Cinta Yang Tak Terlupakan

Sepekan tinggal bersama dan tidur seranjang membuat Zidan sudah tidak mampu lagi menahan hasratnya. Ia pun sudah bertekad untuk meminta ijin pada kedua orangtuanya Anna untuk menikah lagi.

Cerita Zidan yang sudah kembali dengan wajah baru sudah santer terdengar oleh para pebisnis yang selama ini menjalin kerjasama dengan perusahaan yang digeluti oleh Zidan. Termasuk kelurga Anna.

Tuan Sasmita cukup terkejut dan berusaha menerima Zidan yang sebelumnya mereka sudah kenal karena Zidan adalah dokter Wira yang pernah menangani sakitnya Anna saat Anna hendak mengakhiri hidupnya karena mengalami depresi berat.

Antara rasa syukur karena Zidan sudah kembali dalam kehidupan putri mereka dan juga sedikit kesal dengan perlakuan keluarga Zidan yang selama ini turut menganiaya psikis Anna karena kecelakaan Zidan tiga tahun yang lalu.

"Mommy, Daddy. Aku datang ke sini hanya ingin menikahi Anna karena kami sempat terpisah selama tiga tahun. Biar lebih afdhol saja di hadapan Allah," ucap Zidan di hadapan kedua orangtuanya Anna.

Pria tampan ini datang sendiri ke kediaman mertuanya tanpa sepengetahuan Anna.

"Bukankah kalian sudah tinggal serumah?" selidik tuan Sasmita.

"Benar Daddy. Tapi, kami tidak bisa bergaul sebagai suami istri yang sesungguhnya."

"Apakah Anna tahu tentang rencana ini? Apakah dia sudah siap menerima kamu sebagai suaminya dengan wajahmu yang baru itu, Zidan?" tanya nyonya Lidya.

"Anna masih canggung dihadapanku. Aku juga tidak mau memaksanya untuk menerimaku seutuhnya. Tapi kami butuh sesuatu yang lebih menguatkan cinta kami.

Mungkin dengan cara menikah lagi, Allah lebih Ridho atas hubungan kami. Aku hanya memohon kepada Allah karena Allah mang mampu membolak balikan hati Anna dalam genggamanNya," imbuh Zidan.

"Begini saja Zidan, kalau mau aman cukup kamu saja yang mengucapkan ijab qobul dengan Daddy tanpa perlu ijin Anna. Karena saat ini Anna masih butuh adaptasi lagi untuk menerima kamu sebagai suaminya secara utuh," nasehat tuan Sasmita.

"Baiklah Daddy. Aku rasa itu adalah ide yang bagus. Berarti kita mengundang salah satu kiyai saja untuk melakukan ijab qobul itu?" tanya Zidan.

"Iya nak. Biar urusannya tidak ribet," timpal nyonya Lidya.

"Alhamdulillah. Akhirnya aku bisa menghalalkan istriku lagi, ya Robby," ucap Zidan penuh rasa syukur.

Kedua mertuanya terkekeh mendengar ucapan Zidan. Mereka sangat yakin jika Zidan sangat mencintai putri mereka.

"Zidan. Apakah saat pertama kali kamu bertemu dengan Hanna di rumah sakit itu, apakah kamu sama sekali tidak ingat pada Hanna?" tanya nyonya Lydia.

"Aku memang tidak ingat sama sekali pada Anna saat itu, mommy. Tapi, jantungku berkata bahwa Anna adalah belahan jiwaku. Aku merasakan kerinduan yang sangat mendalam padanya.

Seakan kami sudah lama tidak bertemu dan dipertemukan lagi setelah sekian lama terpisah. Getaran kerinduan itu yang membuat ingatanku pada masa lalu sedikit demi sedikit terkuak. Dan puncaknya aku bertemu dengan ibuku dan memeluknya saat dia mengamuk.

Awalnya aku hanya ingin memenangkannya, tapi entah mengapa aku merasa sekilas potongan masa lalu yang aku lihat pada ibuku sendiri.

Dari situlah aku mulai membuktikan kebohongan orangtua angkat ku yang tega menyembunyikan fakta kalau aku putra orang lain," tutur Zidan sendu.

"Kami paham apa yang terjadi pada kedua orangtuanya almarhum dokter Wira. Mereka rela memberikan wajah putra mereka padamu karena hanya kamu yang membuat mereka bisa tetap melihat wajah dokter Wira. Tapi, ngomong-ngomong tentang kedua orangtuamu, apakah kamu tidak tahu kalau mereka sangat jahat pada putriku?" ucap nyonya Lidya.

"Mommy. Sudahlah...! Yang sudah berlalu tidak perlu diungkit lagi. Itu sama saja cari masalah baru. Biarkan Anna bahagia bersama dengan Zidan. Cinta Anna pada Zidan lebih besar ketimbang perlakuan kedua orangtuanya Zidan pada putri kita," nasehat tuan Sasmita penuh bijak.

"Tapi,...-"

"Sudahlah mommy. Yang penting cintanya Zidan yang dibutuhkan Anna bukan komentar negatif ibu mertuanya. Jangan lagi membuat semuanya menjadi rumit. Kasihanilah mereka yang sudah terpisah sangat lama.

Masa mereka baru bertemu kamu mau langsung di adu domba? Kalau seperti ini terus, kapan mereka bahagianya?" omel tuan Sasmita meninggalkan Zidan dan istrinya yang hanya bisa mendesah kesal.

"Kalau begitu aku pamit pulang dulu mommy. Aku sudah janji mau makan malam dengan Anna. Mumpung Anna sedang ingin selalu bersamaku walaupun masih canggung dan malu-malu padaku."

"Ok. Hati-hati Zidan... Jangan menyerah sekalipun Anna masih enggan untuk menaklukkan hati mu. Dia hanya butuh waktu. Tetap bersabar. Jangan bosan mendekatinya dengan caramu...! Tunjukkan bahwa dia akan datang sendiri padamu tanpa kamu paksa," ucap nyonya Lidya menasehati menantunya itu.

"Ok mommy. Mohon doanya semoga pernikahan kami langgeng." Menyalami mertuanya lalu melangkah keluar dari mansion mewah itu.

...----------------...

Usai upacara pernikahannya digelar singkat di kediaman mertuanya yang hanya dihadiri segelintir orang untuk mengukuhkan lagi tali pernikahan itu, Zidan sudah siap untuk melakukan tugasnya sebagai suaminya Anna.

Apalagi saat ini Anna baru selesai menstruasinya. Itu berarti Anna siap melakukan tugasnya sebagai istri karena mereka belum sempat melepaskan masa lajang.

Perawan dan bujang yang tinggal seatap dan tidur bersama harus menahan gejolak birahi karena sang istri yang belum siap menerima wajah baru sang suami.

"Aku harus menggoda Anna agar ia menatap ku sebagai lelaki dewasa. Kali ini sudah tidak lagi ada alasan menahan diri karena aku cukup tersiksa melihat gaun tidur Anna yang selalu tersingkap dengan menampilkan paha mulusnya.

Belum lagi segitiga warna warni yang selalu menggodaku untuk membukanya agar bisa melihat seperti apa bentuk seorang gadis perawan," desis Zidan yang tidak terasa sudah tiba di depan gerbang mansionnya.

Pintu pagar itu bergeser sendiri karena perintah google melalui ponselnya Zidan.

Suara deru mobil dibawah sana menyadarkan Anna yang saat ini sedang menyiapkan makan malam untuk mereka berdua. Hanya menyalakan lilin bertingkat itu yang menghiasi diatas meja makan minimalis untuk mereka berdua.

Anna tampil cantik malam itu dengan dress hitam membentuk tubuh seakan sedang mempersiapkan dirinya untuk melewati malam pengantin mereka yang sempat tertunda.

Apakah seperti itu yang dilakukan Anna saat ini? Entahlah karena belum tahu setelah makan malam itu.

"Assalamualaikum sayang...!" sapaan suara bariton Zidan membuat Anna tersenyum padanya dan mengulurkan tangannya untuk mencium punggung tangan suaminya.

"Waalaikumuslam."

"Apakah ada acara spesial malam ini, sayang?" tanya Zidan yang makin horney saat meraup aroma parfumnya Anna yang mampu membangkitkan syaraf lelakinya untuk menyentuh wanita dihadapannya ini.

Ditambah lagi Anna berdandan lebih cantik dengan menggunakan perhiasan mahal.

"Aku ingin makan malam romantis denganmu, Zidan. Duduklah...!" ucap Anna hendak mengambil tempat duduknya namun tubuhnya ditarik lagi oleh suaminya sehingga tubuh seksi itu spontan membentur dada bidang Zidan.

Anna mendongakkan wajahnya menatap wajah tampan suaminya dengan tatapan sayu. Zidan fokus melihat bibir pink Anna yang basah untuk memancingnya memagut bibir lembut itu. Anna memejamkan matanya karena tahu apa yang diinginkan oleh suaminya.

"Aku ingin kita bercinta sayang...!" bisik lembut Zidan membuat mata Anna membeliak.