NovelToon NovelToon
Suamiku Dokter Tampan

Suamiku Dokter Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cintamanis / Dokter Genius / Dokter Ajaib / Dijodohkan Orang Tua / Trauma masa lalu
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Icut Manis

"ABANG HATI-HATI!!!" teriak seorang anak kecil menarik tangan Arrazi yang berdiri diatas pagar jembatan. Hingga keduanya terjatuh di alas jembatan yang berbahan beton.
"Aduh!" rintih gadis kecil yang badannya tertindih oleh Arrazi yang ukuran badannya lebih besar dan berat dari badan kecilnya. Laki-laki itu langsung bangun dan membantu si gadis kecil untuk bangun.
Setelah keduanya berdiri, si gadis kecil malah mengomel.
"Jangan berdiri di sana Bang, bahaya! Abang emang mau jatuh ke sungai, terus di makan buaya? Kalo Abang mati gimana? Kasian Mami Papinya Abang, nanti mereka sedih." omel gadis kecil itu dengan khawatir.
Menghiraukan omelan gadis kecil di depannya, Arrazi menjatuhkan pantatnya di atas jembatan, lalu menangis dengan menekukan kedua kaki dan tangannya menutupi wajah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icut Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 8 : MAKAN SIANG

"Daniah!' panggil seseorang di belakang, Daniah memutar badannya menyahuti panggilan itu. Seorang laki-laki berpenampilan formal dengan kemeja putih berdasi dan balzer serta celana berwarna navy itu berhenti tepat di hadapan Daniah sambil memberikan senyuman.

"Kakaknya Ehsan." sebut Daniah. Ia masih ingat dengan laki-laki di hadapannya ini. Laki-laki yang bertemu dengannya di ruangan Arrazi.

"Dhafir, itu nama saya." ujar Dhafir memperkenalkan namanya.

"Oh , iya. Mas Dhafir." ucap Daniah dengan lirih.

"Lagi sibuk?"

"Ya emang selalu sibuk sih, Mas. Hehehe."

"Wah, jadi ganggu nih." ujar Dhafir merasa tidakenak.

"Nggak kok, tenang aja. Kebetulan baru banget selesai wawancara pasien. Oya, Ehsan gimana keadaannya Mas?" tanya Daniah teringat Ehsan yang didiagnosa sakit DBD. Namun setelah itu Daniah tidak ikut andil dalam menangani Ehsan. karena ia bertugas di bangsal lain.

Dhafir memasuki tangan di saku celananya. Menambah kesan cool di penampilannya. Melihat hal itu, Daniah justru malah teringat Atha, Abangnya yang selalu bersikap sok cool kala berbicara dengan orang lain.Gayanya persis seperti laki-laki di depannya.

"Trombositnya masih belum stabil. Mesti harus di rawat beberapa hari ke depan. Samapi trombositnya normal."

"Semoga kembali normal trombositnya, biar Ehsan cepat sembuh."

"Amin. Di jengukin Ehsan nya kasih hadiah. Di jamin deh langsung sembuh dia." canda Dhafir.

Daniah terkekeh mendengarnya. Ia pun memang berniat akan menjenguk Ehsan dan memberinya hadiah sesuai dengan janjinya saat itu.

"Oya Nia, saya mau nepatin janji nih. Nia bisa kapan?" tanya Dhafir memangil nama Daniah dengan sebutan 'NIA' seolah-olah ia sudah akrab dengan daniah.

"Janji?"

"Traktir makan, Nia."

"Ohhh itu......"

"Siang ini, bisa Nia?"

Daniah tidak langsung menjawab, ia melihat jam tangannya terlebih dahulu.

"20 menit lagi waktu istirahat, Mas." jawab Daniah setelah melihat jam. Dhafir mengangguk paham.

"Ya udah, saya tunggu di lobi ya."

"Iya. Terimakasih sebelumnya."

"Santai Nia." balas Dhafir. Lalu mereka berpisah dan akan kembali bertemu 20 menit lagi.

***

Dhafir : Zi, gue mau maksi sama Nia.

**Arrazi** : Nia siapa?

Alis Arrazi ikut menukik saat membalas chat dari Dhafir.

**Dhafir** : Daniah, anak koas itu.

Arrazi berdecak melihat jawaban Dhafir. Bocah satu ini memang paling bisa modusin anak orang. Sok akrab lagi, memanggil Daniah dengan sebutan 'NIA'.

**Arrazi** : lo mau modusin dia?

**Dhafir** : Su'udzon lo!

**Arrazi** : Dah kecium sih baunya.

**Dhafir** : Lo anjing?"

**Arrazi** : WTF!

**Dhafir** : Bisa nyium bau dari jarak jauh :P

**Arrazi** : O

**Dhafir** : Mau ikut nggak?

**Arrazi** :G

**Dhafir** : Dih baper! Dah ikut aja sini. Gue yang traktir.

**Arrazi** : Ogah. Gue nggak mau ganggu lo yang bakal beraksi jadi buaya darat. Lancar-lancar ya Bu!

**Dhafir** : asdfgkjbdjsck

***

Daniah dan Dhafir sudah berada di warung nasi padang dekat RS atas permintaan Daniah. Karena waktu istirahat makan siang hanya sedikit, juga nasi padang adalah makanan kesukaan Daniah, Dhafir mengiyakan saja. Padahal Dhafir niatnya akan mengajak Daniah makan siang di restoran langganannya yang lumayan berkelas.

"Gimana nge-koasnya Nia, seru nggak?" tanya Dhafir memulai obrolan setelah mereka memesan makan.

"Ya, kalo di bilang seru sih, seru. Dapat banyak ilmu, pengalaman, kenalan."

"And then....." tanya Dhafir merasa kalimat yang dikatakan Daniah belum selesai sampai di situ.

"Capek hati, capek pikiran, capek badan." kekeh Daniah.

"Terimakasih." ucap Daniah saat pramusaji datang membawa pesanan. Setelah menghidangkan makanan, kemudian pramusaji itu pergi.

Daniah langsung menyantap nasi padang yang begitu menggugah seleranya. Menggunakan tangan yang sudah ia cuci di air kobokan yang disediakan bersama hidangan yang di bawa oleh pramusaji itu.

"Capek banget hidup kamu, Nia!" kekeh Dhafir.

"Ya begitulah. Apalagi ngadepin Dokter galak. Makin capek saya Mas." ceplos Daniah.

Sepertinya ia mulai nyaman ngobrol dengan Dhafir, padahal ini kedua kalinya ia bertemu dan berbicara dengan Dhafir. Dan Dhafir juga terlihat asik diajak mengobrol.

"Dokter galak? Siapa?" tanya Dhafir pura-pura tidak tahu. Padahal Dhafir tau luar dalam Dokter galak yang di maksud Daniah.

"Dokter galak....eh, saya kasih tau. Tapi ini rahasia kita berdua aja ya Mas, ya meskipun bukan rahasia umum lagi di kalangan kami, kalau Dokter Arrazi itu galaknya nauzubillah. Apalagi sama saya. Ih.....dia tuh kayak punya dendam kesumat, Mas." ucap Daniah mengungkapkan isi hatinya.

Dhafir terkekeh mendengarnya. Kemudian ia menautkan alisnya. Serasa ada yang mengganjal.

"Panggilnya pake aku kamu aja bisa nggak Nia?" Lo gue juga boleh. Kayaknya kalo saya-sayaan kayak lagi ngomong sama dosen sih!" komentar Dhafir. Dania terkekeh.

"Oke, aku kamu aja ya, Mas. Kalo lo gue terkesan kurang sopan. Apalagi usia Mas Dhafir kayak lebih........" Daniah memandang wajah Dhafir. Wajah Dhafir termasuk yang good looking dan terlihat masih muda juga. Namun Daniah tahu kalau usianya Dhafir pasti diatas dirinya.

"Tua?" ucap Dhafir langsung menyebutkan kelanjutan kalimat yang di gantungkan Daniah. Lagi-lagi Daniah terkekeh.

"Nggak usah baper Mas. Aku juga punya beberapa teman laki-laki yang usianya diatas aku kok. Punya Abang juga. Kayaknya Abang aku seusia sama Mas Dhafir deh."

"Oya?"

"Hmmm. Apa Mas Dhafir juga mau di ganti aja panggilannya jadi Bang Dhafir?" ujar Daniah menawarkan.

"Boleh, Dek!" ucap Dhafir sambil mengangguk.

Mendengar itu, Daniah langsung tersedak nasi yang sedang di kunyahnya. Dhafir langsung memberikan minum kepada Daniah.

"Dih, geli." ucap Daniah setelah minum air dan tenggorokannya terasa lega. Dhafir terkekeh.

Beneran memang geli dan agak mengganjal di telinga Daniah saat Dhafir memanggilnya dengan sebutan 'DEK'. Risih Daniah mendengarnya. Pernah Atha memanggilnya dengan sebutan 'DEK', Daniah langsung menampar bibir Atha, karena tidak suka.

Makanya semenjak itu, Atha tidak pernah mau memanggilnya dengan sebutan 'DEK'. Cari aman dengan sang Adik. Dan kali ini Dhafir memanggilnya dengan seutan 'DEK'. Apakah Daniah mesti menampar bibir Dhafir juga?

"Panggil Nia aja. Itu udah cukup akrab kok." ujar Daniah memberi opsi yang tidak bisa di ganggu gugat.

"Oke, Nia."

"Siiip." Daniah mengacungkan jempolnya yang kini sudah ternoda oleh bumbu nasi padang.

"Di makan itu nasinya. Jangan di cuekin, ntar dia ngambek." celetuk Daniah sambil menunjuk ke arah sepiring nasi Padang milik Dhafir yang masih utuh, belum di makannya sama sekali.

Dhafir terkekeh mendengar celetukan Daniah dengan mulut yang penuh berisi nasi.

"Asik juga ngobrol sama si Nia." gumam Dhafir dalam hati. Lalu ia makan nasi padang miliknya.

"Nia, nanti kalo ada yang galakin kamu atau yang bikin kesal, kasih tau Abang ya. Biar Abang hadepin langsung orangnya." ujar Dhafir sambil mengunyah nasi padang.

Daniah menahan tawa mendengarnya.

"Jadi beneran nih, mau di panggil Abang aja?" tanya Daniah menekan kata 'ABANG' dalam pertanyaannya.

Dhafir mengangguk.

"Iya, keknya Abang lebih enak di denger daripada Mas. Kalo di panggil Mas berasa lagi di panggil sama istri. Ya nggak sih?" celetuk Dhafir. Lagi-lagi Daniah dibuat tersedak oleh kalimat yang di ucapkan Dhafir.

Hatinya terasa langsung mencelos, bisa Daniah rasakan, jantungnya tiba-tiba berdegup tidak wajar.

"Canda Nia." kekeh Dhafir sambil menuangkan air ke gelas Daniah dan memberikannya, Daniah langsung menerima dan meneguk airnya sampai habis.

"*Ni orang ngebaperin, malah bilangnya bercanda, mau gue sleding apa otaknya?" gerutu Daniah dalam hati*.

"Tapi kalo tawarannya serius Nia. Ya anggap aja Abang Dhafir ini backingan-nya Nia di RS. Jadi kalo ada apa-apa di sana, cerita aja ya Nia." ujar Dhafir.

"Iya Bang. Jangan lupa nanti ajak Ironmam atau Hulk juga boleh, soalnya orang yang mau di hadepin galaknya melebihi Thanos yang lagi ngambek."

Dhafir tertawa lepas mendengar celotehan Daniah.

***

Setelah makan siang, Dhafir mengajak Daniah berjalan di minimarket samping rumah makan Pdang. Ia membeli 2 batang coklat dan softdrink. Daniah tidak ikut masuk kedalam, ia menunggu di luar dan duduk di bangku yang telah di sediakan, karena ia tidak membeli apapun.

Daniah merasa tidak ada yang mau di belinya. Ia pun sudah kenyang.

"Nia, titip ini buat Arrazi ya." ujar Dhafir memberikan 2 batang coklat saat mereka sudah berada di depan RS.

Dhafir memberikan 2 batang coklat kepada Daniah.

"Buat Arrazi? Oh, Dokter Arrazi maksudnya?" gumam Daniah dalam hati.

"Satu lagi buat kamu." lanjut Dhafir.

"O.....oh iya." jawab Daniah dengan senang. Lalu mengambil kedua coklat itu dari tangan Dhafir.

"Makasih, Bang."

"Sama-sama Nia. Thanks juga udah luangin waktunya. Next time, bisalah kita ngobrol lagi ya, Nia."

"Iya, Bang."

"Aku duluan ya Nia, ada urusan mendadak di kantor. Jangan lupa kasih ke Arrazi ya coklatnya." ujar Dhafir mengingatkan kembali. Daniah mengangguk.

Lalu Dhafir pergi dengan terburu-buru. Daniah memperhatikan langkah Dhafir yang semakin menjauh, lalu menghilang dari pandangan saat Dhafir belok kiri.

"*Bang Dhafir ngasih coklat buat Dokter Arrazi? Kok bisa ya? Hubungan mereka itu apa sih? Kok ya kayak....Astaghfirullah Nia! Nggak boleh Su'udzon. Kali aja emang sekedar ngasih aja sebagai teman atau Dokter dari Adiknya. Udah jangan pikir yang aneh-aneh." gumam Daniah dalam hati. Lalu ia berbalik dan melanjutkan langkah menuju ke ruangan Arrazi*.

"Maaf Dokter, saya kesini mau antar titipin Bang Dhafir." ucap Daniah menyimpan sebatang coklat di atas meja, saat dirinya sudah berada di dalam ruangan Arrazi dan berhadapan dengan Arrazi.

"*Bang Dhafir?" gumam Arrazi dalam hati. Lalu ia tersenyum tipis. Sepertinya Dhafir sudah berhasil menaklukkan mangsanya*.

Daniah mengerutkan kening melihat ada senyuman di bibir Arrazi, saat ia menyimpan coklat di mejanya. Sebenarnya senyuman Arrazi itu begitu manis dan menambah ketampanan di wajahnya.

Daniah pernah mendengar, ada salah satu perawat memuji ketampanan Arrazi. Katanya wajah Arrazi seperti blasteran Nirwana dan dunia. Berlebihan emang! Namun berbeda dengan Daniah kesa pertama yang Daniah dapatkan dari wajah Arrazi dalah dingin bin judes.

Dan saat ini, ia malah merinding. Karena pertama kalinya Daniah melihat Arrazi tersenyum, meskipun tipis. Karena sebelumnya wajah Arrazi datar-datar saja. Lempeng malah. Sampai Daniah mengira kalau Arrazi mengalami paralis nervus fasialis atau kelumpuhan saraf wajah yang menyebabkan penderitaannya berwajah tanpa ekspresi.

Tapi ini kenapa tiba-tiba senyum saat mendapatkan coklat dari Dhafir?

"Ada yang lain?" tanya Arrazi. Mata Daniah membulat.

"*Ada yang lain? Emang dia ngarep di kasih apa lagi sama Bang Dhafir? batin Daniah*.

"I.....itu aja, Dokter." jawab Daniah dengan gugup.

"Oke."

"Saya permisi Dokter." ucap Daniah. Arrazi mengangguk pelan.

Daniah keluar dari ruangan Arrazi.

"*Sebenarnya mereka ada hubungan apa sih?" Tumben-tumbenan Dokter Arrazi bisa senyum begitu dapat coklat dari Bang Dhafir. Tapi sumpah deh, Dokter Arrazi makin ganteng kalo senyum gitu. Tapi kenapa mesti begini? Ah, timing-nya nggak tepat! Gue jadi mikir kemana-mana. Ya semoga aja mereka normal sih. Bukan jeruk makan jeruk. Ihhhh merinding gue!" Daniah membatin sambil melangkah menuju bangsal, karena ia akan melakukan pengecekan kepada para pasien*.

TING!

Suara notifikasi berasal dari HP yang saat ini sedang di gengggam Daniah. Ia segera membuka kunci HP dengan menggunakan sidik jarinya, ada chat dari Eliza.

**Eliza** : Nia.

**Daniah** : Nape?

**Eliza** : Lagi dimana?

**Daniah** : RS lah

**Eliza** : Lo sakit?

Pertanyaan Eliza membuat senyuman lear di bibir Daniah. Anak itu kalau randomnya lagi kumat, pasti ada sesuatu yang sedang dialaminya dan ia melampiaskan kepada Daniah untuk mencari pengalihan.

Kebetulan Daniah pun lagi ingin mencari pengalihan dari memikirkan hubungan antara Dhafir dan Arrazi yang aneh menurutnya.

**Daniah** : Lo sarap?

Balas Daniah untuk menanggapi kerandoman Eliza.

**Eliza** : Dih.

**Daniah** : Dah dih dah dih. Nggak usah ngaco El, nanyaknya. Dah tau gue kerjaanya di RS!

**Eliza** : Kok ngambek? Kan gue perhatian sama bestie yang paling gue sayangi, gue cintai <3.

**Daniah** : Geli Eliza! Lo kenapa dah? Sehat? Kalo sakit sini gue suntik pake virus corona :\>

**Eliza** : Kebal gue sama tu virus! Dia yang malah takut sama gue.

**Daniah** : Ngakak.

**Daniah** : Lo nganggur?

Tanya Daniah, karena tidak biasanya Eliza membalas dengan cepat chat di waktu kerja.

**Eliza** : Nggak, sejak kapan gue jualan anggur.

Chat dari Eliza semakin random. Meskipun Daniah lebih sabar di banding Eliza. Tapi kalau terus-terusan di pancing, kesabaran Daniah akan luntur juga.

**Daniah** : El, lama-lama gue jual otak lo ya. Masih kosong kayaknya.

**Eliza** : Barengan aja Nia. Kan lo juga kosong :D

**Daniah** : Ni orang kalo di suntik mati, halal kali ya?

**Eliza** : Emang lo bisa hidup tanpa gue?

Daniah terkekeh membaca chat itu.

**Daniah** : Gue nggak bisa hidup tanpa bernafas, Elizong.

Setelah membalas chat itu, Eliza tidak lagi online, chatnya hanya centang dua, belum berubah menjadi warna biru. Sepertinya Eliza kembali waras dari kerandomannya.

1
Sri Murtini
arogan krn blm menyetuh sang istri, ntar klu sudah pasti jd suami takut istri .
ha..ha...ha
Sri Murtini
Daniah sanggup menerima hukuman dr tantangan suami?
Sri Murtini
ntar cinta Nia ...jgn nyumpahi dr Arrazi lho
Sri Murtini
ompong ngangeni bisa bercandakan turuni tensi lho
Atik R@hma
itu malaikat kecilmu, si daniah😀😃
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!