Karena sebuah mimpi yang aneh, Yuki memutuskan untuk kembali ke dunia asalnya. Walaupun Dia tahu resikonya adalah tidak akan bisa kembali lagi ke dunianya yang sekarang. Namun, saat Yuki kembali. Dia menemukan kenyataan, adanya seorang wanita cantik yang jauh lebih dewasa dan matang, berada di sisi Pangeran Riana. Perasaan kecewa yang menyelimuti Yuki, membawanya pergi meninggalkan istana Pangeran Riana. Ketika perlariaannya itu, Dia bertemu dengan Para Prajurit kerajaan Argueda yang sedang menjalankan misi rahasia. Yuki akhirnya pergi ke negeri Argueda dan bertemu kembali dengan Pangeran Sera yang masih menantinya. Di Argueda, Yuki menemukan fakta bahwa mimpi buruk yang dialaminya sehingga membawanya kembali adalah nyata. Yuki tidak bisa menutup mata begitu saja. Tapi, ketika Dia ingin membantu, Pangeran Riana justru datang dan memaksa Yuki kembali padanya. Pertengkaran demi pertengkaran mewarnai hari Yuki dan Pangeran Riana. Semua di sebabkan oleh wanita yang merupakan bagian masa lalu Pangeran Riana. Wanita itu kembali, untuk menikah dengan Pangeran Riana. Ketika Yuki ingin menyerah, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Namun, sesuatu yang seharusnya menggembirakan pada akhirnya berubah menjadi petaka, ketika munculnya kabar yang menyebar dengan cepat. Seperti hantu di malam hari. Ketidakpercayaan Pangeran Riana membuat Yuki terpuruk pada kesedihan yang dalam. Sehingga pada akhirnya, kebahagian berubah menjadi duka. Ketika semua menjadi tidak terkendali. Pangeran Sera kembali muncul dan menyelamatkan Yuki. Namun rupanya satu kesedihan tidak cukup untuk Yuki. Sebuah kesedihan lain datang dan menghancurkan Yuki semakin dalam. Pengkhianatan dari orang yang sangat di percayainya. Akankah kebahagiaan menjadi akhir Yuki Atau semua hanyalah angan semu ?. Ikutilah kisah Yuki selanjutnya dalan Morning Dew Series season 3 "Water Ripple" Untuk memahami alur cerita hendaknya baca dulu Morning Dew Series 1 dan 2 di profilku ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vidiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18
Pangeran Riana, tanpa peringatan, bergerak cepat ke arah Yuki dan mencekal tangannya dengan kuat. Tatapannya dingin, tak ada rasa empati yang terlihat dari wajahnya.
Memecahkan keheningan yang membingungkan.
“Ayo kita pulang,” kata Pangeran Riana dengan suara rendah dan tajam, mengabaikan ketakutan yang terpancar di wajah Yuki.
Yuki terkejut dan berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan cengkeraman Pangeran Riana. “Lepaskan aku!” teriaknya dengan penuh amarah, berusaha menarik tangannya dari genggaman yang begitu kuat. Namun, kekuatan Pangeran Riana jauh melampaui miliknya. Ia tidak memberi ruang untuk perlawanan.
Pangeran Riana menunduk lebih dekat ke wajah Yuki, bibirnya menyeringai. “Yuki, kita pulang sekarang,” katanya dengan nada mengancam, “atau Raja Jafar akan mendapat berita tentang… kemesraan kita yang tak terelakkan di istananya.”
Yuki merasakan hawa dingin menyelimuti seluruh tubuhnya mendengar ancaman itu. Kengerian memenuhi pikirannya. Pangeran Riana tahu persis bagaimana menggunakan ancaman ini untuk memaksanya patuh. “Kau tidak akan berani melakukan itu,” bisik Yuki, mencoba menguatkan dirinya meskipun jantungnya berdetak kencang.
“Apakah kau yakin?” Pangeran Riana menjawab dengan santai, seolah apa yang ia katakan hanyalah fakta sederhana yang tak bisa dibantah. “Aku sudah pernah membuatmu tak berdaya sebelumnya, Yuki. Jangan paksa aku untuk melakukannya lagi disini.”
Yuki gemetar mendengar kata-kata Pangeran Riana. Pikirannya berputar, mencari cara untuk melarikan diri dari situasi ini tanpa menimbulkan lebih banyak masalah. Dia tidak ingin memberi Pangeran Riana alasan untuk mempermalukannya lebih jauh, tetapi dia juga tidak bisa membiarkan dirinya diambil begitu saja oleh pria ini.
Namun, Pangeran Riana semakin erat menggenggamnya, membuat Yuki merasa seakan tak ada jalan keluar.
Pangeran Riana menarik Yuki dengan kekuatan yang membuatnya tak berdaya, memaksa Yuki mengikuti setiap langkahnya. Protes Yuki hanya berakhir dalam bisikan marah yang tak dihiraukan Pangeran Riana. Semakin ia melawan, semakin kuat cengkeraman Pangeran Riana, dan Yuki tahu betul—Pangeran Riana adalah tipe yang semakin dilawan, semakin keras dia menuntut.
Setiap kali Yuki mencoba menghentikan langkahnya, Pangeran Riana akan menariknya lebih kencang, tak peduli dengan ketidaknyamanan yang ia timbulkan. Tatapan dingin dan mendominasi dari Pangeran Riana menegaskan bahwa dia tidak akan menerima penolakan, tidak peduli berapa banyak Yuki mencoba memberontak.
Langkah mereka semakin cepat, dan Yuki hanya bisa mengikuti dengan napas terengah. Dia tahu bahwa menentang Pangeran Riana secara terbuka saat ini hanya akan memperburuk keadaan. Pangeran Riana dikenal sebagai sosok yang kejam dan tak kenal ampun saat keinginannya dihalangi.
“Pangeran Riana…,” bisik Yuki, suaranya nyaris tak terdengar di antara ketegangan. “Tolong, kita bisa bicara. Kau tidak perlu memaksaku seperti ini.”
Namun Pangeran Riana tidak menjawab. Ia terus melangkah keluar aula, tanpa sedikit pun melambat. Wajahnya tetap tanpa ekspresi, tetapi kekerasan dari genggamannya sudah cukup memberi tahu Yuki bahwa dia sedang berada dalam kendali penuh.
Sementara itu, Raja Jafar memandang dari tempat tertinggi istana, tatapannya tak teralihkan saat Pangeran Riana menarik Yuki menuju kereta kuda. Wajahnya tetap tenang, meskipun di sebelahnya, Pangeran Arana dengan jelas memperlihatkan kegelisahannya. Suara protes Arana memecah kesunyian, namun Raja Jafar tetap tak bergeming.
“Ayah, apakah ini benar? Kakak tidak akan setuju kita menyerahkan Putri Yuki pada Pangeran Riana,” desak Pangeran Arana, suaranya penuh dengan kecemasan dan kemarahan. Pangeran Arana tahu betapa Pangeran Sera melindungi Yuki, dan keputusan ini pasti akan menimbulkan kemarahan besar pada Pangeran Sera.
Raja Jafar menarik napas panjang sebelum menjawab. “Aku tahu Sera tidak akan setuju. Namun, perang dengan Garduete akan menjadi bencana yang lebih besar bagi kita. Kita tak punya pilihan sekarang, Arana.” Suaranya tenang, tetapi penuh dengan beratnya keputusan yang telah ia buat.
“Dan Ayah percaya Riana akan mematuhi batas-batas ini?” tanya Arana skeptis. “Apa yang akan Kita katakan pada kakak jika Dia mengetahui ini.”
Raja Jafar menatap lurus ke arah gerakan Pangeran Riana yang semakin jauh. “Sera akan mengerti, tetapi aku berharap dia bisa menjaga kendali. Saat ini, kita butuh kedamaian, bukan lebih banyak musuh.”
Pangeran Riana membuka pintu kasar. Yuki memegang erat pada sisi kereta, menolak masuk ke dalam.
“Masuk sekarang Yuki” perintah Pangeran Riana dingin.
Yuki menggelengkan kepala kuat masih menolak. Pangeran Riana memperkuat cekalannya ditangan Yuki yang lain. “Kenapa, apa begitu inginnya kau tidur dengan dia sampai menolak kembali padaku ?”
Yuki menatap pangeran riana. Terkejut dengan kata-kata yang diucapkan. Kemarahan merasukinya. “Kau bilang apa ?” Tanya Yuki tidak percaya.
“Aku benar kan, Kau kembali dari duniamu untuk menemuinya, Apa Kau tidak puas denganku lalu mencari Dia juga untuk memenuhi keinginanmu Yuki.” Tuduhan Pangeran Riana menyakitkan hati Yuki. “Berhenti membuat ulah dan Pulang sekarang bersamaku” kata Pangeran Riana dingin.
“Lepaskan Aku !” Kata Yuki cepat. Merasa sesak dengan tuduhan Pangeran Riana.
Pangeran Riana menarik napas panjang, tatapan dinginnya menusuk. “Aku tahu kau kembali karena dia, Yuki. Tapi jangan lupa, aku yang memberimu kesempatan untuk pergi dan kembali. Kau milikku, dan aku tidak akan membiarkanmu memilih orang lain.”
Yuki menatap Pangeran Riana, amarah menggelegak dalam dirinya. “Kau tidak punya hak untuk mengatakan itu. Aku bukan milik siapa pun!” suaranya gemetar, namun dipenuhi ketegasan. “Apa yang kau lakukan ini sudah melewati batas, Pangeran Riana.”
Cekalan Pangeran Riana semakin kuat di pergelangan tangannya, wajahnya semakin dekat dengan Yuki. “Batas? Aku yang menentukan batas untukmu, Yuki,” katanya dengan nada dingin yang mencerminkan kekuasaan yang selalu ia klaim atas dirinya.
Yuki berusaha menarik tangannya dari genggamannya, tapi sia-sia. “Ini bukan soal dia,” ucap Yuki dengan napas tersengal. “Aku kembali karena aku peduli pada orang-orang di sini, pada Putri Magitha, pada Ratu Isodele. Bukan karena alasan rendah seperti yang kau pikirkan.”
Pangeran Riana mendekat lebih jauh, suaranya semakin merendah namun penuh ancaman. “Aku tidak peduli alasanmu. Yang kutahu, kau akan pulang bersamaku. Sekarang.”
Namun Yuki, dengan tekad yang semakin membesar, menatap lurus ke matanya. “Tidak. Aku tidak akan pergi denganmu,” balasnya tegas, meskipun tubuhnya gemetar.
Pangeran Riana terdiam sejenak, lalu dengan kasar mendorong Yuki ke arah pintu kereta, memaksa tubuhnya untuk masuk. “Kau tidak punya pilihan,” katanya, suaranya masih dingin dan tidak mengenal belas kasihan.
Tepat saat itu, Sebuah tangan menarik Yuki dengan cepat dan membawa Yuki kembali keluar kereta. Saat Yuki mendongak, Dia melihat Pangeran Sera sudah berada didekatnya.
Pandangan mata dari kedua Pangeran itu bertemu dengan dingin.
Pangeran Riana menegakkan tubuhnya, menatap tajam ke arah Pangeran Sera yang kini berdiri melindungi Yuki. Tatapan dingin mereka seakan menusuk, udara di sekitarnya terasa berat, penuh ketegangan yang tak terucap. Pangeran Riana mengepalkan tangan, jelas tidak senang melihat Pangeran Sera muncul begitu tiba-tiba.
“Sera, apa yang kau lakukan di sini?” suara Pangeran Riana terdengar datar namun penuh amarah yang tersembunyi.
Pangeran Sera, dengan tatapan tajam dan penuh ketenangan, menanggapi tanpa beranjak sedikit pun dari tempatnya. “Aku di sini untuk memastikan bahwa Yuki tidak akan dipaksa melakukan apa pun yang bertentangan dengan kehendaknya.”
Yuki, yang masih terkejut dengan kehadiran Pangeran Sera, berusaha berdiri tegak di belakangnya, merasa sedikit lega namun tetap waspada.
“Ini bukan urusanmu,” kata PangeranRiana dengan nada lebih keras, maju satu langkah. “Yuki adalah milikku, dan aku akan membawanya pulang.”
Pangeran Sera tersenyum tipis, tetapi tatapannya tidak melunak. “Milikmu, jelas Dia tidak ingin pergi bersamamu, tapi kau memaksanya. Apa perlu Kita tanyakan pada Yuki. Siapa yang ingin Dia ikuti ?.”
Pangeran Riana mengertakkan gigi, amarahnya hampir tak terkendali. “Kau berani menantangku, Sera?”
Pangeran Sera menatap Pangeran Riana tanpa ragu. “Aku tidak menantangmu. Aku hanya menegakkan kehendak Yuki. Jika kau tidak bisa menerima itu, maka kau yang menantang keputusan seorang wanita.”
Yuki tahu situasi tidak baik. Dia langsung mendorong Pangeran Sera untuk menjauh.
Sebelum pangeran Riana terpancing emosi dan bertindak nekat.
“Hentikan Pangeran, Ini bukan saatnya memicu pertengkaran dengan negeri lainnya” kata Yuki mengingatkan Pangeran Sera. Kedua tangan Yuki mencekal bahu Pangeran Sera. Matanya menatap lurus memohon pengertian.
Pangeran Riana tidak terima ketika Yuki justru terlihat melindungi Pangeran Sera. Kemarahan merasuki dirinya. Dia langsung maju dan menarik Yuki dengan kuat. Menjauhkan Yuki dari Pangeran Sera dan Melempar Yuki ke dalam kereta kuda.
Pangeran Sera mengepalkan tangan erat, amarah membara di balik wajahnya yang tetap tenang. Dia hampir bergerak maju saat Yuki dilempar dengan kasar ke dalam kereta, tapi dia menghentikan dirinya. Pangeran Riana menatapnya dari balik pintu kereta, penuh tantangan. “Ini bukan masalahmu lagi,” ucap PangeranRiana dingin sebelum menutup pintu dengan keras, seakan mengunci Yuki dalam nasib yang tidak pasti.
Pangeran Sera tidak menjawab. Dia hanya Diam dengan tatapan kosong.
Kereta berjalan pergi. Pangeran Riana mencekal tangan Yuki kuat. Memaksa Yuki untuk berada disampingnya. Menolak melepaskan Yuki.
Yuki melihat Pangeran Sera tampak cemas. Saat sosoknya terlihat dari jendela.
Seperti ada sesuatu yang buruk akan terjadi.