Bukan terjemahan ya gaes.
Lan mei seorang yang ceria, dia baru lulus dari fakultas ke dokteran. Dari kecil dia sudah belajar bela diri dari ayahnya yang seorang guru bela diri. Hanya saja sewaktu dia kecil ibunya meninggal karena sakit, jadi dia ingin belajar kedokteran takut ayahnya sakit seperti ibunya.
Tapi naas kekasih dan temannya punya niat buruk, mereka berselingkuh di belakangnya dan berencana membunuhnya di karenakan sang teman iri dengan nilai nilai Lan mei yang bagus dan sudah mendapat undangan masuk ke dalam tim rumah sakit ternama sebagai ahli bedah dan racun. Mereka berdua merancang kecelakaan mobil, dan di detik kematiannya dia mengetahui bahwa itu ulah mereka berdua.
Tapi Lan mei tidak pergi ke surga ataupun neraka, tapi dia pergi ke jaman kuno. Menjadi anak seorang Menteri sayap kiri, yang gemuk, bodoh dan tidak tahu apa - apa, wajah jelek penuh jerawat besar.
Tunangan putra mahkota, tapi adik tirinya ingin merebut tunangannya.
Ayah bajingan hanya.. lihat prolog
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Harefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 23 Segerombolan Hewan Spritual
"Bayi siapa itu?" Tanya xiao puci yang sudah berdiri di belakang Lan Mei. Ketika wanita itu masuk kedalam ruang dimensi dia sudah memperhatikannya. Dai mengkerutkan keningnya melihat Lan Mei menggedong sesuatu yang berbulu di lengannya
"Ini saya bertemu induk rubah yang terluka, dan dia menyuruh saya menolong anaknya." Lan Mei menjelaskan dari mana dia mendapat bayi rubah tersebut.
"Dan kami sekarang sudah terkontrak, tolong kamu jaga dia ya... ketika saya tidak masuk ke ruangan ini." Dia ingin kedua hewan kontraknya saling menolong satu sama lain di kemudian hari.
"Wah, wah, kenapa saya sekarang menjadi perawat bayi? Tadi anda memasukan kelinci nakal itu, sekarang saya menjadi baby sitter. Nona! anda salah mempergunakan saya." Dia protes atas perkataan Lan Mei, dia hewan spritual yang di gunakan untuk berkelahi dan membunuh, bukan hewan yang di tugaskan menjadi kepala rumah tangga. Ini sangat melenceng, pikirnya.
"Xiao pu, sekarang kalian sudah menjadi satu keluarga, jangan seperti itu kepada adikmu" Lan Mei menasehatinya seperti seorang ibu yang menasehati anak tertuanya.
"Adik? adik! Kapan saya mengadopsi adik?! Nona, anda spertinya semakin mencurigakan. Apakah anda berniat membangun panti asuhan di dalam ini." Dia berdiri tegak memandang Lan Mei, dia ingin konfirmasi sekarang.
Lan Mei menoleh, melihat tingkah Xiao Pu yang dia anggap menggemaskan. "Ck, xiao pu, kamu terlalu banyak berfikir. Lakukan saja, apa kamu tidak mau melepaskan kutukanmu?"
Dia terdiam ketika mendengar perkataan Lan Mei yang mengancam. Dia meluruhkan kembali tubuhnya menjadi lebih santai, karena tidak ada gunanya menentang tuannya ini.
"Baiklah, baiklah, satu bayi ini saja jangan bawa bayi yang lain."
Dia menyetujuinya dengan terpaksa. Dengan mata yang tidak bersemangat dia membulatkan tubuhnya memandang nanar ke arah Lan Mei dan kemudian sibuk dengan dunianya sendiri.
Di luar, di dalam hutan kematian. Di tempat Lan mei menghilang, segerombolan binatang spritual sedang merasa kecewa. Mereka melihat sekeliling area tersebut, dan karena kekesalan itu ada di antara mereka yang berkelahi.
Mereka membuat suara gaduh, yang bisa di dengar Lan Mei sampai ke ruang dimensi sehingga Lan mei tidak berani keluar.
"Aku mencium bahwa rubah merah ilahi itu ada di sekitaran sini tadi" ucap salah satu binatang, dia tidak pernah salah, karena penciumannya sangatlah tajam walau jarak 100 meter, dia dapat memprediksinya.
"Iya benar, sepertinya ini bekas darahnya" ucap yang lainnya, sambil mengendus -endus tempat tadi sang induk rubah berbaring dan menghilang. Mereka sangat merasa kesal karena datang terlambat, hanya beberapa detik.
"Dia sudah mati." Ucap suara bariton dari si raja hutan. Yang lain tidak bisa protes, karena jika dia sudah berkata, berarti itu benar.
"Wah, sayang sekali, padahal tubuhnya bisa kita gunakan untuk meningkatkan kultivasi kita." Sahut yang lain. Tentu saja mereka sangat menyayangkan keterlambatan mereka, mereka tidak menyangka bahwa rubah itu bisa menghilang.
"Bagaimana dengan bayinya?" "Apakah bayinya ikut mati bersama perempuan rubah itu?" Yang lain bertanya.
"Entalah, tidak ada tanda - tanda kehidupan rubah di sekitar sini" ucap si raja hutan itu lagi.
"Hanya saja, saya mencium samar bau manusia sekitar sini." tambahnya
"Dia mana? di mana? biar kita bisa memakannya. Aku sudah lapar." seru para binatang itu, dia berlari mendekat ketika salah satu temanya mengatakan ada manusia di sekitar sini.
Lan mei mendengar semua apa yang mereka bicarakan. Dia bergidik ngeri mendengar percakapan para hewan itu.
Tunggu, tunggu, kenapa aku bisa mendengar mereka berbicara? Apakah hewan - hewan itu semuanya hewan spritual?
Apakah jika aku memakan salah satu dari mereka, aku juga bisa berkultivasi dengan cepat?
"Tentu saja bisa nona" jawab xiao pu yang bisa mendengar kata hati tuannya.
Wah wah
"Xiao Pu, bisakah aku mengintip mereka, agar aku bisa memilih hewan mana yang hendak kutangkap dan akan ku makan?"
"Nona, anda tidak bisa mengintip seperti anda berdiri di balik pintu. Jika keluar langsung keluar." Kucing kecil itu menjelaskan.
Lan mei cuma manggut manggut.
"Jika anda pengen tahu, mereka adalah klan Serigala dan klan Singa putih. Mereka memang sudah membuat perjanjian untuk menangkap Rubah betina merah itu dan membaginya, yang satu mendapat ibunya dan bagian lain mendapat bayinya."
"Oh ck, mereka srigala dan singa, saya tak pernah makan jenis hewan seperti itu."
"Jadi apa yang bisa anda makan nona"
"Rusa, kelinci, ayam dan babi. Itu biasa saya makan. Kalau hewan yang di lindungi negara saya tak pernah makan?"
"Di lindungi negara? Maksud anda? Setahu saya di sini tidak ada yang di lindungi. Semuanya siapa yang kuat dia yang selamat."
"Ah, iya iya ck, hampir lupa saya di zaman kuno rupanya" ucapnya pelan.
Xiao Pu hanya menggeleng kepalanya, tidak faham apa yang di maksud tuannya.
Untuk menunggu waktu agar para hewan itu pergi, dia mulai memilah tanaman herbal yang dia dapat. Sebagian dia tanam dan sebagian lagi dia membuat ramuan.
Di waktu senggang begini dia mulai mencoba membuat ramuan herbal itu menjadi pil, tapi percobaan awal masih gagal. Sepertinya ada bahan lain yang harus dia cari untuk menyempurnakan pil herbal yang dia buat.
Bahan yang bisa membuat pil tersebut menyatu sempurna dan tidak pecah, serta menghaluskan permukaan pil agar tidak terlihat kasar.