Diandra Anastasya Mulawarman(23th) seorang wanita berparas cantik, mandiri dengan karier yang begitu cemerlang. Siapa sangka disaat detik terakhir kepergian sang ibu, dirinya harus menerima kenyataan bahwa ia adalah seorang bayi yang diadopsi dari sebuah panti asuhan.
Berbekal secarik surat dan sebuah liontin, ia berusaha keras untuk bisa menemukan keluarga kandungnya. Dan sebuah kenyataan pahit kembali ia terima, ternyata istri kedua Papanya merupakan dalang dibalik kematian sang ibu.
Dengan menyamar menjadi orang yang berbeda, ia bertekad untuk membalas orang-orang yang telah menghancurkan keluarganya.
" Kau mengambil Papa dari Ibuku. Maka aku akan mengambil tunangan dari putrimu. Raka Syailendra, kau harus jadi milikku."tekadnya dalam hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
VISUAL TOKOH
Buat para readers tersayang, biasa ya author selalu menyelipkan visual tokoh biar lebih semangat bacanya. Semoga kalian suka ya..Kalau nggak bayangin sendiri dech visual idola kalian😊💖
Diandra Anastasya Mulawarman( Asih)
Raka Syailendra
Jonathan
💙💙Selamat membaca🤗💙💙
Livia dan Lilian nampak rapi pagi ini, mereka menuruni tangga sambil menjinjing tas masing-masing.
Livia melirik Asih yang tengah menyapu dan mengepel ruang tamu. Sepertinya rencana Dedy berhasil, ia bisa memanfaatkan gadis kampung itu sebagai pembantu gratis di kediamannya.
Diandra agaknya kesal memperhatikan gelagat Livia dan Lilian yang seolah memandang rendah kepadanya. Namun, ia berusaha untuk tetap bersabar demi mencapai apa yang menjadi tujuannya.
" Ma,, Jangan lupa belikan aku tas dan pakaian yang paling bagus ya. Aku harus nampak sempurna di pesta ulang tahun calon mertuaku." pinta Lilian manja.
" Tentu saja, Sayang. Kau tidak perlu khawatir, Mama akan selalu membuatmu paling istimewa di mata Raka supaya dia tidak akan pernah bisa berpaling darimu. " Livia meyakinkan.
Diandra hanya mendengarkan saja percakapan antara ibu dan anak tersebut. Jika memang keduanya akan pergi, setidaknya ia bisa sedikit lebih leluasa di rumah. Iapun bisa mencari tahu barang kali ada petunjuk yang dapat ia temukan.
" Baiklah. Mama pergi dulu, kau tunggulah pangeranmu sampai dia datang menjemputmu kesini. "
Livia berlalu pergi meninggalkan Lilian yang sepertinya sedang menunggu seseorang. Gadis itu sesekali memperhatikan jam yang melingkar dipergelangan tangannya, ia merasa cukup jenuh lantaran yang ditunggu tak kunjung datang.
Iapun mengamati Asih yang nampak masih mengepel. Timbul niat dalam dirinya untuk menjahili Asih sebagai hiburan baginya sembari menunggu kedatangan Raka.
Saat Asih lengah, Lilian sengaja mengotori kembali lantai didekatnya menggunakan sepatu yang ia pakai.
" Kamu itu bagaimana sih? Lihat, menyapu aja nggak becus. " sindirnya sembari menunjuk lantai kotor di dekatnya.
Asih menghela nafas kasar,
" Memangnya dia pikir aku bodoh apa? Apa perlu kuangkat kakinya supaya jelas jejak sepatu siapa yang tepampang nyata disana. Sabar Diandra,sabar. " ia mencoba menguatkan diri sendiri.
Asihpun mendekat menuju lantai yang ditunjuk oleh saudara tirinya.
" Maaf, Kak. Biar aku bersihkan lagi. " ucapnya memelas.
Lilian tersenyum penuh kemenangan,
" Sepertinya kau sudah mulai bisa sadar diri rupanya. Baguslah kalau begitu. Tapi ingat! Jangan memanggilku kakak lagi. Telingaku rasanya gatal mendengar panggilan itu keluar dari mulutmu." hinanya kembali.
Diandra tak menyangka, ibu dan anak ternyata sama saja. Muncul sebuah ide dalam pikirannya untuk membalas kejahilan Lilian.
Asih mengepel kembali lantai barusan, namun dirinya sengaja membiarkan lantai itu tetap basah oleh sabun. Iapun segera pergi keluar untuk menyiram tanaman yang ada di halaman rumah.
Sebuah mobil mewah memasuki area halaman rumah keluarga Adijaya. Asih rasa itu adalah orang yang sedari tadi ditunggu oleh saudara tirinya.
Benar saja, saat mobil sudah hampir berhenti nampak Lilian dengan begitu sumringah berdiri dan merapikan pakaiannya.
" Tiga..Dua...Satu..." Diandra menghitung mundur.
Bruughhh..Aaawwww....
Gadis itu tertawa melihat Lilian yang baru saja terjatuh.
Lilian menatap kesal kearahnya, tetapi buru-buru gadis itu naik keatas kamarnya untuk mengganti pakaiannya yang basah. Ia tak ingin membuat Raka menunggunya terlalu lama.
Asih masih saja tertawa puas melihat wajah Lilian yang merah padam akibat terjatuh barusan. Tanpa ia sadari, seekor ulat bulu tengah berada diselang yang kini ia pegang.
" Itu balasan untuk gadis sombong sepertinya! " rutuknya dalam hati.
Diandrapun kembali fokus menyiram tanaman, netranya membulat sempurna ketika ulat bulu itu hampir merambat di tangannya.
Aaaaaaa..
Diandra melemparkan selangnya dan melonjak ketakutan. Gadis itu dari dulu merasa geli jika melihat seekor ulat bulu. Ia hampir saja kehilangan keseimbangan tubuhnya karena terlalu histeris.
Namun sebuah tangan kokoh menangkapnya dari belakang. Kedua netra itu kembali bertemu sesaat. Buru-buru Diandra berdiri ketika kesadarannya mulai kembali.
" Te-rima kasih. " ungkapnya sembari menundukkan wajah karena malu.
Raka masih tak bergeming, dirinya merasa mengenali pemilik sorot mata tersebut. Namun, lamunannya langsung buyar saat Lilian kini tengah berada diantara mereka.
Gadis itu sangat geram ketika melihat Raka menangkap tubuh Asih barusan. Namun, ia mencoba menahan diri agar tetap terlihat baik di depan kekasihnya.
" Sayang, ayo kita cepat pergi dari sini. " ucapnya dengan nada penuh kelembutan.
Rakapun mengalihkan perhatiannya pada sang kekasih, kini Asih serasa bagai obat nyamuk saat menyaksikan Lilian yang bergelayut mesra di lengan kekar pemuda itu.
" Oya, dimana Tante Livia? Aku belum meminta izin padanya. "
" Mama sedang mengikuti bazar amal hari ini. Biasalah, Mama paling tidak bisa melihat orang lain dalam kesusahan. " jawab Lilian berbohong.
Raka mengangguk tanda mengerti, iapun segera mengajak sang kekasih untuk pergi bersamanya. Rencananya ia ingin membuat pesta kejutan ulang tahun untuk sang Mama.
Lilian berlalu sembari tersenyum sinis pada Diandra.
" Awas saja nanti, aku pasti membalasmu. " bisiknya sembari berlalu meninggalkan gadis tersebut.
Asih membuang nafas kasar sembari memperhatikan mobil yang berlalu meninggalkan kediaman Adijaya.
" Dasar keluarga muka dua. " rutuknya kesal. Padahal dirinya tadi mendengar sendiri jika Nyonya Livia hanya ingin pergi berbelanja saja.
Bersambung...
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian disini. Kasih like koment rate lima n vote seikhlasnya buat karya terbaruku ya. Makasih sebelumnya🤗