mempercayakan langkahnya sekarang pada feelingnya, kali aja kan feelingnya benar bisa diasah buat gantiin Roy kimochi.
Benar saja, senyumnya terbit seiring sorot mata yang tertuju ke arah gundukan tembok hancur di dekat pompaan air, dimana sosok itu berada. Fix, besok ia akan memviralkan diri dengan menebak nasib artis!
Niat hati dan rencananya sih ingin mengejutkan Jagat, lidahnya sampai melet-melet bukan karena ia kuyang jejadian, melainkan saking gemas dengan rencananya sendiri, yang sepertinya akan seru jika itu berhasil.
Langkah Aza sudah ia pelankan dengan gelagat mengendap-endap.
Namun rencana hanya tinggal rencana, sang penentu tetap Tuhan. Rupanya lelaki ini sudah tau jika seseorang sedang mendekatinya dari arah belakang. Mentang-mentang prajurit terlatih, apapun yang mengancam jiwa akan terendus meski baru niat saja.
Jagat menoleh secara tiba-tiba yang justru mengejutkan Aza, dimana gadis itu hampir menumpahkan apa yang ia bawa.
"Astagfirullah!"
Refleks Jagat cukup baik dengan bergerak membantu Aza, "eh awas. Nanti tumpah."
"Ihhhh kan rencananya aku yang mau ngagetin bang J, kenapa jadi aku yang kaget..." omel Aza dan Jagat hanya bisa cengengesan.
"Padahal udah dipelan-pelanin loh, bener-bener di slow motion sampe ngga ada suaranya, kok tau sih..." dumelnya lagi menatap Jagat tak suka, tak suka karena rencananya gagal.
"Ya udah. Mau ta ulang lagi? Kali ini ngga akan noleh...janji.." tawar Jagat memancing gidikan bahu Aza. "Nih buat abang! Lagian ngapain disini sendirian, yang lain udah pada gabung di depan... barusan bilangnya ada kerjaan, boong berarti ya...." tunjuknya ke arah hidung Jagat, sementara Jagat sudah menerima mangkok dan gelas lalu menaruhnya sejenak di tumpukan bebatuan secara hati-hati.
"Saya habis laporan, hari ini kebagian piket. Mampir kesini sebentar..." jawabnya.
"Buat ngelamun?" tebak Aza.
"Kalo kesambet setan Kongo siapa yang mau nolongin? Mana ngga ada yang bisa bahasa sini..." oceh Aza ikut mencari tempat untuk menaruh pan tat.
"Ada sersan Jeven. Ada komandan Emir, ada kapten Yuda juga..." balas Jagat, "ini buat saya to? Wah, makasih banget loh.." ia menyeruput susu jahe hangat itu.
"Bukan." Balas Aza dengan wajah datar, lantas Jagat terdiam ketika mulutnya sudah membiarkan susu jahe itu memenuhi rongga mulutnya, hampir saja rasa hangat itu membakar tenggorokan jika ia tak segera mengerem dan meloloskannya.
Aza tertawa melihat wajah syok Jagat lalu menepuk lengan lelaki itu, "ya iyalah, masa aku bawain buat semut-semut merah yang lagi gotong royong..."
"Tuh, semut aja kerjanya rame-rame, kemana-mana rombongan...nah bang J seneng sendirian..." oceh Aza lagi yang hanya dibalas senyuman tipis Jagat.
"Bang J punya bagian, soalnya barusan udah bantuin nyalain apinya."
Sruputt, ah! Sruputnya kembali.
Jagat kini bisa minum dengan tenang tanpa harus memikirkan akan sakit perut atau mencret-mencret setelahnya karena memandang...eh meminum yang bukan haknya, "makasih."
"Ini juga buat saya?" tanya Jagat sudah meraih mangkok berisi kuah dan isinya setelah sebelumnya menaruh gelas susu jahe yang baru ia minum beberapa seruput saja.
Aza mengangguk dengan gestur menyilahkan Jagat untuk memakannya. Tak ada obrolan yang terjadi setelahnya ketika Jagat melahap suapan pertama, sampai Aza melihatnya secara intens demi mendapati reaksi dan respon Jagat.
"Apa?" tanya Jagat santai dengan rahang tegasnya mengunyah makanan ketika melihat Aza menaikan kedua alisnya. Namun sedetik kemudian ia sadar jika Aza rupanya tengah menunggu testimoninya.
"Buatan siapa?" tanya Jagat.
"Aku lah. Masa rusa Kongo..." balasnya hampir membuat Jagat tersedak jamur enoki.
"Keasinan." Jawab Jagat jujur keterlaluan.
Nampak begitu jelas wajah Aza yang terkejut, "oh, bukan buatan aku sih sebenernya..." akui gadis itu lagi meralat.
Jagat tertawa dalam kunyahannya, ia sampai benar-benar menahan tawanya mengingat kuah pedas siap menyerang tenggorokannya jikalau ia meledakan tawa, mungkin tanpa suara hanya saja bahunya sudah bergetar sejak tadi.
"Tapi enak." Kembali Jagat bersuara.
"Oh jelas. Tadi tuh terakhir aku yang nambahin bumbu rahasianya..."
Kini Jagat tak bisa untuk tak tertawa mendengar ocehan dan melihat tingkah absurd Aza, yang ingin terlihat WOW di depannya.
Ia tak menyangka cuma minum susu jahe dan makan suki berkuah saja bisa semenyenangkan ini saat bersama Aza.
"Jauh-jauh kesini cuma buat ngasiin ini buat saya? Makasih loh."
"Engga jauh kok. Dari depan sampai sini bisa diukur..." kini Aza menjawabnya dengan nada datar ingin membuat Jagat keki, namun tak lama ia menyemburkan tawa renyahnya, "mukanya bisa ngga sih jangan datar gitu, lucu!" gadis itu tertawa.
Jagat tertular senyum Aza dan menggeleng. Ia lebih memilih melanjutkan acara makannya.
"Lapar?" tanya Aza.
"Engga juga. Tapi tetap saya makan, wong sudah dibawain masa ngga dimakan..."
Aza mengangguk setuju, sikap Jagat menunjukan jika kepribadian Jagat begitu sopan. Ia beranjak dari duduknya dan berjalan kecil ke depan demi memandang langit malam seraya berdiri.
Sejenak memejamkan matanya dan merasai suasana malam tanpa suara binatang malam yang biasa ada di rumah.
"Terkadang hanya butuh malam dan angin untuk menjadi pendengar setia keluh kesah yang dirasakan." Lirih Aza berucap, Jagat mendengus mendengar ucapan Aza, gadis itu ada benarnya...apa yang dilakukannya sekarang pun begitu.
Lelaki itu ikut berdiri di samping Aza, melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Aza sebentar, namun jemarinya mengerat mere mas kain saku celana dimana saat ia melakukan itu ucapan bapak dan ibu tempo hari semakin keras bergema di otak dan pendengaran, tentang dia yang bernama Azalea Kamila....
Degupan jantungnya pun semakin tak karuan, dengan alis yang mengernyit Jagat mencium aroma greentea jasmine yang menguar menenangkan di penciuman saat angin malam tak mau kalah untuk ikut berhembus diantara mereka.
Wangi menenangkan yang secara tak sadar adalah parfum dari gadis di sampingnya.
Lalu ia menoleh pada gadis disampingnya yang tengah memejamkan mata indahnya, netranya itu...entah sejak kapan begitu nyaman memandang Aza. Dosakah ia melakukan hal itu?
"Jangan tidur disini. Nanti dikerubungin semut, dicariin yang lain juga..." ucapnya bercanda, sontak Aza langsung membuka matanya dan mendaratkan tinjuannya di lengan Jagat dengan memasang wajah sebal, dimana tinggi badan mereka begitu kontras perbedaannya. Aza yang hanya memiliki tinggi se dada Jagat terpaksa harus sedikit mendongak ketika berbicara pada lelaki ini.
Jagat mengulas kekehan geli, ditinju begini oleh Aza tak memberikan efek apapun untuk lengannya, tak akan sampai membuat bengkak atau berda rah, "karena kamu sudah baik kasih saya makanan. Gimana kalo saya temenin kamu dapetin sinyal di depan gerbang camp? Bukannya mau hubungin keluarga di rumah?"
Aza mengangguk cepat untuk itu. Jagat segera berbalik, "let's go kalo gitu!"
.
.
.
.
kalau ada aza mesti rameeee🤣...
semangat up terus ya mak sin 💪😅🙏