“Apa! Aku impoten.”
Super kaya dengan wajah tampan menawan membuat wanita menggilai dan bertekuk lutut di bawah kakinya, Namun hingga saat ini Devano Kaisar belum terlihat memiliki pasangan, membuat orang meragukan kelaki-lakiannya.
“Rumor sampah. Aku tidak akan menikah jika belum menemukannya,” Bayangan perempuan misterius berkalung emas terkenang yang menyelamatkan nyawanya.
Hingga suatu situasi membuat pertahanan Devan runtuh. Ia terpancing membuktikan keganasannya di ranjang dengan gadis cantik, pekerja keras bernama Jasmine putri. Namun sial, perempuan itu ternyata pelayan rumahnya.
Terjebak satu malam panas membuat Devan harus menikah dengan Jasmine si pelayan. Ini gila. Kenapa harus dia? Sungguh Devan tidak terima karena telah melanggar janjinya untuk tidak menikah. Bagaimana dengan perempuan misterius yang menolongnya?
Dan Jasmine segala upaya ia lakukan agar bisa membiayai kuliahnya namun takdir malah membawanya menikah dengan majikan. Ini gila!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon She Wawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mimin dan Nathan
Devan berada di dalam kamar, duduk di ranjang king size dengan tubuh bersandar di kepala ranjang. Arah netra matanya menatap ke arah layar besar yang tergantung dinding. Sembari tangan kanan pemuda itu sibuk mengotak-antik remote tv dengan kasar. Sudah sejak tadi ia melakukan itu, mengganti saluran satu ke saluran lainnnya. Ah. Menyebalkan, decaknya. Kenapa tidak ada yang bisa di tonton! Gerutu pemuda itu.
Entah mengapa sejak tadi hatinya di kepung gelisah, tak tenang. Dia tidak pernah merasakan hal seperti ini. Dia menggalau tanpa sebab.
Devan membuang remote dengan kasar. “Tidak berguna,” gerutunya.
Tak lama dering ponsel di laci nakas membuat Devan beringsut meraih benda segi empat itu, melihat nama yang tertera ternyata adalah Rey sang asisten. Yang di percaya untuk menjalankan perusahaan hingga kondisinya membaik.
“Halo,” ucap Devan.
“Hei! Kau sudah gila ya! Untuk apa memesan barang seperti ini dalam jumlah yang banyak!” sembur dari balik telepon dengan kekesalan.
Devan menghela napas. Ternyata pesanan barang yang ia lakukan saat menonton live Jasmine telah sampai. Dia memang sengaja memberikan alamat Rey sang asisten. Devan tidak ingin Jasmine tahu jika pemesan barang perabotan adalah dia. Dan Devan telah menjelaskan pada Rey jika dia memesan baran menggunakan alamatnya.
“Sudah sampai!” ucapnya santai tanpa dosa.
“Kau memakai alamatku untuk memesang banyak barang-barang ini! Sekarang rumahku penuh dengan dandang kukus, dan untuk apa kau memesan obat pelangsing ini,” semakin kesal saja Rey.
“Kau urus barang-barang itu terserah mau kau apakan! Itu semua untukmu!”
“Van!”
Devan memutuskan panggilan sepihak. Dia tidak punya waktu melayani Rey hanya membuat moodnya semakin berantakan. Hatinya sudah diresapi gelisah. Apalagi mengingat ucapan bibi Anna, jika Jasmine si pelayan sedang pergi dengan Nathan Wang saudara tirinya. Entah ada sebuah rasa aneh menjalar merasuk ke dalam sanubari.
***
Cahaya jingga menghiasi langit sore, sebuah mobil baru saja masuk ke dalam halaman rumah mewah.
Tak lama pintu mobil terbuka, Jasmine keluar si susul oleh pemuda tampan berwajah oriental. Keduanya berdiri sejajar.
“Makasih Ko, udah diantar pulang, di traktir lagi. Jadi ngak enak,” ucap Jasmine sumringah.
“Sudah. Itu reward untukmu karena menjual banyak barang!” ucap Nathan menatap Jasmine dalam.
“Ngak lama lagi kau libur semester kan,” ujar Nathan.
Jasmine menganggukan kepala.
“Iya ko. Rencananya aku akan pulang ke kampung, udah kangen banget sama nenek,” jelas perempuan cantik ini.
“Baiklah. Katakan kapan kau pulang kampung. Aku akan membelikanmu tiket dan oleh-oleh untuk kau bawa ke kampung!” ujar Nathan.
Jasmine tercengang tak percaya. Pemuda ini sungguh baik hati.
“Tidak perlu Ko. Aku tidak ingin merepotkan.” kedua tangan Jasmine melambai kuat tanda menolak.
“Tidak apa. Anggap aja ini bonus karena kau telah bekerja keras selama ini membantu untuk memajukan toko perabot peninggalan nenekku. Sudah kau tidak boleh menolak,” desak pemuda ini.
“Terima kasih Ko. Aku akan berusaha lebih keras lagi. Menjual lebih banyak barang,” ucap Jasmine dengan penuh tekad keyakinan yang kuat.
Nathan menggembangkan senyum kemudian mengusap kepala Jasmine. “Bagus kau bisa aku andalkan!” katanya.
“Koko tenang saja ingat kata-kata ini. Kerja keraslah sampai cicilan bosmu lunas. Dan bisa beli ruko baru,” ucap Jasmine dengan candaan membuat Nathan terkekeh lucu.
“Kau juga ingat ini Bekerja keraslah sampai kau mendapatkan banyak telepon basa-basi bertanya tentang kabarmu.”
“Ya elah, itu mah mau ngutang Ko,” sela Jasmine.
Keduanya pun kompak tertawa.
Obrolan dan tawa terus berlanjut. Mereka tak menyadari jika dari balkon kamar ada sesosok pemuda yang menatap tajam ke arah mereka dengan wajah mengeras.
Devan mengepalkan tangan, sejak tadi berdiri memperhatikan Jasmine dan saudara tirinya begitu akrab.
Devan bisa menilai tatapan dan perhatian Nathan pada Jasmine bukan tatapan biasa. Ia bisa melihat saudara tirinya itu memiliki perasaan lebih dari sekedar bos dan anak buah pada Jasmine si pelayan yang telah menjadi istrinya.
Ah ... Rasa panas menjalar dalam hati, membuat dadanya sesak melihat cara mereka bercengkerama apalagi saat Nathan mengusap kepala Jasmine.