NovelToon NovelToon
Cewek Galak Itu Milikku

Cewek Galak Itu Milikku

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Playboy / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:13.1k
Nilai: 5
Nama Author: nlras

playboy x cewek bar bar x musuh jadi cinta

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nlras, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 28 | Perasaanya mulai gundah

"Gue jadi curiga kalau kriteria cewek idaman Arga itu berubah jadi cewek yang galak, suka marah-marah,gak mau diatur deh." Aldo menimpali.

Arga melemparkan tatapan sinis. "Dia itu cuman asisten gue!"

Tawa Aldo langsung pecah. "Kan..kann ketahuan. Padahal gue gak ada nyebutin nama, ehh dia malah langsung nyebutin clue nya. Hayo lhooo, Argaa. Lo suka yaa sama Naura?"

"Gue yakin sih kalau status Naura itu bakalan naik jadi Ratu. Ini bukan kasus yang pertama ada cewek yang Arga jadiin asisten, selama ini selalu bertahan satu sampai dia Minggu aja kerena Arga muak. Tapi yang sekarang udah satu bulan lebih, mana udah detail banget tahu tentang tuh cewek." Andre ikut menyudutkan Arga.

Seandainya saja Andre tahu kalau Arga sudah mengenalkan Naura kepada kedua orangtuanya. Dan lebih parahnya kedua orang tua Arga tahu kalau Arga dan Naura pacaran. Mungkin anak Valkyrie akan makin heboh.

Arga mendengus, dia beranjak dari tempat duduknya. Menuju kearah kasur dan merebahkan dirinya keatas kasur. "Dia bukan tipe gue!"

"Halah, bullshit! Ngomong dia bukan tipe lo, tapi lo nyuruh gue buat cari tau tentang dia. Sampai gue dipaksa ketemu sama kakaknya Naura lagi. Lo ngaku aja kali, Ga. Lo pasti suka kan sama Naura?" Aldo membuka rahasia Arga.

Arga menggeram kesal, dia langsung terduduk dan melotot tajam ke arah Aldo. "Sialan lo, Do!"

"Udah jelas kalau Arga itu tertarik sama Naura. Ngeliat Zaidan ngedeketin Naura aja udah langsung marah. Kalau gak suka sih biasanya santai aja." Andre mencibir.

"Gue tahu kalau Zaidan itu anak yang gak baik. Tuh cewek juga keliatannya masih polos, kalau dia di apa-apain gimana?" Tanpa Arga sadari dia malah makin menyudutkan dirinya sendiri. Sahabat-sahabat Arga langsung heboh, makin sangat yakin kalau Arga tertarik dengan Naura.

"Biasanya juga lo yang kayak gitu ke cewek. kenapa sekarang malah lo gak terima kalau ada yang kayak gitu ke Naura?" tanya Rafi.

Skak mat!Arga langsung tidak bisa berkata-kata lagi. Dia menjatuhkan kembali tubuhnya ke kasur, menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.

"Udah gue mau tidur. Kalian mau ngapain ya terserah kalian!" Arga memilih untuk menghindari pertanyaan lainnya. Ini adalah hari kedua Arga rusak bertemu dengan Naura. Pikirannya mulai melayang, memperkirakan Naura sedang apa saat ini. Pasti gadis itu senang saat ini tanpa kehadirannya.

"Ga, gimana kalau Naura jalan sama Zaidan?" tanya Aldo.

"Ya gue bakal ngamuk lah! Udah di bilang kalau tuh cowok itu gak baik." Arga hanya menjawab dalam hati.

Arga hanya terdiam.

"Eh Ga, mau kemana lo?" Tanya Aldo

Arga tiba-tiba bangun dari tempat tidurnya, berjalan menuju walk in closet dan mengambil jaket yang sudah tertera rapi disana. Tidak hanya Aldo saja yang heran, tapi seluruh sahabat Aga juga ikut heran. Kenapa tiba-tiba saja Arga ingin pergi.

"Gue mau cari angin bentaran," ucapnya singkat.

"Cari angin sore-sore gini? Lo berdiri aja di balkon, pasti banyak angin," ucap Andre. Mereka bertiga sedang asik bermain game, kalau nanti Arga pergi, lalu bagaimana dengan mereka.

"Kalian disini aja. Bokap gue juga pulangnya seminggu sekali, sekalinya dia pulang juga gak pernah naik ke lantai atas. Kalau nyokap palingan dia masih sibuk di butiknya," kata Arga.

Aldo dan Rafi saling bertatap-tatapan, bingung dengan kelakuan Arga. Apakah nyawa Arga sudah terkumpul karena baru saja bangun dan langsung pergi. Tetapi, mereka tidak begitu memperdulikan Arga. Mereka berlanjut bermain game, mungkin ada hal yang penting dan mendadak teringat. Selagi arga tidak meminta bantuan, mereka tidak ingin repot-repot membantu.

"Sahabat lo yang satu itu aneh banget," celetuk Andre.

"Sahabat lo juga kalii, Dre. Palingan dia lupa kalau hari ini ada janji sama cewek. Tuh anak kan biasanya kayak gitu," kata Aldo.

"Ya juga sih. Yaudahlah lanjut main aja," ucap Andre.

"Yoi, nanti Arga juga bakalan balik lagi. Ya meskipun sekarang gue penasaran dia mau kemana. Tapi game ini lebih penting," sahutnya dengan senyuman lebar.

Arga berjalan cepat menuruni anak tangga. Sebenarnya dia juga bingung kenapa dia saat ini ingin pergi keluar, jalan-jalan menikmati sore. Ada sesuatu yang mendesaknya dari dalam, memaksanya untuk bangkit dari tempat tidur, keliling kota. Entah apa yang dia pikirkan.

"Sebenarnya ini gue mau kemana ya?" tanya Arga pada dirinya sendiri. "Ah, bodo amat deh. Kayaknya gue suntuk beberapa hari ini dirumah doang."

Motor kesayangan Arga melaju meinggalkan kediamannya. Satpam yang menjaga di pos keamanan juga keheranan melihat Arga yang pergi hanya sendiri. Karena seingatnya pagi tadi teman-teman Arga datang dan belum terlihat pulang, tapi kenapa hanya Arga saja yang keluar.

Sore di jalanan ibu kota, pasti sore ini lagi macet. Arga keheranan dengan dirinya sendiri, kenapa harus keluar saat jam orang pulang kantor.

"Aduh Arga lo nyari apaan sih?" Arga bermonolog. Karena tidak punya tujuan yang pasti, Arga memilih untuk memperlambat laju motornya. Menikmati suasana khas ibu kota pada sore hari.

Sebenarnya ini bukan kali pertamanya Arga jalan tanpa tahu harus tahu arah dan tujuannya. Sering sekali dia lakukan saat perasaannya mulai gundah. Ketiga sahabatnya memang sangat pengrtian kepadanya, mereka memberi warna dalam hidup Arga. Mereka selalu ada saat Arga membutuhkan bantuan. Tetapi, mereka belum bisa mengisi kekosongan hati Arga. Kekosongan itu hanya bisa diisi oleh orang yang Arga anggap spesial dan sangat berharga bagi hidupnya.

"Apa gue masuk kedalam fase itu lagi ya," gumam Arga.

*

*

*

"Gimana enak gak ketopraknya?" tanya Zaidan. Naura mengangguk, pilihan Zaidan memang mantap.

"Ini enak banget, baru kali ini gue makan ketoprak yang seenak ini. Mana kaki lima lagi. Lo bisa tahu tempat ini dari mana, Dan?" tanya Naura.

Naura kini mulai nyaman dengan Zaidan, ternyata tidak sulit bagi Zaidan umtuk menarik Naura dalam tipu dayanya. Gadis yang katanya galak, ternyata sangatlah polos. Zaidan menduga karena kurangnya Naura bergaul dan tidak memiliki banyak pengalaman.

"Gue suka makan di tempat pinggir jalan kayak gini, karena kebanyakan rasanya enak-enak dan harganya juga ramah di saku pelajar," jawab Zaidan.

Naura mengangguk menyetujuinya, meskipun dia berasal dari keluarga yang berada, sesungguhnya Naura tidak rela jika uangnya habis untuk mencicipi makanan yang harganya jutaan rupiah di restoran mahal. Kalau dipikir-pikir uang jajan Naura juga banyak, tetapi dia leboh memilih untuk di tabung dari pada untuk di bayar keperluan yang lain atau tidak begitu penting.

"Emmm bentar, Nau." Zaidan meminta Naura untuk berhenti makan.

"Kenapa, Dan?" tanya Naura.

Zidan mencondongkan badannya ke depan, tangannya bergerak untuk menyingkirkan sisa makanan yang berada di sudut bibir Naura. Sikap Zaidan nyaris membuat Naura jantungan, tidak percaya kalau Zaidan akan seromantis ini. Naura tersenyum kaku, keuda sudut bibirnya sulit terangkat saking kikuknya.

"M-makasih," ucap Naura

"Lo lucu ya, makan kayak anak kecil. Belepotan," ledek Zaidan. Dia mengulum senyumnya, jantung Naura saat ini makin tidak aman dibuatnya.

Naura memilih untuk menunduk, menyembunyikan wajahnya yang saat inn memerah. Butuh waktu beberapa menit bagi Naura untuk menetralkan detak jantungnya yang berdebar, mengangkat kepala agar bisa kembali berinteraksi. Zaidan mencebik, bahwa makin kesini dia makin tertarik dengan Naura. Rencana awalnya kini berjalan dengan lancar. Hari ini cukup sampai disini, yang terpenting dia sudah berhasil menciptakan image yang positif di mata Naura.

"Habis ini kita langsung pulang aja ya, takutnya nanti kena macet terus lo pulangnya telat lagi."

Naura mengangguk. "Makasih ya udah ngajak gue keliling Jakarta ya, Dan. Pengalaman pertama dan cukup menyenangkan."

"Lo suka?"

"Iya," jawab Naura dengan senyum tipis.

Zaidan mengulas senyumnya. "Gue senang kalau lo suka, padahal gue cuman ngajak lo keliling dan makan ketoprak di pinggir jalan gini. Besok deh kita ketempat yang paling hits di kotaini."

"Besok?" tanya Naura.

Zaidan mengangguk. "Mau gak? Anak-anak seumuran kita juga banyak yang ke sana. Nongkrong doang sih."

Naura berpikir keras, dia mau-mau aja dengan ajakan Zaidan tapi dia takut dengan Satya. Mama sama Papanya juga jarang dirumah, jadi seluruh aktivitas dan kegiatannya dipantau dengan Satya. Lebih tepatnya Satya yang membatasi pergaulannya selama ini. Dia tidak ingin jika adikknya terjerumus ke dalam pergaulan yang berdampak negatif.

"Nanti gue kabarin lagi deh, soalnya gue gak bisa pergi lama-lama. Kakak gue protektif banget, ini jga gue bisa keluar karena dia belum pulang."

Zaidan mangut-mangut. Paham kalau yang membuat Naura sangat polos dan lugu itu adalah kakaknya sendiri.

"Oke, gue bakalan senang banget kalau lo mau ikut gue besok."

1
rfah
semangat thorrrr nulisnyaa
azalea
jangan lupa di like yaa man temann :)
azalea
jangan lupa like gaisss:)
rfah
semangat thorrrr
Marry Pang
bagus
AHMAD ZAKARIA HARAHAP
baguss
AHMAD ZAKARIA HARAHAP
bagusss
Jannah Sakinah
semangat Thor nulisnya. rajin update ya🌺
ist_goliteratur
AAAAA jadi keinget teman aku, yang punya sifat yang hampir sama kayak Nau.
rfah
lanjuttt
azalea
bantu support yaa gaiss heheheh
rfah
lanjuttt
rfah
bagusss
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!