Baru sebulan terikat oleh tali kasih pertunangan dengan pria yang selalu Ayasha panggil Om Rafael, pupus seketika di saat tunangannya berbagi peluh dengan wanita lain. Hancur berkeping-keping hati Ayasha, kecewa dengan pria yang masih saudaranya, ternyata Om Rafael sudah menjalin hubungan spesial dengan sekretarisnya, Delia.
"Aku cinta dan benci dirimu, Om Rafael. I will FORGETTING YOU forever!" teriak Ayasha menahan gejolak emosinya.
"Begitu susahnya aku untuk meminta maaf padamu, Ayasha!" gumam Rafael menatap kepergian Ayasha.
Melupakan segalanya termasuk melupakan Om Rafael menjadi pilihan akhir Ayasha yang baru saja lulus SMU, disaat hatinya hancur gadis itu memilih pindah ke luar kota, dan menyelesaikan pendidikannya ke jenjang S1.
5 tahun Ayasha melupakan mantan tunangannya. Mungkinkah Allah mempertemukan mereka kembali? Jika di pertemukan kembali apa yang di rasakan oleh Om Rafael? Masihkah ada rasa di hati Ayasha untuk Om Rafael atau sudah ada pengganti Om Rafael?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anak kecil
Delia melihat Rafael yang masih berdiri tak jauh dari mejanya, tampak heran dengan sikap Rafael yang berdiam diri.
“Mas Rafael!” panggil Delia
“Mas Rafael, kok malah berdiri di situ?” tegur Delia dari duduknya sambil melambaikan tangannya tanpa menoleh lebih ke belakang lagi, jadi dia tidak tahu jika Rafael sedang menatap Ayasha.
Seketika Rafael menyadari teguran Delia, kemudian pria itu kembali duduk di kursinya. Di meja tampak sudah tersedia makanan dan minuman yang di pesan oleh Delia.
“Ke kamar mandi kok lama banget Mas, sampai dingin makanannya.”
“Kamar mandinya ngantri,” jawab asal Rafael.
“Ooh pantas saja lama, aku udah pesankan coffe latte sama nasi goreng spesial buat Mas. Ayo dimakan dulu, maaf ya Mas ... aku makan duluan sudah lapar,” kata Delia yang masih mengunyah makanannya, sembari melirik cangkir coffe latte minuman kesukaan Rafael.
Tangan Rafael yang tadinya menyentuh cangkir coffe lattenya dan ingin menyesapnya, tiba-tiba saja ada anak-anak yang berlarian dari arah belakang pria itu, dan tiba-tiba juga tak sengaja menubruk kursi Rafael dari belakang.
“AAKKH ....!” pekik Delia, yang terkena siraman coffe latte milik Rafael pas sekali menyiram wajahnya. Wanita itu sontak berdiri dari kursinya dan buru-buru mengambil tisu lalu mengusap bagian wajah hingga lehernya, untuk saja gelasnya tidak terlepas dari genggaman tangan Rafael, hanya kopinya saja yang tumpah menyembur ke wajah kekasihnya. Ingin rasanya Delia memarahi anak kecil itu, tapi itu sama saja menunjukkan aib buruknya sendiri di hadapan Rafael, yang selama ini image yang di bangunnya lemah lembut dan penyayang anak kecil.
Anak kecil yang tidak sengaja menubruk Rafael, sontak terdiam mendengar teriakan Delia, dan tubuh anak itu gemetar, wajahnya juga kelihatan ketakutan seperti sedang melihat hantu, apalagi setelah melihat sorot mata Delia yang begitu tajam.
“O-Om, m-maaf aku gak sengaja,” ucap terbata anak kecil itu agak ketakutan.
Rafael yang melihat wajah anak itu ketakutan, tiba-tiba beranjak dari duduknya kemudian berjongkok di hadapan anak kecil itu. “Lain kali kalau di restoran jangan lari-larian ya, untung saja hanya kopi Om saja yang tumpah, bukan kamu yang terjatuh. Kalau kamu terluka pasti mama kamu akan cemas,” ucap Rafael begitu lembutnya.
Anak kecil yang awal kelihatan takut mulai terlihat tenang tapi tetap saja anak itu berulang kali melirik Delia dengan tatapan yang menelisik bercampur ngeri. “Iya Om, lain kali tidak akan lari-larian lagi,” jawab anak tersebut. Pria itu mengusak rambut panjang anak perempuan itu, yang secara fisik seperti anak berumur 6 tahun.
Pria itu tersenyum hangat, dia tiba tiba teringat Ayasha ketika masih kecil suka sekali berlarian di restoran, dan berulang kali suka bertingkah ceroboh dengan pengunjung lain. Dan mau tidak mau pria itu yang menenangi gadis kecil itu agar tidak ketakutan setelah di tegur orang yang terkena kecerobohannya.
“Ya sudah sekarang anak cantik kembali ke mejamu ya,” pinta Rafael dengan lembutnya. Anak perempuan itu menganggukkan kepalanya.
Baru saja anak kecil itu melangkahkan kakinya lima langkah meninggalkan Rafael, tiba-tiba anak kecil itu membalikkan badannya, lalu mendekati Rafael yang masih berjongkok, kemudian dia memberanikan diri mendekati telinga Rafael.
“Om jangan dekat-dekat dengan tante itu, ada nenek nenek berwajah seram di belakang tante itu. Nenek itu juga sering dekat sama Om. Tante itu tidak baik sama Om, dia bikin Om jadi bodoh dan memisahkan Om sama seseorang yang sangat cantik. Om cepat cepat berobat deh, ingat sama Allah,” bisik anak kecil itu, kemudian anak kecil itu kembali berlarian menuju meja yang di tempati orang tuanya.
Sesaat Rafael tertegun dengan ucapan anak kecil yang terdengar ambigu buat dia, lalu tak sengaja Rafael bersitatap dengan Ayasha lalu saling mengunci tatapan mereka dalam beberapa menit, tak lama Ayasha memalingkan wajahnya. Rafael pun kembali bangkit dari jongkoknya dan kembali duduk, dengan menghela napas beratnya yang terasa sesak.
Apa maksud kata anak kecil itu, ada nenek nenek dan ingin memisahkan aku dengan seseorang yang sangat cantik!
Sejenak Rafael kembali menatap wajah Ayasha dari tempatnya. Dia memang sangat cantik! Kemudian sekilas Rafael menatap malas wajah Delia Ada nenek berwajah seram.
Hati Rafael jadi menerka-nerka, antara mau menyangkal yang dibisikkan oleh anak kecil tersebut atau memercayai. Tapi tiba-tiba tengkuknya terasa merinding, seakan ada yang menyentuhnya.
Delia sudah menunjukkan wajah masamnya terhadap pria yang tidak peduli dengan dirinya yang sudah terkena siraman kopi. “Sebaiknya kamu bersihkan muka kamu di kamar mandi, setelah ini kita balik ke hotel,” titah Rafael, dingin. Pria itu sudah tidak berminat untuk makan, karena nasi gorengnya juga sudah terlihat basah karena tercampur coffe latte.
Delia menyentak kedua kakinya, kesal. Pria itu hanya menyuruhnya ke kamar mandi, tapi tidak menunjukkan perhatian seperti mengusap wajahnya yang tersiram kopi, lalu bilang maaf ... namun itu tidak ada. Dan paling tidak dia mengharapkan kekasihnya memarahi anak kecil tersebut, tapi ternyata hanya ucapan lembut. Dengan terpaksa Delia ke kamar mandi untuk membersihkan wajahnya yang terasa lengket.
Sial ... kopinya pakai tumpah ... gara gara tuh bocah! Gerutu batin Delia.
Tak selang berapa lama kemudian, anak kecil itu kembali menghampiri Rafael yang sedang duduk sendiri dengan membawa piring kecil berisikan sepotong cake coklat.
“Om ganteng,” panggil anak kecil itu, Rafael langsung menoleh, dan menatap anak kecil yang wajah agak mirip dengan Ayasha ketika masih kecil.
“Ini aku bawakan kue buat ganti kopi Om ganteng yang tumpah,” ucap anak kecil itu sembari meletakkan piring kecil itu.
Rafael tersenyum hangat mendapat perhatian dari anak kecil itu. “Buat kamu saja, Om tidak makan kue ini,” tolak Rafael.
Anak kecil yang memiliki wajah cantik tersenyum indah. “Om menolak karena ini cake kesukaan wanita itu kan?” tunjuknya ke meja Ayasha.
DEG!
Hati Rafael terhenyak, kenapa anak kecil itu tahu dan menunjuk ke arah Ayasha?
“Kok kamu tahu, nak?” mulai berdebar jantung Rafael.
“Dia kakak yang baik hati, tapi sayang hatinya penuh luka. Kakak itu selalu tersenyum, namun di balik senyumnya ... dia sering menangis di hatinya ... ini semua gara-gara Om dan Tante itu, Om sangat jahat!” gerutu anak kecil itu dengan menunjukkan wajah kesalnya.
Rafael kembali tertegun dengan ucapan anak perempuan itu. Kok nih anak bisa berkata begitu?
“Cepatlah bertobat Om, sebelum Om menyesali semuanya, dan menjauhlah dari Tante itu yang berwajah nenek-nenek tadi!” seru anak tersebut, kemudian kembali meninggalkan Rafael yang masih termenung dengan menatap kosong cake coklat tersebut.
Ada apa ini! Siapa anak kecil tadi?
Sekembalinya Delia dari kamar mandi, wanita itu tak sengaja berpapasan dengan anak kecil yang menabrak Rafael.
“Eh kamu sini!” panggil Delia dengan kasarnya.
Anak kecil itu menoleh lalu memicingkan kedua matanya.
“Eh kalau di panggil tuh denger,” sentak Delia geram, melihat anak kecil itu tidak mendekatinya.
“Duh Tante, udah muka papasan ternyata main sama nenek nenek seram. Hati-hati nanti berbalik ke diri sendiri loh. Dosa besar Tante ... Ingat dosa sebelum menyesal!” celetuk anak kecil itu sambil lalu. Delia sontak kaget dengan ucapan anak kecil itu.
“Kurang ajar tuh bocah, bilang aku main sama nenek-nenek seram!” gumam Delia sendiri, rupanya dia tak menyadari maksud dari perkataan anak kecil itu. Jika pelet yang di pakainya memakai jin berwajah nenek seram.
bersambung ....
Kakak Readers jangan lupa tinggalkan jejaknya like, komen yang , kembang/kopi, vote nya ya. Biar bisa ikutan undian GA THR Daster cantiknya.
Lope lope sekebon🍊🍊🍊🍊🌻🌻🌻🌻🌹🌹🌹🌹