Sebelum meninggalkan Kenanga untuk selamanya, Angga menikahkan Kenanga dengan sahabatnya yang hanya seorang manager di sebuah bank swasta.
Dunia Kenanga runtuh saat itu juga, dia sudah tak punya siapa-siapa lagi di dunia ini selain Angga, dan kini Kakaknya itu pergi untuk selama-lamanya.
"Dit, gue titip adik gue. Tolong jaga dia dan sayangi dia seperti gue menyayanginya selama ini" ~Angga ~
"Gue bakalan jaga dia, Ngga. Gue janji" ~ Aditya ~
Apa Kenanga yang masih berada di semester akhir kuliahnya bisa menjadi istri yang baik untuk Aditya??
Bagaimana jika masa lalu Aditya datang saat Kenanga mulai jatuh cinta pada Aditya karena sikap lembutnya??
Bagaimana juga ketika teman-teman Aditya selalu mengatakan jika Kenanga hanya istri titipan??
Lalu, bagaimana jika Aditya ternyata menyembunyikan latar belakang keluarganya yang sebenarnya dari semua orang??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hujan perhatian
Aditya keluar dari kamar mandi sudah di sambut Anga dengan teh hangatnya di depan televisi. Asap yang masih terlihat mengepul di atas cangkir itu menandakan jika teh itu baru saja di buat oleh Anga.
Si istri yang masih terlihat begitu canggung, apalagi melihat suaminya keluar dari kamar madi selalu saja hanya menggunakan handuk sebatas pinggang membuatnya tak berkutik.
Kedua tangannya di atas pangkuan serta tatapan matanya yang terarah kebawah seolah-olah benar-benar menjaga pandangannya dari terkontaminasi pemandangan indah yang di suguhkan suaminya.
"Ini teh buat Mas??"
"I-iya Mas. Tapi Mas ganti baju dulu aja. Anga udah siapin baju buat Mas di kamar" Anga masih tak mau mengangkat kepalanya.
"Beneran Dek??" Anga mengangguk malu.
"Ya udah Mas ganti baju dulu ya, tunggu sebentar"
Setelah Aditya masuk ke dalam kamar, Anga baru berani mengangkat kepalanya,
"Huffftttt" Rasa gugup Anga hilang seketika.
"Dek!!"
"Iya Mas??" Baru saja Anga bernafas lega, tapi Adiknya memanggilnya dari dalam kamar.
"Ada apa Mas??" Anga terkejut karena ternyata Aditya belum mengganti bajunya sama sekali.
"Katanya kamu siapin baju buat Mas, tapi kok nggak ada celana da***nya??"
Pipi Anga langsung memerah seperti kepiting rebus. Dia memang menyiapkan baju untuk Aditya, tapi untuk yang satu itu, bukannya dia tidak tau tempatnya tapi...
"I-itu Mas, Anga..."
"Ayo siapkan buat Mas sekalian" Pinta Aditya setelah memotong ucapan Anga.
Aditya sebenarnya tau kalau Anga pasti malu menyentuh barang keramat itu, tapi Aditya hanya ingin membuat Anga terbiasa. Jangankan menyentuh pakaian dal** milik Aditya saja, mungkin menyentuh isinya juga Aditya ijinkan.
"Iya Mas"
Dengan ragu Anga membuka kemari pakaian Aditya. Kemudian menarik laci kecil yang ada di dalam lemari itu.
Anga memejamkan matanya saat melihat lusinan celana bagian tersembunyi itu. Wajah Anga rasanya benar-benar terbakar.
"Mana Dek??" Desak Aditya sambil menahan tawanya. Benar-benar lucu menjahili istrinya itu.
"Ini Mas" Anga memberikan kain segitiga itu dengan cepat pada Aditya.
"Makasih banyak ya, kamu memang istri yang baik" Puji Aditya tapi Anga merasa belum pantas di sebut demikian.
"Oh ya Dek, kenapa baju kamu masih di koper?? Lemari baju itu masih luas untuk meletakkan baju kamu di sana. Mas bilang jangan sungkan. Kamu Istri Mas, berarti rumah dan seisinya milik kamu juga. Tidak usah menunggu Mas menyuruh kamu, lakukan saja yang menurut kamu benar, ya??" Anga mengangguk ketika mendapatkan petuah lagi dari suaminya.
Sepertinya itu memang resiko Anya menikah dengan pria dewasa. Terlalu terus terang menurut Anga. Tapi Anga suka, karena komunikasi mereka jadi lancar sampai saat ini.
"Sekarang, apa kamu mau lihat Mas ganti baju??"
"Apa??" Anga baru sadar kalau dari tadi Aditya belum memakai baju.
Tanpa kata lagi, Anga langsung melesat keluar meninggalkan Aditya di dalam kamar. Bagaimana mungkin dia mau melihat Aditya yan akan melepas handuknya itu. Melihat lilitan di pinggang berotot itu saja udah membuat Anga malu setengah mati.
Hari semakin malam, Anga harus kembali di hadapkan dengan masalah lagi. Masalah di jantungnya karena harus kembali tidur seranjang dengan Aditya.
Anga menahan nafasnya saat Aditya mulai berbaring di sisinya. Meski jarak mereka masih terbatas dengan sebuah guling, namun tetap saja, Anga tak bisa tenang apalagi feromon Aditya yang begitu kuat membuat Anga semakin tak karuan.
Anga mencoba menetralisir perasaan anehnya dengan tetap tenang sabil mengipasi dirinya dengan buku seperti tadi malam.
"Astaghfirullah, Mas lupa Dek!!" Aditya baru menyadari sesuatu saat melihat Anga mengibaskan buku di wajahnya.
"Kenapa Mas??"
"Bentar ya??"
Anga hanya menatap Aditya yang keluar dari kamar dengan buru-buru. Anga juga mendengar Aditya membuka pintu di luar sana.
Tapi tak begitu lama, Aditya kembali masuk ke kamar dengan membawa kardus yang cukup besar.
"Mas??" Anga sudah ingin menangis melihat gambar yang ada di kardus itu.
Apa yang Aditya lakukan selalu berhasil membuat Anga merasa beruntung karena Kakaknya menyerahkannya pada Aditya.
"Mas beli kipas yang baru karena kayaknya yang lama udah nggak bisa di benerin lagi. Biar kamu tidurnya nggak kepanasan lagi. Tapi cuma kipas angin, bukan AC. Nggak papa kan Dek??"
"Nggak papa Mas. Anga seneng banget. Makasih ya Mas" Mata Anga sudah berkaca-kaca karena bahagia.
Grepp....
Anga tiba-tiba memeluk Aditya yang sedang merangkai kipas angin untuknya.
Entah bahagia karena di belikan kipas angin jadi tidurnya tidak kepanasan lagi atau karena perhatian yang teramat besar dari Aditya, Anga belum bisa membedakannya. Yang jelas dia begitu senang saat ini sampai menangis memeluk Aditya.
"Kok malah nangis??" Bingung Aditya.
"Kenapa sih, Mas Adit baik banget sama Anga??" Aditya selalu menghujaninya dengan perhatian walau pernikahan mereka baru beberapa hari.
"Ya karena kamu istrinya Mas" Jawab Aditya dengan jujur.
"Siapapun wanita yang di cintai Mas di luar sana, pasti beruntung banget"
Tapi wajah Aditya langsung berubah mendengar ucapan Anga. Seolah-olah Aditya tidak setuju dengan pikiran Anga itu. Tapi sayangnya Anga tidak melihat perubahan di wajah Aditya itu karena Anga masih memeluk Aditya saat ini.
"Kalau kamu aja yang Mas cintai mau nggak??"
Deg...
Anga langsung melepaskan diri dari Aditya. Ucapan pria itu membuat Anga kembali tak berdaya.
"Apa maksud Mas??"
Aditya kembali di buat tersenyum oleh wajah gugup dan memerah milik Anga.
"Nggak papa, ayo tidur. Udah malam"
Klik...
Aditya menyalakan kipas yang telah selesai ia rangkai untuk Anga. Istrinya yang kini akan menemani hari-harinya.