Hana Deborah, putri angkat dari mendiang seorang mucikari ternama di kota Camelot! yang mencoba untuk tetap kuat menjalani pahit nya kehidupan pasca ditinggal sang ibu! ketidaktahuan Hana perihal pekerjaan sang ibu angkat membuat gadis itu selalu di pandang rendah oleh orang-orang sekitar bahkan sahabat nya sendiri.
'Wanita mana yang rela menyakiti hati perempuan lain?'
Hal itu terus saja berputar di pikiran Hana, namun Raya meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja!
Keberuntungan yang berpihak pada Raya membuat Hana akhirnya tunduk dan menuruti keinginan sahabatnya untuk menjadi wanita penggoda bagi Edward.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JackRow, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SPG-31
Segala caci maki yang dilontarkan Bertha terhadap dirinya membuat Hana membeku, ia ingin membantah namun gadis itu tahu betul bagaimana watak Bertha,
Hana akhirnya memilih untuk beranjak tanpa sepatah katapun, ia tak ingin membela diri bukan karena rasa takut! tapi lebih pada menghindari percekcokan yang mungkin bisa jauh lebih panjang jika ia membuka suara.
Sangat jelas! siapa yang begitu pandai membual dan memutar balikkan fakta,
Edward beranjak ia mengacuhkan sang istri yang sempat meneriakkan namanya, pria dengan tubuh tinggi tegap serta rambut hitam pekat itu justru melangkah lebar dan mencoba menghentikan Hana.
"Hana! kita harus bicara, aku mohon!" Edward sedikit meninggikan suara sebelum akhirnya berhasil menghadang langkah kaki Hana.
"Tolong menyingkir lah Tuan! saya hanya ingin pergi dari sini secepatnya! jangan semakin membuat orang-orang menatap saya dengan wajah sinis mereka! itu sungguh membuat saya tidak nyaman! jadi tolong-, jangan menghalangi langkah saya!" Hana kembali menunduk, ia sengaja menghindari tatapan Edward yang terus mencoba mendapatkan atensi dari dirinya.
"Hana ..., kau belum menjelaskan apapun! kenapa justru pergi begitu saja?"
"Penjelasan seperti apa yang Tuan inginkan? bukankah Nyonya Raya telah menjelaskan semuanya?" Hana tersenyum getir, jemarinya kini melerai perlahan belenggu cengkeraman Edward dari lengannya.
"Hana-,"
"Anggap saja semua yang dikatakan oleh istri Anda itu benar adanya! saya minta maaf!" Hana menyeka kilat buliran air mata yang jatuh di pipi sebelum akhirnya melangkah cepat meninggalkan Edward yang berdiri mematung di beranda cafe.
Tidak Hana! aku tak akan membiarkan dirimu jatuh dan hancur seorang diri!
Edward mengepalkan telapak tangan, pria itu terus tertunduk menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca meski telinga nya kini menangkap suara langkah kaki dari seseorang.
"Apa yang kau harapkan dari wanita seperti Hana, Edward? lihatlah dia tak mampu berkata apapun bukan? itu semua karena dia tak mampu menyanggah fakta yang sesungguhnya! jadi kenapa kau bersedih bahkan turut menjatuhkan air mata seperti ini? hmmm?" Bertha berucap lembut, jemarinya kini tampak membelai punggung sang suami yang masih berdiri bungkam dengan kepala yang tertunduk dengan semakin dalam.
Dirimu benar-benar keterlaluan Bertha!
Edward mengalihkan pandangan, ia kini berhadapan serta menatap Bertha dengan wajah dingin.
"Ed-, tak bisakah kita memperbaiki semuanya? biarkan Hana pergi! aku istri mu, Edward! apa kau tak merasa bersalah padaku atas semua kelakuan buruk yang telah kau lakukan dibelakang ku bersama Hana? aku juga seorang wanita!! aku memiliki perasaan, hatiku sakit setiap kali kau memilih untuk pergi dan menemani Hana hampir setiap malam!" Bertha berbicara dengan wajah sendu, mencoba meyakinkan dan membuat Edward kembali bersikap hangat seperti sediakala.
"Aku lelah!"
"Edward!"
"Apa kau benar-benar mencintaiku? atau hanya sekedar mencintai harta ku, Raya?"
Perkataan Edward kembali membuat mata Raya terbelalak, wanita itu kini semakin meninggikan dagu dan mencoba meraih atensi suaminya yang terus berpaling acuh.
"A-apa? kenapa kau memanggilku dengan sebutan seperti itu, honey?"
"Siapa sahabat yang kau khianati di masa lalu? apa kau bisa jujur padaku?" ketus!! itulah nada suara Edward, ia bahkan tak peduli saat beberapa pengunjung cafe tampak memperhatikan dengan seksama raut wajahnya.
"Edward! kenapa kita harus membahas hal itu disini? lagipula dia sama sekali tak ada hubungannya dengan kita!"
"Benarkah? apa kau yakin? bukankah sahabat yang kau khianati itu Hana? aku tak mungkin salah dengar! kau tertawa puas dalam sebuah percakapan telepon dengan seseorang dan selalu menjelekkan nama Hana! bahkan jauh sebelum aku mengenalnya! katakan Bertha!"
"Edward! please -, apa kau ingin membalikkan keadaan dengan mengungkit kesalahan ku dimasa lalu?"
"Terserah! aku sungguh tak bisa lagi berhadapan dengan manusia picik seperti mu!"
Edward memalingkan wajah, ia kembali melangkah dengan acuh, pria itu bahkan mendorong kasar tubuh Bertha karena sang istri mencoba untuk menahan lengan kekarnya.
"Edward!!! tunggu-, buka pintunya! Edward!!! Ed-,"
Teriakan Bertha pun lagi-lagi teracuhkan, Edward semakin menampilkan sikap dingin dengan membanting dan menutup rapat kaca hypercar miliknya sebelum akhirnya melaju dengan kecepatan di atas rata-rata.
*****
Ayolah Hana ..., jangan seperti ini! kau harus segera pulang ke apartemen! cobalah untuk membereskan semuanya mulai dari sekarang,
Hana menghela nafas dalam, ia akhirnya menegakkan gesture duduk sembari melayangkan tatapan ke area sekitar.
"Astaga!!! apa yang kau lakukan Tuan?" gadis itu tersentak dan seketika memegangi dada.
"Kau butuh hanky? atau mungkin tissue?" William mengulurkan kedua tangan, dimana benda penghapus air mata berada di atas telapak tangannya.
"Tidak! terima kasih Tuan!" Hana berbicara lembut sebelum akhirnya tertunduk sendu.
Suasana tampak hening sesaat,
William pun semakin terpukau saat pandangan nya terus memperhatikan paras ayu Hana, netra pria itu seolah tak ingin beralih.
"Kenapa kau menangis, Nona? apa seseorang telah menyakiti mu?" pria itu kembali membuka suara hingga sang gadis menoleh dan beradu pandang dengan dirinya.
"Bukan apa-apa ..., hanya ingin menumpahkan sedikit rasa sesak di dalam sini!" jemari Hana tampak menepuk lemah area dada.
"Benarkah?"
"Begitulah!" Hana kembali menampilkan senyum, gadis itu menghela nafas dalam sembari menebar pandangan ke atas cakrawala.
"Aku bisa menjaga rahasia jika kau ingin bercerita tentang keburukan Edward atau mungkin istrinya!" William berujar ketus dengan wajah serius.
Hana terkekeh, ia akhirnya meraih hanky yang masih berada di atas telapak tangan William sebelum akhirnya ia kembali membuka suara.
"Apa Anda membenci mereka?"
William sedikit menundukkan kepala, pria itu semakin gugup saat Hana terus menatap ke arahnya dengan tersenyum.
"Apa kau tak membenci mereka? aku-, aku tahu kau menangis karena kedua orang itu, Nona! maaf! aku tak sengaja melihat mu berada di Glutera cafe bersama Edward!"
"Aku? aku hanya membenci kelakuan mereka Tuan! aku tidak bisa membenci manusia nya! walau bagaimanapun -, mereka telah banyak membantu ku,"
"Membantu mu?"
Hana mengangguk dengan senyum yang kian memudar.
"Tapi-, bagaimana bisa Anda tahu bahwa saya berada di Glutera cafe sebelumnya? apa Anda sengaja mengikuti ku?"
"Tidak! tidak-, sungguh! aku hanya tak sengaja berhenti dan beristirahat bersama para geng motor besar tepat di seberang jalan! jadi aku-,"
"Apa??? astaga!! Anda merupakan ketua geng motor?!" mata Hana membulat sempurna ia juga terus menampilkan raut wajah penuh tanya dihadapan pria yang selalu muncul dan berbicara padanya dengan tiba-tiba.
"Bukan!!! bukan seperti itu, Nona-,"
Aduuh bagaimana ini? apa dia akan menjauhi ku jika diriku mengatakan yang sebenarnya? oh William, kau ini sungguh ceroboh!!!
"Tuan? William! apa Anda baik-baik saja?"
Lambaian telapak tangan Hana di depan wajahnya seketika membuat William kembali tersadar dan nampak semakin gugup.
"Eeee-iiya! aku-, sepertinya begitu!"
"Jadi? Anda benar-benar ketua geng motor?"
"Tidak!! maksud ku-, aku iya! astaga ada apa dengan ku?" William justru tertunduk sembari memejamkan mata.
"Jadi beberapa kerusuhan yang sempat terjadi di sekitar area taman kota ini, apa itu ulah dari para anggota genk Anda, Tuan William?" Hana melontarkan pertanyaan dengan tampak hati-hati, saat menyadari sesuatu.
"Itu ..., apa kau sempat memergoki ku Nona?"
"Entah! saya juga kurang yakin! tapi-, saya ingat betul dengan kendaraan yang hampir menabrak nenek-nenek yang berjalan beriringan dengan saya saat kami ingin menyebarang!"
"Benarkah?" mata William membuat sempurna, pria itu kini terlihat mengeluarkan keringat dingin pada dahi.
"Atau jangan-jangan-,"
"Tidak Nona Hana! dirimu sungguh salah paham! aku sama sekali tak bermaksud untuk membuntuti mu! aku hanya-, aku hanya tertarik padamu dari awal kita bertemu! aku tak memiliki maksud lain, sungguh!"
Mendengar perkataan William, Hana seketika tersenyum lebar gadis itu bahkan terlihat menahan tawa.
"A-apa? kenapa kau justru tertawa seperti ini, Nona?"
"Panggil saja namaku! kenapa harus memberikan sebutan Nona? apa aku lebih tua darimu?"
William kembali membeku, ia tak menyangka bahwa Hana bisa bersikap hangat pada sosok asing nan aneh seperti dirinya.