Kisah cinta si kembar Winda dan Windi. Mereka sempat mengidamkan pria yang sama. Namun ternyata orang yang mereka idamkan lebih memilih Windi.
Mengetahui Kakanya juga menyukai orang yang sama dengannya, Windi pun mengalah. Ia tidak mau menerima lelaki tersebut karena tidak ingin menyakiti hati kakaknya. Pada akhirnya Winda dan Windi pun tidak berjodoh dengan pria tersebut.
Suatu saat mereka bertemu dengan jodoh masing-masing. Windi menemukan jodohnya terlebih dahulu dibandingkan Kakaknya. Kemudian Winda berjodoh dengan seorang duda yang sempat ia tolak lamarannya.
Pada akhirnya keduanya menjalani kehidupan yang bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Erlangga
Keesokan harinya
Javier sudah mulai masuk ke kantor. Windi pun mulai hari ini akan bekerja di perusahaan keluarga suaminya itu.Mereka berdua telah bersiap-siap untuk berangkat. Windi menyiapkan baju dan dasi yang akan dipakai suaminya. Windi membantu suaminya memasang kancing kemejanya. Ia juga memakaikan dasi suaminya. Javier tersenyum melihat istrinya yang telaten dan super protektif terhadap penampilannya.
"Perfect." Ujar Windi seraya menyatukan jari manis dan jempolnya membentuk huruf O.
Tak ayal Javier menarik hidung istrinya.
"Ih, kok ditarik sih sayang?Sakit...."
"Maaf maaf, gemes soalnya.Huh...Coba kamu nggak lampu merah, sudah aku terobos."
"Apaan sih! Kamu sudah rapi, sekarang tinggal aku yang mau pakai kerudung."
Windi menghindari suaminya, karena ia takut suaminya akan khilaf.
"Oke, Nyonya Javier. Saya akan menunggu anda."
Windi memilih pashmina warna abu untuk dipadukan dengan blazer hitamnya. Javier memperhatikan istrinya yang sedang merapikan jilbabnya.
"Sayang, aku sudah selesai. Yuk berangkat!"
"Oke, sayang."
Windi menggandeng lengan suaminya. Mereka keluar dari kamar dan turun ke bawah. Ummah dan Babah sedang duduk santai di ruang keluarga. Javier dan Windi pamit kepada mereka.
Tomi sudah menunggu di depan rumah.
"Ummah, Babah, kami berangkat dulu."
"Iya, hati-hati."
Mereka mencium punggung tangan kedua orang tua tersebut.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
Lagi-lagi Tomi harus kuat mental menjadi sopir pengantin baru. Ia lebih fokus melihat ke depan dan mengabaikan dia orang di belakang kemudi.
Beberapa menit kemudian, mereka sampai di kantor. Security dan beberapa pegawai menyambut kedatangan mereka. Javier memerintahkan kepada Juna selalu sekretarisnya untuk mengumpulkan semua pegawai di ruang aula meeting. Ia akan memperkenalkan istrinya kepada mereka.
Setelah Juna berhasil mengumpulkan mereka, ia memberitahukan kepada Tomi.
Tok tok tok
"Masuk!"
"Bos, semua sudah ada di aula."
"Baiklah, kami akan segera ke sana."
"Baik, bos."
Javier dan Windi pergi ke aula. Dan benar saja, semua pegawai sudah berkumpul di sana.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,.. "
"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh."
"Selamat pagi, semuanya."
"Selamat pagi, Pak."
"Saya mengumpulkan kalian di sini, tidak ada maksud lain kecuali ingin memperkenalkan istri saya. Mungkin sebagian dari kalian sudah mengenalnya."
Mereka sangat antusias untuk berkenalan dengan istri pimpinannya. Memang sebagian dari mereka ada sudah pernah bertemu dengan Windi di acara resepsi, karena mere pun diundang waktu itu. Sekedar info, Kenan sudah tidak di kantor pusat. Tapi ia kembali ke kantor cabang sejak satu minggu lalu.
"Sayang, silahkan perkenalkan diri."
Mereka tidak pernah melihat pimpinannya sebucin ini. Karena memang dulu bersama Kirana pun, ia biasa saja. Apa lagi mereka masih bertunangan. Beda halnya dengan sekarang. Sah-sah saja bagi Javier menunjukkan rasa cintanya kepada istrinya di mana pun.
"Baiklah, perkenalkan saya Windi. Senang bisa bergabung dengan kalian. Semoga saya bisa diterima dengan baik. " Ujar Windi seraya menangkup kan kedua tangannya.
"Selamat bergabung, Bu. Kami sia bekerja sama dengan Ibu." Ujar mereka.
Setelah perkenalan selesai, mereka kembali ke tempat dan tugas masing-masing.
Ruangan Windi berasa di samping ruangan Javier. Ruangan tersebut sengaja dibuat satu minggu yang lalu khusus untuk Windi. Sebelumnya ruangan itu hanyalah perpustakaan tempat Javier menaruh beberapa koleksi bukunya. sekarang buku-buku tersebut dipindahkan ke dalam ruangan pribadinya.
Karena baru pertama kali masuk, Javier tidak ingin berlama-lama di kantor. Waktu jam makan siang, mereka berdua keluar dari kantor dan mampir di sebuah restoran yang tidak jauh dari kantor.
"Sayang, kamu mau makan apa?" Tanya Javier.
"Gurami bakar, sama Itu sambel mangga muda. Minumnya jeruk hangat saja."
Javier memesan sesuai keinginan istrinya.
Tidak lama kemudian, pesanan datang. Mereka menyantap menu yang sudah tersedia.
Sementara kita beralih ke Winda.
Saat ini Winda tengah makan siang di kedai bakso seberang galery. Ia makan sendirian di sana. Sedangkan Mila dan Jeje masih mengurusi klien. Mereka akan gantian nanti.
Saat, asik mskan makan bakso, Tiba-tiba Winda melihat seorang anak kecil lari sambil menangis. Diperkirakan anak lelaki tersebut berusia enam tahun. Sontak Winda berdiri dan berlari menghampiri anak tersebut karena khawatir banyaknya kendaraan yang berlaku lalang. Ia takut anak tersebut menyebrang jalan dengan tiba-tiba.
"Hei... hei... dek! Kamu mau ke mana?"
"Hiks hiks... Mama jahat! Mama jahat."
Ia menunjuk ke arah hotel yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri saat ini.
"Ada apa dengan Mamamu?"
"Mama bersama laki-laki lain. Hiks... hiks... "
"Dek, ayo sini dulu. Minum dulu yuk."
Anak tersebut menuruti Winda. Winda memberikan air mineral kepadanya.
"Dek, namamu siapa?"
"Erlangga, Tante."
"Er, kamu jangan nangis ya. Lihat tuh orang-orang pada lihatin kita. Ntar dikiranya Tante udah jahati kamu."
Erlangga mengusap air matanya. Ia meminum air yang diberikan Winda.
"Erlangga, kamu di sini? Mama mencarimu dari tadi."
Nampak Erlangga enggan menghampiri sang Mama. Ia justru bersembunyi di balik badan Winda.
"Er, itu Mamamu?"
Erlangga mengangguk.
"Maaf Mbak, itu anak saya."
"Iya Mbak maaf, tadi saya melihatnya menangis. Jadi saya takut dia nekat menyebrang sendirian. Makanya saya bawa masuk ke sini."
"Er.. sudah Mama bilang jangan pergi tanpa Mama. Dan jangan Terima apa pun dari orang yang tidak dikenal. Ayo kembali ke hotel!" Ujarnya dengan emosi.
Wanita tersebut menarik tangan Erlangga. Winda ingin sekali melarangnya. Namun ia tidak punya hak. Nampak dari mata Erlangga ia ingin sekali tetap bersama Winda.
"Huft... kasihan sekali anak itu. Aku tidak tahu apa yang terjadi di antara mereka. Namun kurasa ada kesalahan yang dilakukan Mamanya. Semoga kalian baik-baik saja." Batin Winda.
Winda melanjutkan makannya. Ia juga membungkus 10 bakso untuk karyawan yang lain. Setelah selesai membayar, ia kembali ke Galery.Namun saat akan keluar dari kedai tersebut, seorang pelayan memanggilnya.
"Mbak Mbak... tunggu!"
"Iya kak, ada apa?"
"Ini jam tangan Mbak?"
"Bukan."
"Tapi ini ditemukan di meja tempat Mbak makan."
Winda melihat jam tangan itu. Ternyata jam tangan tersebut bukan jam tangan biasa. Melainkan jam tangan HP seperti yang biasa dipakai Rayyan, keponakannya.
"Mungkin ini jam tangan tadi." Batin Winda.
"Ini, Mbak."
"Oh, iya. Terima kasih."
Winda terpaksa menerimanya. Mungkin nanti orang tuanya akan menghubungi, dan Winda bisa mengembalikannya. Ia pun menyebrang jalan menuju Galery.
"Assalamu'alaikum... "
"Wa'alaikum salam... "
"Ayo semuanya makan siang... "
"Wah mantap ini bu Bos."
"Taruh dulu pekerjaannya! Kalian makan, habis itu gantian shalat Dhuhur."
"Terima kasih, Bu bos."
"Sama-sama."
Winda duduk di kursinya. Ia kembali bekerja. Menjawab chat customer yang baru masuk.
Beberapa saat kemudian, jam tangan HP milik Erlangga berdering.
"Papa." nama panggilan di jam tangan tersebut.
"Mungkin ini Papanya." Batin Winda.
Winda segera menerima panggilannya.
"Hallo boy, assalamu'alaikum."
"Wa-wa'alaikum salam." Jawab Windi ragu-ragu.
"Maira, ini kamu?"
"Bu- bukan. Maaf ini tadi jam tangan Erlangga jatuh di warung bakso. Saya menyimpannya."
Laki-laki di balik telpon mengerutkan keningnya.
"Untuk apa Erlangga ke warung bakso? Maura tidak level makan di warung biasa." Batinnya.
Bersambung....
...****************...
semangat menulis dan sukses selalu dengan novel terbaru nya.
apa lagi ini yang udah 4tahun menduda. 😉😉😉😉😉😉