"Ketika cinta dan kesetiaan diuji oleh kebenaran dan darah, hanya hati yang tahu siapa yang benar-benar layak dicintai." - Kenzie William Franklyn.
•••
Vanellye Arch Equeenza, atau Ellyenza. Perempuan nakal dengan masa lalu kelam, hidup dalam keluarga Parvyez yang penuh konflik. Tanpa mengetahui dirinya bukan anak kandung, Ellyenza dijodohkan dengan Kenzie, ketua OSIS yang juga memimpin geng "The Sovereign Four." Saat rahasia masa lalunya terungkap—bahwa ia sebenarnya anak dari Sweetly, sahabat yang dikhianati ibunya, Stella—Ellyenza harus menghadapi kenyataan pahit tentang jati dirinya. Cinta, dendam, dan pengkhianatan beradu, saat Ellyenza berjuang memilih antara masa lalu yang penuh luka dan masa depan yang tidak pasti.
Akan seperti apakah cerita ini berakhir? mari nantikan terus kelanjutan untuk kisah Kenzie dan Ellyenza.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meka Gethrieen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ZIELL - 21 FLASHBACK 1
..."Nggak ada orang tua yang pilih kasih, tapi bagaimana bisa disebut kasih sayang jika masih dipertanyakan?"...
...- Vanelie Arch Equeenza -...
...•••...
Sore ini hujan turun dengan sangat deras. Ada seorang gadis yang kini tengah berteduh pada salah satu halte bus transportasi umum.
Gadis itu dengan sabar dan penuh harap menunggu hampir satu jam terduduk sendirian di sana dengan tubuhnya yang mulai terasa sedikit kedinginan karena suhu udara tersebut.
Drrttt..
Drrttt..
Ia meraih ponselnya, dan melihat nama yang tertera pada panggilan telepon tersebut.
Lalu ia pun mengangkatnya.
"Hello?"
^^^"Yes, Gē. What's calling me?"^^^
"Miss Sweetly, when will you come home? dad is sick now."
^^^"Oh really? this isn't one of his tricks to trick me, is it?"^^^
"Miss-"
^^^"Not miss, I'm your sister Gē!"^^^
"but, no. Sweetly-"
^^^"I hang up the phone, bye."^^^
Tut.
Gadis itu menutup teleponnya secara sepihak, dan menghela nafas kasar. Ia kesal, lagi-lagi papanya itu ingin menipunya.
Huft!
Sweetly Quence Svetlana, gadis blasteran asal China dan Amerika yang nekat kabur dari rumah demi bisa terlepas dari kekangan sang papa dan mendapatkan kebebasan baru sekaligus pengalaman yang selalu dia inginkan selama ini dengan kepergiannya ke negara lain.
Meskipun sebagai gantinya ia harus hidup dengan kata lain jauh dari kemewahan seperti yang selalu ia dapatkan sejak kecil. Namun, itu bukanlah suatu permasalahan besar baginya. Karena Sweetly telah dibekali banyak pengetahuan dan pembelajaran tentang mengurus sebuah perusahaan, mengelola bisnis, dan melakukan penjualan dengan negosiasi yang baik, lewat pendidikan serta berbagai les privat non akademiknya.
Sehingga mudah bagi Sweetly untuk mendapatkan sebuah pekerjaan dengan posisi sekretaris di Parvyez's Corp.
Dirinya juga menguasai banyak bahasa yang memudahkannya untuk dapat bisa berinteraksi dengan baik di negeri orang lain.
Huft!
Sekali lagi ia menghembuskan nafasnya. Udara semakin dingin dan terasa membosankan sama seperti kehidupan yang ia jalani sebelumnya.
Ya, sama saja!
"Miss, are you okay?"
Sweetly tersentak.
Seseorang kini berdiri dihadapannya dan melambai-lambaikan tangan di depan wajahnya.
Ia langsung tersadar dan buru-buru bangkit dari duduknya. Tertunduk dengan senyuman wajah yang sedikit mengembang dan berkata, "Ah iya, maaf mas. Ada apa, ya?" Tanyanya tanpa melihat kearah seseorang tersebut.
Kini gantian orang itu yang terkejut, bertanya kembali dengan nada yang terdengar antusias, "Lho, mbak bisa bahasa Indonesia?"
Sweetly reflek mendongakkan kepala dan menatap kearahnya. Sedikit tertawa kecil dan tersenyum semakin lebar.
Ia menjawab, "Of course. Apakah saya tidak boleh?"
Seseorang itu salah tingkah, dan menggaruk tengkuknya. Menyengir dengan tatapan matanya yang terus terkunci pada wajah manis Sweetly.
"Hehe, bukan gitu." Cengirnya kaku.
Sweetly hanya balas tersenyum manis pada perkataannya.
"Boleh berkenalan?" Tanya seseorang itu seraya mengulurkan tangannya.
Sebelum menjawab, Sweetly terlebih dulu menjabat tangannya. Setelah ia menganggukkan kepala, lalu ia pun berkata, "Sweetly Quence."
"Sweet.. Sweetly?"
Sweetly menganggukan kepalanya lagi masih dengan bibir yang terus tersenyum.
"Kenapa memangnya?"
"Ma-manis.. seperti wajahnya."
Blush!
Sweetly salah tingkah.
Ia mengalihkan wajahnya yang terasa panas setelah mendengar pujian tersebut.
"Kalo mas sendiri?" Tanyanya.
"Apanya?" Tanya seseorang itu balik.
"Namanya mas."
"O-oh iya," seseorang itu berdeham sebelum mengatakan, "Anzel Hanan Alneeson."
"Anzel Hanan Alneeson..?" Ulang Sweetly, " ... Hm, nama yang bagus." Lanjutnya memuji balik.
Reaksi Anzel hanya terus menatap wajahnya. Sweetly merasa tersipu malu dengan sikap terus terang lelaki tersebut.
"Em.. mas Anzel," panggil Sweetly.
Tatapan Anzel terus terarah padanya sampai menjawab tanpa sadar, "Ya?"
Sweetly tertawa kecil, ia berkata, "itu, mas.. tangannya." Beritahu Sweetly yang membuat lelaki tersebut reflek tersadar dan merasa malu.
"Ah! Iya, m-maaf. Mbak.. Sweetly."
Seiring percakapan ringan dan manis mereka, hujan yang tadinya turun deras pun kini telah reda.
Bus transportasi umum yang sudah ditunggu Sweetly pun akhirnya tiba. Gadis itu sudah berpamitan lebih dulu pada laki-laki tersebut.
Namun saat langkahnya hendak memasuki pintu masuk bus, sebuah tangan telah menahannya.
Sweetly berbalik dengan raut wajah yang bertanya-tanya.
"Iya mas, ada apa?" Tanya Sweetly.
"Sweetly, boleh.. em, bisa.. kita pulang bareng?"
...•••...
Pagi ini Sweetly terbangun seperti biasanya. Yang membedakan hanyalah dirinya terus tersenyum sepanjang ia terbangun dari tidurnya.
Rasa aneh terus menghinggapinya sejak kemarin. Sweetly tahu, tapi dia tidak ingin menyimpulkannya dengan cepat. Lagi pula, bagaimana jika kemarin itu memang hanya sebatas pertemuan tak sengajanya dengan laki-laki tersebut?
Ah iya! Apa nama lengkap laki-laki itu? Sweetly rasanya sedikit lupa.
Anzel..
Anzel.. Hanan-
Tok!
Tok!
Tok!
Ketukan dipintu membuyarkan lamunannya. Sweetly segera beranjak dari duduknya untuk membukakan pintu dan melihat siapa yang akan bertamu pada pagi-pagi buta seperti ini ke rumahnya.
Ceklek!
"Stella..?"
Sweetly terkejut ketika melihat sahabatnya itu. Namun bukan soal siapa yang telah mengganggunya pagi-pagi seperti ini.
Melainkan karena penampilannya tersebut yang terlihat berantakan. Rambut acak-acakan dengan kedua mata yang sembab.
Begitu Sweetly membukakan pintu, sahabatnya itu langsung menubruk tubuhnya. Memeluk erat dengan tangisan yang kian pecah.
Sweetly paham, sahahatnya itu pasti sedang bermasalah. Untuk sejenak dirinya membiarkan saja seperti itu.
Sweetly juga cukup tahu, bahwa dia sedang dibutuhkan sekarang.
Setelah tangisan sahabatnya itu mereda, ia langsung menutup pintu rumah kecilnya dan menuntun gadis itu ke ruang tamu rumahnya.
Mendudukkan gadis itu di sofa dan memberikannya segelas air putih biasa.
Sweetly kemudian mengatakan, "Stella." Panggilnya.
"Swee, hiks.." jawabnya dan menangis kembali.
"Ssst! Udah.. tenang dulu, okay?"
Benar saja, tangisan gadis itu langsung mereda yang hanya menyisakan isakan-isakan kecil saja.
Stella Halu Farietta, gadis dengan nama panggilan Stella itu menatap wajahnya dengan raut kesedihan.
Sweetly yang tak tega mencoba menenangkannya lagi dengan cara mengusap-usap lembut punggungnya.
Jika diingat-ingat kembali, Stella adalah penolong Sweetly.
Saat dirinya melarikan diri dari papanya dan pergi ke negara lain, Stella pernah menolongnya dijalanan dan menyelamatkannya dari tabrakan maut.
Tidak hanya itu, Stella bahkan membantunya untuk mendapatkan perkerjaan disebuah perusahaan besar yang kini telah membuatnya mendapatkan tempat tinggal yang layak untuk dia tinggali.
"Stella, apa yang terjadi? Kamu kenapa?" Tanyanya.
Sorot mata Sweetly terlihat khawatir juga sekaligus prihatin dengan kondisi sahabatnya tersebut.
"Swee, aku habis bertengkar dengan papa." Jawab Stella menjelaskan.
"What's the problem until it's like this?" Tanya Sweetly lagi.
"Papa ingin menjodohkanku, Swee!"
"Then?"
"Aku.. a-aku tidak terima. Papa sangat marah. Lalu.." ucapnya berhenti sebentar, lalu melanjutkan dengan ragu-ragu apakah harus mengatakannya atau tidak.
"So what?"
Tapi dia akhirnya memilih untuk mengatakan.
" ... Pria tua bangka itu memukuliku! Karena aku tidak tahan, akhirnya aku kabur ke rumahmu."
Pft!
Sweetly sedikit tertawa dalam hati. Di saat keadaannya sudah seperti ini, Stella benar-benar masih bisa merutuki papanya tersebut.
Stella yang menyadari hal itu wajahnya kian cemberut. Yang benar saja! Keadaannya menyedihkan seperti ini, tapi sahabatnya itu malah menertawainya? Huh!
"Apa?! Kenapa kamu tertawa, Swee!" Kesalnya tak terima.
"Ahaha.. okay, okay. I'm sorry. Lagian kamu keadaan udah kaya gini juga masih bisa aja kaya gitu."
Mendengar sahutan dari Sweetly seperti itu, Stella segera menghapus sisa-sisa air mata yang masih berada dikedua pipinya.
"Ok, let's get back to the original topic. One, kenapa kamu langsung tolak?" Tanya Sweetly serius menatap ke arah Stella.
Stella menghembuskan nafasnya lelah, sebelum menjawab, "Karena aku tidak menyukainya." Terangnya dengan wajah datar.
"Have you seen her, miss Farietta?" Ledek Sweetly dengan sebelah alis yang sedikit terangkat.
"Jangan bercanda Sweetly! Of course I've never seen it." Tekan Stella dengan tatapannya yang menajam.
Sweetly memutar kedua bola matanya malas. Ia berkata, "Lalu? Bagaimana bisa kamu langsung menolaknya?!" Gemas Sweetly.
"Ya, tentu saja. Karena aku tidak mengenalnya, makanya aku langsung menolaknya." Balas Stella santai seraya mengedikkan bahunya acuh tak acuh.
Ya tuhan! Sahabatnya ini, benar-benar.. huh!
Menjengkelkan.
"Lalu? Apa rencanamu selanjutnya?"
Layaknya mendapatkan sebuah hadiah besar, kedua mata Stella langsung berbinar-binar.
Oh no! Sepertinya Sweetly salah mengajukan pertanyaan..
"Tidak, Stella. Kau-"
"Gantikan aku, Swee. Ku mohon.."
Oh my gosh!
...To be continue...