#SiMujur
Bejo Fajar Santoso, atau Jo, adalah pria berumur 25 tahun yang selama hidupnya selalu diliputi kesialan. Namun, hidup Jo berubah drastis setelah dirinya bertemu dengan Athena Dewi Sarayu, wanita yang disebut-sebut sebagai wanita paling beruntung abad ini. Cantik, kaya, sukses, dan memiliki pacar seorang pengusaha tampan, Tina punya segalanya. Tapi, keberuntungannya lenyap saat nasib sial Jo berpindah kepadanya!
Bagaimana nasib mereka selanjutnya? Dapatkah Tina mengembalikan keberuntungannya, atau akankah Jo akhirnya bisa merasakan keberuntungan seumur hidup? Ikuti kisah mereka disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Merayu Jo
"Jadi, kalian menyerang Bejo saat sedang bersama Tina?" suara Andra terdengar meninggi, matanya menatap lima preman sewaannya dengan tajam. "Apa kalian sudah gila? Tujuan gue menyuruh kalian menghabisi baji*ngan itu adalah supaya dia bisa menjauh dari Tina! Bukan sebaliknya!" serunya marah. Dengan emosi, laki-laki itu lantas meraih stik golf yang ada di ruangannya dan memukulkannya kuat-kuat pada kaki masing-masing preman. Membuat kelima orang itu langsung terjatuh ke lantai kesakitan.
"Dasar otak kosong! Seharusnya sejak awal gue nggak merekrut kalian!" teriaknya sembari terus mengayunkan stik golf di tangannya dengan membabi buta. Barulah setelah puas menghajar mereka semua, Andra membanting benda itu ke lantai.
"Keluar kalian semua!"
Lima orang preman itu bangkit dengan susah payah dan berjalan keluar dengan langkah terseok-seok.
Sementara itu, di rumah Tina.
"Tina, sebenarnya apa rencana kamu?" Yena menginterogasi Tina. "Apa yang ingin kamu lakukan dengan Mas Jo?"
"Seperti yang sudah gue bilang, gue akan bikin dia jatuh cinta sama gue," Tina berkata santai.
"Kenapa harus begitu?"
"Karena gue merasa tertantang! Belum pernah ada satu orang cowok pun yang berani menolak gue! Yang ada, mereka semua itu malah mengejar-ngejar Gue!"
"Bukannya kamu nggak mau menikah dengan dia, kenapa harus repot-repot melakukan itu?" Yena menelengkan kepalanya, merasa penasaran.
Aktivitas Tina yang sedang mengetik di laptopnya terhenti, lalu ia melipat tangannya di depan dada. "Seperti yang Lo bilang, sepertinya Jo adalah orang yang Gue butuhkan saat ini. Wajahnya lumayan, dan dia juga punya keberuntungan Gue, itu yang paling penting,"
"Oh ya?" mata Yena memicing tidak percaya. "Hanya itu saja alasannya? Bukan karena kamu sudah mulai jatuh cinta sama dia, kan?"
"L-Lo gila?" Tina menjawab cepat, meski begitu nada bicaranya terdengar gugup. "Mana mungkin gue suka sama cowok kampung macam dia?"
"Oh, ya udah sih kalau nggak suka, nggak usah sampai berdiri gitu," Yena tertawa geli melihat reaksi Tina yang sedikit berlebihan. "Terus rencana kamu buat bikin Mas Jo jatuh cinta apaan?"
Tina menghela napas panjang, mencoba mengembalikan ketenangannya. "Gue tinggal buat dia tergantung sama gue. Kasih perhatian lebih, tunjukin kalau gue tertarik. Dengan kecantikan dan jurus rayuan maut gue, mustahil cowok itu nggak klepek-klepek," Tina berkata yakin.
"Kamu lupa? Dia aja nolak buat nikah sama kamu, Tina," ejek Yena yang membuat Tina langsung menatapnya kesal.
"Itu karena dia belum tahu pesona seorang Athena Dewi Sarayu yang sesungguhnya,"
"Ya, ya, ya," Yena mengangguk-anggukkan kepalanya. Cukup mengiyakan saja ketimbang harus berdebat panjang dengan Tina.
...----------------...
Esok paginya, seperti biasa Jo sudah bersiap-siap untuk pergi bekerja. Meskipun saat ini seluruh pekerjaan Tina dialihkan ke rumah, Jo tetap harus berangkat pagi-pagi dan berdandan rapi. Kalau tidak begitu, bisa-bisa bosnya yang cantik dan galak itu akan muncul tanduknya.
"Jo! Bejo!" terdengar suara teriakan Pak Sar dari luar kamar. Jo buru-buru membuka pintu.
"Ada apa Pak?"
"Itu, di depan ada yang nungguin Lu,"
"Hah? Siapa Pak?" Jo mulai was-was. Jangan-jangan preman yang waktu itu?
"Itu loh, bos cewek Lu yang cantik banget itu,"
Kening Jo berkerut, lalu ia bertanya dengan ragu. "Bu Tina maksudnya?"
"Iya, itu! Sekarang dia ada di depan nungguin Lu!"
"Ah, masa sih Pak? Ngapain Bu Tina nungguin saya di sini pagi-pagi, salah orang kali!" Jo tidak percaya dengan ucapan Pak Sar.
"Yaelah, Lu kok nggak percayaan sih sama Gua. Ayo cepetan! Kasian dia udah nungguin sambil kepanasan!"
Dengan diseret Pak Sar, Jo akhirnya melangkah keluar dari kos-kosan. Benar saja, saat sampai di sana, sudah ada mobil mewah yang terparkir dengan Tina berdiri bersandar pada badan mobil.
"Bu Tina?" Jo bergegas menghampiri bosnya itu. "Ngapain pagi-pagi ke sini Bu? Saya baru aja mau ke rumah Ibu," Jo bertanya penasaran.
Tina menunjukkan senyumannya yang paling manis, kemudian ia melepaskan kacamata hitam yang bertengger pada hidungnya. "Kenapa lagi? Gue di sini mau jemput Lo," Tina menepuk lembut pundak Jo dengan sedikit menggoda.
Gimana? Lo terharu kan? batin Tina penuh percaya diri.
Jo rampak terdiam lama. Suatu hal yang aneh baginya melihat Tina tiba-tiba bersikap lembut begitu.
"Bu, b-bu Tina mau jemput saya? Ada apa ya Bu?"
Tina tertawa kecil, lalu mendekat lebih lagi. "Ya nggak ada apa-apa. Gue cuma pengen jemput lo aja biar lo nggak capek-capek pergi ke rumah gue," jawab Tina dengan nada manja.
Jo masih menatap Tina dengan heran. Ia mencoba berpikir keras. Sebenarnya apa yang sedang dipikirkan wanita ini? Tidak mungkin Bu Tina mau menjemput aku secara cuma-cuma.
"Oh, saya tahu," Jo tersenyum lebar saat ia merasa mendapatkan pencerahan. Tina juga langsung tersenyum, merasa kalau niatnya pada Jo tersampaikan. "Bu Tina mau minta keberuntungan dari saya kan?"
Senyum di wajah Tina langsung memudar.
"Ya sudah bu, ayo cepat masuk! Jangan sampai perusahaan kita jadi rugi!" Jo buru-buru membuka pintu mobil dan mempersilahkan Tina masuk.
Di dalam mobil, Jo tanpa aba-aba langsung mengaitkan jemarinya ke tangan Tina. Tina yang merasa belum siap menjadi terkejut.
Loh, loh, loh, kenapa malah gue yang deg-degan deh?
Sementara Tina berusaha menenangkan jantungnya, Jo tampak santai-santai saja. Lelaki itu bahkan masih sempat bercanda dengan Pak Supir. Sama sekali tak memperhatikan Tina yang duduk di sampingnya.
"Jo," Tina mulai melancarkan rayuannya. "Kayanya kepala gue pusing deh," ujarnya sembari menyandarkan kepalanya ke bahu Jo.
"Loh, kenapa bu? Apa Bu Tina belum sarapan?"
"Nggak tahu. Tiba-tiba pusing aja. Gue boleh kan bersandar di bahu Lo sebentar?"
"Tentu saja boleh, Bu!" Jo berkata dengan sungguh-sungguh. Tina tersenyum kesenangan.
Huh, mudah sekali menggodanya.
Tina kemudian memejamkan matanya sebentar, tapi kemudian ia terheran-heran saat mendengar ada suara-suara ribut dari luar. Saat membuka mata, ia terkejut karena tiba-tiba Jo sudah mengangkat tubuhnya keluar mobil, kemudian mendudukkannya ke kursi roda.
"Hah? Hah? Apa ini?" Tina jelas kebingungan dengan situasi tersebut. Ia makin bingung lagi saat Jo mendorong kursi rodanya masuk ke gedung rumah sakit. "Kenapa kita ada di rumah sakit?"
"Tenang saja Bu, ibu pasti akan segera sembuh setelah diperiksa oleh dokter," Jo menjawab dengan tegas.
Tina panik. "Jo, gue nggak apa-apa! Gue cuma pusing sedikit, nggak perlu sampai ke rumah sakit segala!"
Jo berhenti sejenak, menatap Tina dengan serius. "Bu Tina, kesehatan itu penting. Kalau Bu Tina sakit, siapa yang akan urus perusahaan?"
Tina menghela napas, merasa kesal dengan perhatian Jo yang sama sekali tidak tepat. "Jo, gue beneran nggak apa-apa. Ayo kita balik ke rumah."
"Tapi Bu—"
"Balik ke rumah! sekarang!"
lagian, orang baru dgn pengetahuan terbatas suruh mikir sendiri..
cemburu boleh tapi jgn gitu juga kali pakai ngaku hamidun segala 😩
wkwk, Tina manas-manasin siti🤭🤭
Selamat membaca bab 28 gaes😘😘
Kasih semangat buat Jo mau ketemu Papa camer😚